Riwayat Paku Alam

PAKU ALAM: BUPATI MARDIKA 

Setelah naik tahta pada tahun 1813, Pangeran Notokusumo yang adalah putra dari Sri Sultan HB I memakai gelar Pangeran Adipati Paku Alam I. Sejak itu, dimulailah pemerintahan Pakualaman sebagai sebuah kerajaan yang bersifat otonom: mempunyai kedaulatan, wilayah kekuasaan, rakyat, simbol-simbol, dan bahkan sempat memiliki kekuatan militer tersendiri (pada era Paku Alam V). Paku Alam disebut Adipati karena adalah seorang Bupati Mardika (raja yang otonom). Kadipaten Pakualaman telah turut mengukir sejarah lintas generasi….

Pangeran Notokusumo / Pangeran Adipati Paku Alam I (1813-1829)

Pendiri wangsa Pakualaman yang lahir pada tahun 1760 ini adalah peletak dasar kebudayaan Jawa dalam Kadipaten Pakualaman. Kepada para putra sentana, PA I memberi pelajaran sains dan tata negara. Beberapa karya sastranya adalah: Kitab Kyai Sujarah Darma Sujayeng Resmi (syair), Serat Jati Pustaka (sastra suci), Serat Rama (etika), dan Serat Piwulang (etika). Ia wafat pada tanggal 19 Desember 1829.

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam II (1829-1858)

Pengembang kebudayaan yang lahir pada tanggal 25 Juni 1786 ini berhasil membuat Pakualaman dikenal sebagai pusat kesenian. Saat itu, musik dan drama modern juga diadopsi oleh Pakualaman. Disamping menulis Serat Barata Yuda, PA II juga turut menulis Serat Dewaruci bersama ayahnya (PA I). Ia wafat pada tanggal 23 Juli 1858.

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam III (1858-1864)

PA III yang bergelar ”Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Surya Sasraningrat I” ini adalah seorang pujangga besar. Tiga karyanya yang penting adalah: Serat Darma Wirayat, Serat Piwulang, dan Serat Abiya Yusup. Ia lahir pada tanggal 19 Desember 1858 dan wafat pada tanggal 17 Oktober 1864.

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam IV (1864-1878)

Ia dilahirkan pada tanggal 25 Oktober 1851 dan bergelar ”Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Surya Sasraningrat II”. PA IV menaruh minat pada pendidikan dan kesenian (tari dan wayang). Ia mengirim para abdi dalem ke Solo untuk belajar di sekolah guru dan ke Jakarta untuk belajar di sekolah keperawatan. Ia menciptakan tarian beksan Floret (tarian dengan pedang) dan beksan Schermen (stilisasi tari-tarian Eropa). Ia juga merenovasi Bangsal Sewotomo yang rusak karena bencana gempa bumi besar yang terjadi pada tahun 1864. Ia wafat pada tanggal 24 September 1878.

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam V (1878-1900)

PA V yang lahir pada tanggal 23 Juni 1833 ini mempunyai beberapa gelar. Pertama-tama, ia bergelar K.P.H. Suryadilaga. Sejak tanggal 20 Maret 1878, ia bergelar Gusti Pangeran Suryadilaga. Sejak tanggal 10 Oktober 1878, ia naik tahta dan bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam V. Ia adalah pelopor modernisasi di lingkungan kerabat Pakualaman. Pertama, ia meningkatkan taraf pendidikan dengan menyekolahkan kerabat Pakualaman ke Sekolah Belanda. Kedua, ia mereformasi sistem ekonomi Pakualaman. Ketiga, ia mengembangkan sistem keamanan Pakualaman dengan membuat sebuah legiun. Pada tanggal 20 Maret 1882, ia mendapat pangkat Kolonel dan memperoleh bintang Ridderkruis van den Nederlandschen Leeuw. Keempat, ia memodifikasi cerita-cerita tradisional untuk pementasan musik drama. Ia wafat pada tanggal 6 November 1900.

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam VI (1901-1902)

Ia lahir pada tanggal 9 April 1856 dan naik tahta pada tanggal 11 April 1901. Sayang, ia tidak lama memerintah karena menderita sakit dan akhirnya mangkat pada tanggal 19 Juni 1902. Selanjutnya, sampai pada tanggal 17 Desember 1906, pemerintahan Kadipaten Pakualaman ditangani oleh Raad Van Beheer over de Pakoe-Alamsche Zeken yang diketuai oleh Redisen R.J. Couperus. Dalam keseharian, pemerintahan itu dijalankan oleh tim yang terdiri dari K.P.H. Sasraningrat, K.P.H. Natadiraja, P.H. van der Moore, dan Asisten Residen Kulon Progo.

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam VII (1906-1937)

Ia lahir pada tanggal 9 Desember 1882 dan naik tahta pada tanggal 17 Desember 1906 dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Suryadilaga. Sejak 1921, ia bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam VII. Pemimpin yang cerdas, rajin, maju, terbuka, dan humanis ini sangat memperhatikan pembangunan modern. Ia  memajukan daerah Kulon Progo dengan membangun jembatan, bendungan, pasar-pasar, sekolah-sekolah, irigasi, rumah dinas, pabrik gula (di Sewugalur), dan kebun bibit. Untuk memajukan perekonomian rakyat, ia membangun Bank Kelurahan yang menolong masyarakat bawah dalam hal permodalan. Dalam bidang pendidikan, ia menjadi ketua perkumpulan amal Pengajaran Neutrale Onderwijs Stichting. Ia wafat pada tanggal 16 Februari 1937.


Sumber http://pakualamanyogya.wordpress.com/
Dipostkan kembali oleh http://kusumanugraha.blogspot.com/

0 komentar:

Leave a Comment

Jangan lupa beri komentar ya..