tag:blogger.com,1999:blog-10144555323974124582024-03-14T01:27:09.665+07:00ALL ABOUT YOGYAKARTAAll About Nagari Ngayogyakarto HadiningratErwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.comBlogger100125tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-3036384037193675722013-07-23T21:51:00.006+07:002013-07-23T21:51:54.007+07:00Tugu Mataram Di Cawas Bisa Jadi Destinasi Pariwisata Sejarah Kabupaten Klaten<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div id="entryMeta">
<h2 class="singlePageTitle">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Tugu Mataram Di Cawas Bisa Jadi Destinasi Pariwisata Sejarah Kabupaten Klaten</span></h2>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br /></span> </div>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">
</span><div class="fb-like fb_edge_widget_with_comment fb_iframe_widget" data-href="http://www.facebook.com/pages/Klaten-INFO/251428591587984" data-send="true" data-show-faces="true" data-width="500">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="height: 65px; width: 500px;"></span></span></div>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<img alt="Tugu Mataram Di Cawas Bisa Jadi Destinasi Pariwisata Sejarah Kabupaten Klaten" class="photoGalItem" src="http://www.klaten.info/show_image_NewsSP.php?filename=/2012/12/tugu-mataram-2.jpg&cat=9&pid=835&cache=false" />
</span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><a class="highslide" href="http://klaten.info/wp-content/uploads/2012/12/tugu-mataram-2.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-836" height="400" src="http://klaten.info/wp-content/uploads/2012/12/tugu-mataram-2.jpg" title="tugu-mataram-2" width="500" /></a></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">
</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><strong>Cawas</strong> – Tugu Mataram kuno berbentuk sepasang gapura,
sebagai warisan sejarah pasca perjanjian Giyanti yang hingga saat ini
masih kokoh berdiri ini merupakan tanda batas wilayah kasunanan
Surakarta dengan kasultanan Ngayogyakarta. Ada dua buah tugu, satu
berada di padukuhan Betro, desa Burikan, kecamatan Cawas, kabupaten
Klaten posisinya di sebelah utara jalan adalah milik kasunanan Surakarta
(bercat putih biru ), sedangkan satu tugu yang lain berada di selatan
jalan tepatnya di padukuhan Mundon, desa Tancep, kecamatan Ngawen,
kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta adalah milik
kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (tidak dicat).</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">
</span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Tugu batas milik kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dibangun pada
tanggal 29 Djoemadilawal 1867, sedangkan milik kasunanan Surakarta
tanggal 22 Redjeb,Alib 1867. </span><br />
<br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Bangunan tugu dibuat dari bahan semen,
sedangkan prasasti yang bertuliskan tanggal pembanguannnya serta symbol
pura Mangkunegaran Solo dan kraton Yogya dibuat dari plat besi dengan
ukiran indah, walaupun tampak berkarat dimakan usia. Tinggi bangunan
sekitar 3,5 meter dengan lebar sekitar 4 meter, jarak antara kedua
tugu sekitar 15 meter. Menurut sesepuh desa yang bermukim tidak jauh
dari tugu tersebut Sirngadi (75 tahun), mengatakan bahwa ketika ia
kecil sepasang tugu berbentuk gapura dengan bentuk sama tersebut sudah
berdiri. </span><br />
<br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kalau di baca tanggal dan tahun pembangunannya berupa tahun
jawa, keduanya dibuat pada tahun yang sama yakni 1867. Untuk catatan
bulan tugu Jogja dibuat 2 bulan lebih dahulu (Djoemadilawal tanggal 29)
dibanding milik Solo, yakni bulan Redjeb tanggal 22. Mengenai umur
tugu, bedasar tahun jawa saat ini tahun 1946, sehingga diketahui bahwa
kedua tugu batas tersebut dibuat kira-kira 79 tahun yang lalu, demikian
tambah Sirngadi.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">
</span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><a href="http://klaten.info/wp-content/uploads/2012/12/tugu-mataram.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-837" height="400" src="http://klaten.info/wp-content/uploads/2012/12/tugu-mataram.jpg" title="tugu-mataram" width="500" /></a></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">
</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Mengenai keamanan aksesoris tugu yang berada di bulak tersebut
memang rawan pencurian. Seperti dituturkan Sukardi tokoh desa setempat
beberapa tahun yang lalu logo kraton Mangkunegaran dicuri orang tak
dikenal pada saat malam hari, tetapi anehnya setelah berjalan kira-kira
50 meter kearah barat kendaraan maling tersebut macet, akhirnya symbol
pura mangkunegaran tersebut dikembalikan dan kendaraannya bisa jalan.
Kemudian oleh masyarakat logo tersebut dipasang kembali, sehingga
sekarang terlihat hasil pemasangannya tidak serapi aslinya.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">
</span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Tugu yang sering disebut sebagai “Tugu Mataram” ini dapat menjadi
saksi sejarah, dipecahnya bumi Mataram menjadi dua bagian dimasa
perjanjian Giyanti, yakni Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan
Surakarta Hadiningrat. Warisan budaya ini perlu dilestarikan agar
generasi mendatang masih dapat menemukan artefak sejarah ketika negeri
ini masih berbentuk kerajaan.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">
</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pemerintah kabupaten Klaten dapat menjadikan tugu Mataram ini sebagai
situs warisan budaya dan sebagai destinasi pariwisata sejarah yang
dikemas dalam suatu paket obyek lain di Klaten. Barangkali masih banyak
warga masyarakat Klaten yang belum tahu dan melihat dari dekat keelokan
tugu Mataram yang bersejarah ini.</span></div>
Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-23184260152713349762013-06-05T15:09:00.003+07:002013-06-05T15:15:12.881+07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h2>
<span style="font-size: large;">Keistimewaan Yogya : Garis Lurus dari Merapi sampai Laut Selatan</span></h2>
<h2>
<span style="font-size: small;"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-0x6sm3Ow8k4/Ua7zfqNWmxI/AAAAAAAAAiU/Pl0N0GpNmgE/s1600/YK1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-0x6sm3Ow8k4/Ua7zfqNWmxI/AAAAAAAAAiU/Pl0N0GpNmgE/s1600/YK1.jpg" /></a></div>
</span></h2>
<h2>
<span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;">Kita semua pasti tahu kalau Yogyakarta
itu terkenal sebagai Kota Pelajar, Kota Kebudayaan, ataupun Kota Gudeg
dengan Sri Sultan HB X sebagai Kepala Pemerintahan dan sekaligus sebagai
Raja Yogyakarta. Jogja dengan berbagai mitos yang dipercaya oleh
masyarakat seperti Nyi Roro Kidul sebagai Ratu Pantai Selatan ataupun Ki
Sapu Jagad Sang Penjaga Gunung Merapi.</span></span>
</h2>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Sebenarnya masih ada 1 lagi mitos
Jogjakarta yang hampir terlupakan. Yang dimaksud disini adalah GARIS
LURUS yang MEMBENTANG dari UJUNG UTARA hingga SELATAN YOGYAKARTA. Konon
kabarnya, dalam mitos yang selama ini diyakini, ada hubungan antara
Merapi, Keraton Yogyakarta dan Laut Selatan. Selain itu, garis lurus ini
juga menggambarkan bahwa Gunung Merapi sebagai batas utara Yogyakarta,
Pantai Selatan sebagai batas selatannya dan dengan Kraton sebagai Poros
atau Pengaturnya.</span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Yang mendasari terbentuknya garis ini
sebenarnya bukan hanya 3-4 tempat tersebut. Untuk lebih detailnya,
berikut diulas satu persatu, dari ujung utara sampai selatan :</span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b><span style="color: green;">1. Gunung Merapi</span></b></span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><img alt="Keistimewaan Yogya : Garis Lurus dari Merapi sampai Laut Selatan" src="http://supermilan.files.wordpress.com/2010/09/gunung-merapi.jpg?w=468" /></span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Gunung Merapi sebagai batas utara Yogyakarta dan disinilah garis lurus itu dimulai.</span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b><span style="color: green;">2. Tugu Yogyakarta</span></b></span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><img alt="Keistimewaan Yogya : Garis Lurus dari Merapi sampai Laut Selatan" src="http://supermilan.files.wordpress.com/2010/09/tugu-djogja.jpg?w=468" /></span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Tugu golong gilig atau tugu pal putih
(white paal) merupakan penanda batas utara kota tua Yogyakarta. Semula
bangunan ini berbentuk seperti tongkat bulat (gilig) dengan sebuah bola
(golong) diatasnya. Bangunan ini mengingatkan pada Washington Monument
di Washington DC. Pada tahun 1867 bangunan ini rusak (patah) karena
gempa bumi yang juga merusakkan situs Taman Sari. Pada masa pemerintahan
Sultan HB VII bangunan ini didirikan kembali.</span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Namun sayangnya dengan bentuk berbeda
seperti yang dapat disaksikan sekarang. Ketinggiannya pun dikurangi dan
hanya sepertiga tinggi bangunan aslinya. Lama-kelamaan nama tugu golong
gilig dan tugu pal putih semakin dilupakan seiring penyebutan bangunan
ini sebagai Tugu Yogyakarta.</span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b><span style="color: green;">3. Malioboro</span></b></span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><img alt="Keistimewaan Yogya : Garis Lurus dari Merapi sampai Laut Selatan" src="http://supermilan.files.wordpress.com/2010/09/malioboro.jpg?w=468" /></span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Malioboro adalah suatu pusat perbelanjaan yang sejajar dengan jalan lurus dari Tugu jogja menuju Kraton.</span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b><span style="color: green;">4. Alun-Alun Utara</span></b></span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><img alt="Keistimewaan Yogya : Garis Lurus dari Merapi sampai Laut Selatan" src="http://supermilan.files.wordpress.com/2010/09/alun-alun-utara.jpg?w=468" /></span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Selain berfungsi sebagai media pertemuan
Sultan dengan Rakyatnya, di Alun2 Utara juga terdapat pohon beringin
(Ficus benjamina; famili Moraceae) yang berjumlah 64 (termasuk dua
ringin kurung) yang melambangkan usia Nabi Muhammad. Dua pohon beringin
di tengah Alun-alun Utara menjadi lambang makrokosmos (K. Dewodaru,
dewo=Tuhan) dan mikrokosmos (K. Janadaru, jana=manusia).</span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span id="more-5369"></span></span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b><span style="color: green;">5. Keraton Yogyakarta</span></b></span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><img alt="Keistimewaan Yogya : Garis Lurus dari Merapi sampai Laut Selatan" src="http://supermilan.files.wordpress.com/2010/09/keraton-yogyakarta.jpg?w=468" /></span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Keraton Yogyakarta atau dalam bahasa
aslinya Karaton Kasultanan Ngayogyakarta merupakan tempat tinggal resmi
para Sultan yang bertahta di Kesultanan Yogyakarta. Keraton artinya
tempat dimana ‘Ratu’ (bahasa Jawa yang dalam bahasa Indonesia berarti
Raja) bersemayam.</span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Keraton Yogyakarta tidak didirikan begitu
saja. Banyak arti dan makna filosofis yang terdapat di seputar dan
sekitar keraton. Selain itu istana Sultan Yogyakarta ini juga
diselubungi oleh mitos dan mistik yang begitu kental. Filosofi dan
mitologi tersebut tidak dapat dipisahkan dan merupakan dua sisi dari
sebuah mata uang yang bernama keraton.</span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b><span style="color: green;">6. Plengkung Gading</span></b></span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><img alt="Keistimewaan Yogya : Garis Lurus dari Merapi sampai Laut Selatan" src="http://supermilan.files.wordpress.com/2010/09/plengkung-gading1.jpg?w=468" /></span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Plengkung Gading yang bernama asli Plengkung Nirboyo merupakan pintu selatan dari komplek Kraton Yogyakarta.</span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b><span style="color: green;">7. Panggung Krapyak</span></b></span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><img alt="Keistimewaan Yogya : Garis Lurus dari Merapi sampai Laut Selatan" src="http://supermilan.files.wordpress.com/2010/09/panggung-krapyak.jpg?w=468" /></span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Panggung krapyak atau sering disebut
Kandhang Menjangan dibangun oleh Sultan HB I dan saat ini merupakan
benda cagar budaya. Gedhong panggung, demikian disebut, merupakan sebuah
podium dari batu bata dengan tinggi 4 m, lebar 5 m, dan panjang 6 m.
Tebal dindingnya mencapai 1 m. Bangunan ini memiliki 4 pintu luar, 8
jendela luar, serta 8 pintu di bagian dalam.</span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Atap bangunan dibuat datar dengan pagar
pembatas di bagian tepinya. Untuk mencapainya tersedia tangga dari kayu
di bagian barat laut. Bangunan bertingkat ini disekat menjadi 4 buah
ruang. Dahulu tempat ini digunakan sebagai lokasi berburu menjangan oleh
keluarga kerajaan.</span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b><span style="color: green;">8. Pantai Selatan (Cepuri)</span></b></span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><img alt="Keistimewaan Yogya : Garis Lurus dari Merapi sampai Laut Selatan" src="http://supermilan.files.wordpress.com/2010/09/cepuri.jpg?w=468" /></span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pantai selatan dengan mitosnya Nyi Roro
Kidul memang sudah terkenal. Sedangkan Cepuri, yaitu tempat Upacara
Labuhan Pantai Selatan yang terletak di Pantai Parangkusumo atau sebelah
barat Parangtritis. Dan disinilah garis itu diakhiri.</span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><img alt="Keistimewaan Yogya : Garis Lurus dari Merapi sampai Laut Selatan" src="http://supermilan.files.wordpress.com/2010/09/pantai-parangkusumo.jpg?w=468" /></span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dan inilah Garis Lurusnya…!!!!!!</span></div>
<span style="font-size: small;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><img alt="Keistimewaan Yogya : Garis Lurus dari Merapi sampai Laut Selatan" src="http://supermilan.files.wordpress.com/2010/09/garis-lurus2.jpg?w=468" /></span></div>
<h2>
<span style="font-size: small;"> </span></h2>
</div>
Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-73182898694137169202012-06-16T07:48:00.000+07:002012-06-16T07:48:04.267+07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h1 class="post-title entry-title" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-weight: normal;">
<b><span style="font-size: small;">Legenda Merapi, Kekuatan Penting Untuk Keraton Jogja</span></b></h1>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-f0SDFJ0PYK8/T9vXQlbNPcI/AAAAAAAAAhU/cu6YhGakMlQ/s1600/keraton.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-f0SDFJ0PYK8/T9vXQlbNPcI/AAAAAAAAAhU/cu6YhGakMlQ/s320/keraton.jpg" width="241" /></a></span></div>
<h1 class="post-title entry-title" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-weight: normal;">
<span style="font-size: small;"> Eksistensi Gunung Merapi bagi masyarakat Yogyakarta tidak lepas dari
adanya mitos terdapat hubungan khusus antara "penunggu" Merapi dengan
lingkungan Kraton Yogyakarta. Kondisi ini diperkuat dengan adanya utusan
dari Kraton Yogyakarta untuk menjadi juru kunci (kuncen) Merapi.<br /><br />Juru
kunci yang dimaksud adalah Mas Penewu Surakso Hargo atau yang lebih
dikenal dengan Mbah Maridjan. Kini sang kuncen telah tiada sejak
ditemukan dalam kondisi meninggal di salah satu sudut ruangannya yang
porak-poranda. Gunung Merapi telah ditinggalkan sang kuncen yang selama
30 tahun telah menemaninya. Lalu seberapa penting arti juru kunci di
gunung berapi paling aktif ini?<br /><br />Tugas mendiang Mbah Marijan
adalah sebagai pemimpin atau pemuka dalam ritual-ritual seputar gunung
merapi, ritual itu ditujukan untuk membuat keseimbangan antara kerajaan
jawa & kekuatan besar kerajaan ghaib di Gunung Merapi, jadi mendiang
Mbah Marijan sama juga seperti mediator dari kerajaan jawa. Ritual yang
dimaksud adalah Upacara Selamatan Labuhan yang diadakan secara rutin
setiap tahun pada tanggal kelahiran Sri Sultan Hamengku Buwono X yakni
tanggal 30 Rajab. Upacara dipusatkan di dusun Kinahrejo desa Umbulharjo.<br /><br />Selain
itu juru kunci memberi arti yang sangat penting bagi para pendaki
Gunung Merapi. Kuncen biasanya memberitahukan apa yang saja pantangan
saat mendaki, jalur pendakian dan jalur penyelamatan serta memberi
informasi kepada penduduk sekitar jika ada aktifitas Gunung Merapi yang
dirasa membahayakan.<br /><br />Keberadaan juru kunci Gunung Merapi penting
karena keraton Yogyakarta dibangun atas 2 astral yaitu Gunung Merapi dan
Pantai Laut Selatan. Menurut legenda pada jaman dahulu ada orang
bernama Sutowijaya yang diberi tanah oleh Sultan Demak, maka
berangkatlah Sutowijaya ke tanah yang dimaksud. Saat sedang membangun,
banyak korban yang terjadi, salah satunya ada pekerja yang mati sehabis
memotong pohon. Sutowijaya menjadi putus asa sehingga ia bertapa di
sebuah gua.<br /><br />Saat itulah, Sutowijaya dilihat oleh Nyi Roro Kidul.
Lalu, Nyi Roro Kidul menggodanya dengan wujud naga dengan api yang
panas, tapi Sutowijaya tidak tergoyahkan. Nyi Roro Kidul lalu menjelma
menjadi wanita cantik tanpa busana. Saat itu Sutowijaya sudah mulai
tergoyahkan namun, tetap bertahan. Lalu Nyi Roro Kidul kembali ke wujud
asalnya dan bertanyalah Nyi Roro Kidul apa yang diminta oleh Sutowijaya.
Sehabis Sutowijaya menjelaskan maka Nyi Roro Kidul menyanggupi untuk
mengusir penunggu di tanah kerajaan Sutowijaya ( yang merupakan anak
buah Nyi Roro Kidul ), tapi dengan syarat Sutowijaya harus menikahi Nyi
Roro Kidul, dan semua Raja Mataram harus menikah dengan Nyi Roro Kidul
juga.</span></h1>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-rbH3xpQSoWk/T9vXaJ0ew6I/AAAAAAAAAhc/0D_Udg91ulE/s1600/LABUHAN-MERAPI.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="http://2.bp.blogspot.com/-rbH3xpQSoWk/T9vXaJ0ew6I/AAAAAAAAAhc/0D_Udg91ulE/s320/LABUHAN-MERAPI.jpg" width="320" /></a></span></div>
<h1 class="post-title entry-title" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-weight: normal;">
<span style="font-size: small;">Sutowijaya setuju, lalu gua tersebut berubah menjadi satu
istana yang megah lengkap dengan kamar pengantinnya. Sutowijaya bertanya
kepada Nyi Roro Kidul kemanakah perginya penunggu itu. Nyi Roro Kidul
menjawab ada di gunung sekitar Yogjakarta. maka Sutowijaya menyuruh
bawahannya untuk bertugas sebagai juru kunci di gunung sekitar
Yogjakarta. Sutowijaya juga meminta agar Kraton Yogyakarta dilindungi.
Itupun juga disanggupi oleh Nyi Roro Kidul. Jadi tugas juru kunci adalah
sebagai pengawas anak buahnya Nyi Roro Kidul agar raja mengetahui jika
terjadi masalah di Gunung Merapi.
</span></h1>
</div>Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-41135820719155522032012-01-04T13:36:00.000+07:002012-01-04T13:36:12.833+07:00Pesanggrahan Warung Boto Abad ke 19<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-xwtYbBBoZy0/TwPyeaSiOhI/AAAAAAAAAf0/g0Dqj60Zfzw/s1600/Warungboto-1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://1.bp.blogspot.com/-xwtYbBBoZy0/TwPyeaSiOhI/AAAAAAAAAf0/g0Dqj60Zfzw/s320/Warungboto-1.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span>Bukti bahwa bangunan tersebut bersejarah adalah termuatnya nama bangunan dalam sebuah tembang macapat yang berkisah tentang Hamengku Buwono II. Dalam tembang tersebut, bangunan ini tidak disebut dengan nama Pesanggrahan Warungboto sebagaimana banyak orang menyebutnya sekarang, tetapi dengan nama Pesanggrahan Rejowinangun. Secara keseluruhan, tembang macapat itu sendiri bercerita tentang kemajuan yang dicapai semasa Hamengku Buwono II</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-TV8CCNepCs8/TwPylcAbRgI/AAAAAAAAAgA/zz4f5eej0pg/s1600/Warungboto-2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://3.bp.blogspot.com/-TV8CCNepCs8/TwPylcAbRgI/AAAAAAAAAgA/zz4f5eej0pg/s320/Warungboto-2.jpg" width="320" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-q72JKhDlphk/TwPynLu0f_I/AAAAAAAAAgI/b8clSTJwVo0/s1600/Warungboto-3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://4.bp.blogspot.com/-q72JKhDlphk/TwPynLu0f_I/AAAAAAAAAgI/b8clSTJwVo0/s320/Warungboto-3.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="display: inline; float: left; font-family: Verdana,sans-serif; margin-right: 10px;"> <script type="text/javascript">
<!--
google_ad_client = "ca-pub-9683485773089064";
/* 300x250 (in article) */
google_ad_slot = "4541940917";
google_ad_width = 300;
google_ad_height = 250;
//-->
</script><script src="http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/show_ads.js" type="text/javascript">
</script><span> Mengunjungi pesanggrahan ini bagi beberapa orang mungkin dianggap membosankan, sebab tak ada lagi kemegahan yang bisa dinikmati. Namun, bukankah wisata tak harus mengunjungi tempat-tempat megah? Tempat-tempat sederhana, bahkan yang tinggal puing pun, pasti memiliki daya tarik. YogYES yang mengunjungi tempat ini beberapa hari lalu masih bisa menemukan keindahan di beberapa sudut meski banyak bagian bangunan yang telah mengalami kerusakan. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span>Kami mulai menjelajahi bangunan mulai dari bagian terdepan atau yang berbatasan langsung dengan jalan raya. Bagian terdepan ini berbentuk bujur sangkar dengan lantai yang terbuat dari bahan semacam semen. Karena terletak di depan, mungkin bagian ini berfungsi sebagai bangsal atau lobby seperti pada banyak bangunan yang ada sekarang. Dari bagian terdepan, bisa dilihat pemandangan seluruh kompleks pesanggrahan.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-5JGwSe2YPws/TwPysGIqE4I/AAAAAAAAAgU/nf_0gTNWBnE/s1600/Warungboto-4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://2.bp.blogspot.com/-5JGwSe2YPws/TwPysGIqE4I/AAAAAAAAAgU/nf_0gTNWBnE/s320/Warungboto-4.jpg" width="320" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-0u_RNDgdUUk/TwPyu4AZQLI/AAAAAAAAAgc/fo-W6wvpIbs/s1600/Warungboto-5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://3.bp.blogspot.com/-0u_RNDgdUUk/TwPyu4AZQLI/AAAAAAAAAgc/fo-W6wvpIbs/s320/Warungboto-5.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span>Di sebelah kiri bagian terdepan terdapat tangga turun yang cukup sempit. Kami langsung bisa menduga bahwa bangunan pesanggrahan ini mulanya terdiri dari dua lantai, seperti bangunan pesanggrahan lainnya yang terdiri dari lantai dasar dan bawah tanah. Untuk menuruninya perlu hati-hati, sebab bagian kanan kirinya tidak memiliki pegangan dan banyak bagian yang telah ditumbuhi lumut sehingga licin.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-nDvmz81HP6s/TwPy01vLgVI/AAAAAAAAAgo/-NVqyZZCsVw/s1600/Warungboto-6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://4.bp.blogspot.com/-nDvmz81HP6s/TwPy01vLgVI/AAAAAAAAAgo/-NVqyZZCsVw/s320/Warungboto-6.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span>Di lantai bawah tanah inilah, banyak bagian bangunan yang mempesona bisa dilihat. Bagian yang paling indah adalah areal taman yang dilengkapi dengan dua buah kolam. Kolam pertama berbentuk lingkaran berdiameter 4,5 meter dan bagian tengahnya memiliki sumber pancuran air atau umbul. Sementara, kolam kedua berbentuk bujur sangkar dengan ukuran sisi 10 meter x 4 meter. Kedua kolam itu saling berhubungan, ditandai dengan adanya lubang saluran air yang bisa dilihat jelas dari kolam kedua.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-f31K8rSdAZo/TwPzL2iOolI/AAAAAAAAAhM/2mQ9siCk5jY/s1600/Warungboto-8.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://2.bp.blogspot.com/-f31K8rSdAZo/TwPzL2iOolI/AAAAAAAAAhM/2mQ9siCk5jY/s320/Warungboto-8.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span>Kami sungguh merasa kagum dengan arsitektur bangunan pesanggrahan ketika berada di areal taman ini. Bagaimana tidak, pesanggrahan yang dibangun tahun 1800-an ini sudah merancang adanya taman beserta kolam yang sifatnya pribadi, dikelilingi oleh bangunan sekitarnya sehingga tak terlihat dari luar. Selain itu, tembok-tembok yang mengelilinginya juga tampak tinggi dan tebal, menandakan kekokohan bangunannya di masa lalu.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-EEF1e-TTtGg/TwPzGbQLh3I/AAAAAAAAAhA/Ea0zMTs8m3o/s1600/Warungboto-12.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://1.bp.blogspot.com/-EEF1e-TTtGg/TwPzGbQLh3I/AAAAAAAAAhA/Ea0zMTs8m3o/s320/Warungboto-12.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span>Di sebelah utara dan selatan kolam terdapat pintu bertinggi sedang yang cukup lebar. Pintu itu menghubungkan dengan bagian lain ruangan bawah tanah. Di bagian timur kolam akan dijumpai jendela-jendela berjumlah tiga buah, satu berbentuk kotak dan dua lainnya berbentuk lengkung pada bagian atasnya.. Sementara di bagian barat kolam terdapat satu pintu yang bagian atasnya melengkung, menghgubungkan dengan dua pintu lengkung berikutnya yang dilengkapi dengan beberapa anak tangga. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-pvNqoDOYLn0/TwPy9MO7DzI/AAAAAAAAAg0/OoCDi7QUJCM/s1600/Warungboto-11.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://4.bp.blogspot.com/-pvNqoDOYLn0/TwPy9MO7DzI/AAAAAAAAAg0/OoCDi7QUJCM/s320/Warungboto-11.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span>Dua pintu terakhir menghubungkan areal taman yang berada di bawah tanah dengan lantai dasar. Kalau kembali ke lantai dasar dan menjelajahi sisi selatan bangunan, akan dijumpai beberapa puing tembok. Kemungkinan, tembok itu merupakan pembatas antar ruang pesanggrahan. Terdapat bagian tembok yang unik, sebab permukaannya tidak halus, mungkin dulu memiliki ornamen. Satu tembok yang masih sangat kokoh berada di bagian paling depan sisi selatan. Pada tembok itu, terdapat beberapa jendela berbentuk persegi.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span>Sebenarnya, saat didata oleh Dinas Purbakala pada tahun 1980, masih ada beberapa hiasan yang bisa dijumpai. Diantaranya berupa patung burung garuda yang ada di sisi selatan, patung naga yang ada di sisi timur dan pot bunga yang merupakan salah satu komponen dari kolam. </span></div></div>Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-32295055222802326592011-10-20T20:04:00.002+07:002011-10-20T20:05:55.257+07:00Pawiwahan Agung Keraton Yogyakarta<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-g1YnGvb3P9E/TqAVmhdpzxI/AAAAAAAAAeQ/clFocnjKSag/s1600/22222.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-g1YnGvb3P9E/TqAVmhdpzxI/AAAAAAAAAeQ/clFocnjKSag/s1600/22222.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-mDFLQz1WE3o/TqAPDSv3rLI/AAAAAAAAAbg/KQxpxb9OFSw/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> </a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-mDFLQz1WE3o/TqAPDSv3rLI/AAAAAAAAAbg/KQxpxb9OFSw/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="222" src="http://2.bp.blogspot.com/-mDFLQz1WE3o/TqAPDSv3rLI/AAAAAAAAAbg/KQxpxb9OFSw/s320/1.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pada tahun ini keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menyelenggarakan pesta besar yaitu Pawiwahan Ageng Pernikahan GKR Bendara & KPH Yudanegara.</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Rangkaian acara Pawiwahan Agung Putri bungsu Sultan Hamengku Buwono X berlangsung selama 4 (empat) hari mulai hari yaitu Minggu 16 Oktober sampai Rabu 19 Oktober 2011. Perhelatan ini merupakan kekayaan warisan budaya Indonesia yang sangat tinggi, tidak kalah dengan negara-negara lain yang disebut masyarakat yogya disebut dengan pesta budaya/pesta rakyat.</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pawiwahan Agung Keraton Yogykarta dilaksanakan sebagaiupaya memelihara tradisi dan adat budaya Jawa. Keraton adalah pusat pakem-nya tradisi, yang harus dipertahankan sampai kapanpun. Karena itu pakem dalam ritual pernikahan raja-raja Keraton Yogyakarta sejak ratusan tahun lalu, selalu sama. Hanya hajatan pernikahan yang dulunya berlangsung 40 hari 40 malam, sekarang dipersingkat menjadi 4 hari 4 malam.</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-cnODlbrUI9A/TqAP9XOeLGI/AAAAAAAAAbo/wjakfud_rJo/s1600/2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="217" src="http://1.bp.blogspot.com/-cnODlbrUI9A/TqAP9XOeLGI/AAAAAAAAAbo/wjakfud_rJo/s320/2.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"> <span style="font-size: xx-small;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: xx-small;">Pengantin Keraton Jogja zaman dahulu.</span></span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-weight: bold;">Prosesi Pernikahan Agung Keraton Yogyakarta :</span><br />
<br />
<b>A</b>. <span style="font-weight: bold;">Plangkah</span>: </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Karena calon mempelai wanita mendahului kakaknya, sesuai adat Jawa ia harus meminta izin dari sang kakak untuk menikah terlebih dahulu dengan memberikan seperangkat pakaian lengkap, dan memenuhi permintaan khusus sang kakak yang belum menikah.</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"></div><div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-MjMg6WQyQNI/TqAQSsAI0gI/AAAAAAAAAbw/7w190mrkZtQ/s1600/3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-MjMg6WQyQNI/TqAQSsAI0gI/AAAAAAAAAbw/7w190mrkZtQ/s1600/3.jpg" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: xx-small;">Plangkah</span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">B. Nyantri</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">Upacara<span style="font-weight: bold;"> </span>nyantri ini dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober 2011,yaitu :<span style="font-weight: bold;"> </span>Upacara bagi calon pengantin pria untuk lebih mengenal dari awal hingga selesainya prosesi pernikahan. Calon pengantin pria akan mendapatkan keterangan mengenai prosesi upacara pernikahan apa saja yang akan dilakukan, bertempat di Bangsal Kasatriyan. Di saat yang sama calon pengantin putri berada di Keputren.</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: xx-small;"> </span></span></div><div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-HrbUybFsICA/TqAQgxtvhSI/AAAAAAAAAb4/EatR9LOjgMc/s1600/4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-HrbUybFsICA/TqAQgxtvhSI/AAAAAAAAAb4/EatR9LOjgMc/s1600/4.jpg" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: xx-small;"> </span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: xx-small;">Nyantri</span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-0a2rMGbNai8/TqAQwixTJ-I/AAAAAAAAAcA/C-QbPYhc398/s1600/5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="216" src="http://1.bp.blogspot.com/-0a2rMGbNai8/TqAQwixTJ-I/AAAAAAAAAcA/C-QbPYhc398/s320/5.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-Nm9pTkBSkWo/TqAQxHv8KqI/AAAAAAAAAcI/eC2Eu2KIfYA/s1600/6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-Nm9pTkBSkWo/TqAQxHv8KqI/AAAAAAAAAcI/eC2Eu2KIfYA/s1600/6.jpg" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b>C. </b><span style="font-weight: bold;">Siraman</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Upadara Siraman dilaksanakan pada 17 Oktober: Siraman calon pengantin pria, Kanjeng Pangeran Haryo(KPH) Yudanegara dilakukan di Bangsal Kasatriyan. Sedangkan siraman calon pengantin putri, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara di Bangsal Sekar Kedaton, Keputren.</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-2UBi0G1mecE/TqARHARe4OI/AAAAAAAAAcY/L_5y1fotknI/s1600/8.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="248" src="http://3.bp.blogspot.com/-2UBi0G1mecE/TqARHARe4OI/AAAAAAAAAcY/L_5y1fotknI/s320/8.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/--9Y3ZRHVTWg/TqAQ-PMnBQI/AAAAAAAAAcQ/N45uXlnkvyM/s1600/7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/--9Y3ZRHVTWg/TqAQ-PMnBQI/AAAAAAAAAcQ/N45uXlnkvyM/s1600/7.jpg" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"> <span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: xx-small;">Siraman</span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b>D. </b><span style="font-weight: bold;">Tantingan</span> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Upacara yang dilaksanakan tanggal 17 Oktober sore di Bangsal Proyekso: Kemantapan hati calon mempelai wanita di tanting oleh sang ayah Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X.</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-aGsPLHG7wEU/TqARUXR5tsI/AAAAAAAAAcg/QY36GgE92oU/s1600/9.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="178" src="http://2.bp.blogspot.com/-aGsPLHG7wEU/TqARUXR5tsI/AAAAAAAAAcg/QY36GgE92oU/s320/9.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b>E. </b><span style="font-weight: bold;">Midodareni</span> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Upacara ini di adakan pada 17 Oktober malam : Upacara ini sebagai simbol orang-orang jawa dengan harapan Agar para bidadari datang memberikan restu ,kecantikan dan keindahannya kepada kedua mempelai.</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-1k9l2n9SkGw/TqARcqp5keI/AAAAAAAAAco/5lZYTSovEfA/s1600/10.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="253" src="http://4.bp.blogspot.com/-1k9l2n9SkGw/TqARcqp5keI/AAAAAAAAAco/5lZYTSovEfA/s320/10.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b>F. </b><span style="font-weight: bold;">Ijab khobul </span> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Prosesi Ijab Khobul dilaksanakan di Masjid Panepen : Mempelai pria mengucapkan ijab kabul dalam bahasa Jawa, padahal pengantin pria berasal dari Lampung.</div><div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-YE3kHCY35Ro/TqARpdNAw3I/AAAAAAAAAcw/MwcNIivfPCk/s1600/11.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="248" src="http://1.bp.blogspot.com/-YE3kHCY35Ro/TqARpdNAw3I/AAAAAAAAAcw/MwcNIivfPCk/s320/11.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-weight: bold;">G. Panggih</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Upacara Panggih atau disebut juga perjamuan di laksanakan 18 Oktober pagi di Bangsal Kencono: Sekitar 1.500 undangan VVIP termasuk Presiden SBY dan Wapres Boediono. Panggih adalah momen dimana kedua mempelai pertama kali bertemu setelah sekian lama dipingit.</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"></div><div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-I2L_PIbGINM/TqAR18LHeKI/AAAAAAAAAc4/6_l7G1iGw5Y/s1600/12.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://3.bp.blogspot.com/-I2L_PIbGINM/TqAR18LHeKI/AAAAAAAAAc4/6_l7G1iGw5Y/s320/12.jpg" width="223" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b>H. Upacara Panggih</b></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Rangkaian upacara panggih, mempelai melalui serangkaian tata cara yang kaya makna, yaitu : Saling melempar <span style="font-weight: bold;">buntal suruh</span>,</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-d-ui81JTs58/TqASKDB-f0I/AAAAAAAAAdA/nCYNdHfX0_4/s1600/13.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="183" src="http://4.bp.blogspot.com/-d-ui81JTs58/TqASKDB-f0I/AAAAAAAAAdA/nCYNdHfX0_4/s320/13.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Mempelai wanita mencuci kaki mempelai pria sebagai simbol pengabdian,</div><div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-4rkOLV2ni3s/TqASTf_y2SI/AAAAAAAAAdI/hBbxK9vgF_Q/s1600/14.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-4rkOLV2ni3s/TqASTf_y2SI/AAAAAAAAAdI/hBbxK9vgF_Q/s320/14.jpg" width="312" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b>I. Upacara </b><span style="font-weight: bold;">pondongan</span>.</div><div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-MRHWNnbn894/TqASgtauqiI/AAAAAAAAAdQ/tt7VB6U5pT0/s1600/15.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="175" src="http://2.bp.blogspot.com/-MRHWNnbn894/TqASgtauqiI/AAAAAAAAAdQ/tt7VB6U5pT0/s320/15.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"> <span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: xx-small;">Pondongan</span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Sebelum memasuki upacara panggih, mempelai disambut tarian<span style="font-weight: bold;"> edan-adanan</span>, yaitu tradisi membuka jalan bagi pengantin, dan untuk menolak bala.</div><div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-RQ6oX1zopow/TqASvKSx4wI/AAAAAAAAAdY/iqtnzWeVKao/s1600/16.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="226" src="http://1.bp.blogspot.com/-RQ6oX1zopow/TqASvKSx4wI/AAAAAAAAAdY/iqtnzWeVKao/s320/16.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"> <span style="font-size: xx-small;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: xx-small;">Tari Edan-edanan</span></span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><b>J. </b><span style="font-weight: bold;">Kirab pengantin</span> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">Kirab pengantin di laksanakan pada 18 Oktober sore: Mempelai diarak menggunakan 5 kereta kencana salah satunya Kereta Kyai Jong Wiyat, dari Keraton menuju bangsal Kepatihan di Jalan Malioboro. Kereta kencana ini buatan tahun 1881 di Belanda, berbentuk terbuka sehingga kedua pengantin bisa dilihat langsung oleh khalayak.</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">Dalam kirab ini kedua pengantin mendapatkan sambutan yang luar biasa dari puluhan ribu masyarakat yogyakarta yang memadati sepanjang jalan Malioboro, masyarakat yang sangat ingin menyaksikan Putri Rajanya yang di arak sepanjang Jalan Malioboro.</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: xx-small;"> </span></span></span></div><div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-PikIUjlyDTA/TqAS-j702LI/AAAAAAAAAdg/Ek8dWx6CMh4/s1600/17.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="249" src="http://2.bp.blogspot.com/-PikIUjlyDTA/TqAS-j702LI/AAAAAAAAAdg/Ek8dWx6CMh4/s320/17.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: xx-small;">Menaiki kereta kencana menjelang kirab</span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-7aKdwqjHRoY/TqATJLTghII/AAAAAAAAAdo/T0wp_zNCoUI/s1600/18.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="162" src="http://2.bp.blogspot.com/-7aKdwqjHRoY/TqATJLTghII/AAAAAAAAAdo/T0wp_zNCoUI/s320/18.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: xx-small;">Kirab melewati alun2 utara</span></span></div><div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-TYhBYBKAESc/TqATS3S1QgI/AAAAAAAAAdw/IHn1Qe9CUsA/s1600/19.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="221" src="http://2.bp.blogspot.com/-TYhBYBKAESc/TqATS3S1QgI/AAAAAAAAAdw/IHn1Qe9CUsA/s320/19.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: xx-small;">Kirab melewati Pasar Beringharjo</span></span><span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: xx-small;"> </span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-YpbvTeWFgns/TqAThVn3v4I/AAAAAAAAAd4/dbov5n8BYJM/s1600/20.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="248" src="http://1.bp.blogspot.com/-YpbvTeWFgns/TqAThVn3v4I/AAAAAAAAAd4/dbov5n8BYJM/s320/20.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: xx-small;"></span></span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: xx-small;"><br />
</span></span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: xx-small;"><br />
</span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><b>K. Upacara </b><span style="font-weight: bold;">Pamitan</span> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">Upacara pamitan ini di laksanakan pada 19 Oktober dimana KPH Yudanegara minta restu kepada orangtua pengantin putri, Sri Sultan HB X serta Permaisuri GKR Hemas, untuk memulai hidup berkeluarga baru.<br />
<br />
Untuk acara Pernikahan Agung ini, Keraton Yogyakarta memesan ribuan paket hidangan untuk tamu undangan. Antara lain 5.000 paket bakpia Pia Djogdja sebagai <span style="font-weight: bold;">official snack</span>.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-SryGzyYS9TU/TqAVBqWkmWI/AAAAAAAAAeA/7f5xIwzRMSg/s1600/23.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-SryGzyYS9TU/TqAVBqWkmWI/AAAAAAAAAeA/7f5xIwzRMSg/s1600/23.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;">T<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">im perias pengantin tradisional yang dipercaya pihak Keraton Yogyakarta adalah Tienuk Riefki. Melibatkan 18 perias terdiri dari 14 perias perempuan dan 4 periaspria. Selain </span><span style="font-family: Verdana,sans-serif; font-weight: bold;">tes make up, </span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">perias juga mengajari </span><span style="font-family: Verdana,sans-serif; font-weight: bold;">lampah dodok </span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">(berjalan jongkok) kepada calon mempelai pria. Sebelum menjalankan proses merias, para perias khususnya Tienuk menjalani puasa sejak awal Oktober lalu.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> Banyaknya tamu yang hadir menyaksikan upacara pernikahan agung Keraton Yogyakarta, membuat kamar hotel berbintang di Yogyakarta habis dipesan dan tingkat hunian mencapai sekitar 90 persen.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> Lebih dari 200 wartawan media dalam dan luar negeri meliput acara pernikahan agung. Mereka diwajibkan mengenakan busana adat, dantidak boleh mengenakan alas kaki.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> Sepanjang Malioboro ditutup, karena 200 makanan angkringan memenuhi jalan utama ini. Angkringan tersebut merupakan sumbangan suka rela dari berbagai perusahaan swasta, perguruan tinggi, organisasi profesi, komunitashobi, komunitas sosial, dan individu sebagai bentuk LOYALITAS rakyat Yogyakarta kepada Sang Raja Sri Sultan Hamengkubuwono, hal ini tidak pernah kita jumpai pada pernikahan pejabat manapun di negara indonesia termasuk pada perbikahan Putra/Putri Presiden pun. yang mana memperlihatkan ke istimewaan Yogyakarta yang benar-benar tulus mengakui kepemimpinan dan keberadaan Keraton Yogyakarta sebagai milik bersama rakyat Yogyakarta.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-6yrP3QnwcSU/TqAVIh3WhjI/AAAAAAAAAeI/fN8A6CkaYwY/s1600/24.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="246" src="http://4.bp.blogspot.com/-6yrP3QnwcSU/TqAVIh3WhjI/AAAAAAAAAeI/fN8A6CkaYwY/s320/24.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">Selain itu juga terdapat 100 buah penjor janur (janur kuning) hasil kreasi sumbangan masyarakat yogyakarta terhadap Sultan Hamengkubuwono yang menyemarakkan jalan sepanjang Malioboro. Inilah bagian dari tradisi rakyat Jogja yaitu tanda suka cinta rakyat Yogyakarta terhadap keluarga Sultan Hamengku Buwono X yang mereka cintai.</div><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div></div>Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-44445335473791892712011-09-30T21:47:00.000+07:002011-09-30T21:47:55.231+07:00Panggung Krapyak - Tempat Raja Berburu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-MWJt1J5-cjw/ToXV8ltSwZI/AAAAAAAAAbE/l-fwhJS0Q3o/s1600/1.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-MWJt1J5-cjw/ToXV8ltSwZI/AAAAAAAAAbE/l-fwhJS0Q3o/s1600/1.jpeg" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span>Alkisah wilayah Krapyak, yang kini berada di selatan Kraton Yogyakarta, dahulu merupakan hutan lebat. Beragam jenis hewan liar terdapat di sini, salah satunya rusa atau dalam bahasa Jawa disebut <i>menjangan</i>. Tak heran bila wilayah ini dulu banyak digunakan sebagai tempat berburu oleh Raja-Raja Mataram.</span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span>Raden Mas Jolang yang bergelar Prabu Hanyokrowati, raja kedua Kerajaan Mataram Islam dan putra Panembahan Senopati, adalah salah satu raja yang memanfaatkan Hutan Krapyak sebagai tempat berburu. Pada tahun 1613, beliau mengalami kecelakaan dalam perburuan dan akhirnya meninggal di sini. Beliau dimakamkan di Kotagede dan diberi gelar Panembahan Seda Krapyak (berarti raja yang meninggal di Hutan Krapyak).</span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-E1RI4pcveKk/ToXWTxpdvHI/AAAAAAAAAbI/6k-NOtRkgxM/s1600/2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://4.bp.blogspot.com/-E1RI4pcveKk/ToXWTxpdvHI/AAAAAAAAAbI/6k-NOtRkgxM/s320/2.jpg" width="320" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-u-V3UdNl5iQ/ToXWUxj-WiI/AAAAAAAAAbM/Cj0Tq2CHXqc/s1600/3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://3.bp.blogspot.com/-u-V3UdNl5iQ/ToXWUxj-WiI/AAAAAAAAAbM/Cj0Tq2CHXqc/s320/3.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span>Raja lain yang gemar berburu di Hutan Krapyak adalah Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I). Beliau-lah yang mendirikan Panggung Krapyak lebih dari 140 tahun setelah wafatnya Prabu Hanyokrowati di hutan ini. Panggung Krapyak merupakan petunjuk sejarah bahwa wilayah Krapyak pernah dijadikan sebagai area berburu. Bila berminat, anda bisa mendatanginya dengan melaju ke selatan dari Alun-Alun Kidul, melewati Plengkung Gading dan Jalan D.I Panjaitan. Panggung Krapyak akan ditemukan setelah melaju kurang lebih 3 kilometer, berada tepat di tengah jalan.</span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span> </span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span>Bangunan Panggung Krapyak berbentuk persegi empat seluas 17,6 m x 15 m. Dindingnya terbuat dari bata merah yang dilapisi semen cor dan disusun ke atas setinggi 10 m. Bagian dinding kini tampak berwarna hitam, menunjukkan usianya yang hampir menyamai usia Kota Yogyakarta, seperempat milenium. Bangunan tampak masih kokoh, walau beberapa bagian mengalami kerusakan akibat gempa 27 Mei 2006 lalu.</span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span>Arsitektur bangunan panggung ini cukup unik. Setiap sisi bangunan memiliki sebuah pintu dan dua buah jendela. Pintu dan jendela itu hanya berupa sebuah lubang, tanpa penutup. Bagian bawah pintu dan jendela berbentuk persegi tetapi bagian atasnya melengkung, seperti rancangan pintu dan jendela di masjid-masijd.</span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-yhRQQyEh8h0/ToXWbpERazI/AAAAAAAAAbQ/xNEtc36c-LQ/s1600/4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://1.bp.blogspot.com/-yhRQQyEh8h0/ToXWbpERazI/AAAAAAAAAbQ/xNEtc36c-LQ/s320/4.jpg" width="320" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-02aIBcB9zcc/ToXWcMRr6oI/AAAAAAAAAbU/qpRi5_4cXX4/s1600/5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://1.bp.blogspot.com/-02aIBcB9zcc/ToXWcMRr6oI/AAAAAAAAAbU/qpRi5_4cXX4/s320/5.jpg" width="320" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-fNLs-PiMJ7c/ToXWc4p3xkI/AAAAAAAAAbY/SrVN4iPPDPo/s1600/6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://1.bp.blogspot.com/-fNLs-PiMJ7c/ToXWc4p3xkI/AAAAAAAAAbY/SrVN4iPPDPo/s320/6.jpg" width="320" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-8Ro5QrO82BY/ToXWdRoXtHI/AAAAAAAAAbc/3x_XjGujF3A/s1600/7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://2.bp.blogspot.com/-8Ro5QrO82BY/ToXWdRoXtHI/AAAAAAAAAbc/3x_XjGujF3A/s320/7.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span> </span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span>Bangunan panggung terbagi menjadi dua lantai. Lantai pertama memiliki 4 ruang dan lorong pendek yang menghubungkan pintu dari setiap sisi. Kalau matahari bersinar terang, cahayanya akan menembus ke dalam lantai pertama bangunan lewat pintu dan jendela. Adanya sinar matahari membuat nuansa tua yang tercipta dari kondisi bangunan serta udara yang lebih lembab dan dingin akan langsung menyergap.</span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span>Jika menuju salah satu ruang di bagian tenggara dan barat daya bangunan dan menatap ke atas, anda bisa melihat sebuah lubang yang cukup lebar. Dari lubang itulah raja-raja yang hendak berburu menuju ke lantai dua (berguna sebagai tempat berburu) dengan dibantu sebuah tangga kayu yang kini sudah tidak dapat dijumpai lagi. Dengan menatap ke atas pula, anda bisa mengetahui bahwa terdapat sebuah atap untuk menaungi lubang yang kini telah ambruk, mungkin berguna untuk mencegah air masuk.</span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span>Sekilas, bangunan ini menggambarkan kenyamanan yang diperoleh raja, bahkan saat berburu. Ketinggian bangunan membuat raja berburu dengan rasa nyaman dan aman, leluasa mengintai tanpa perlu khawatir diserang oleh hewan buas ketika berburu. Lantai dua tempat ini pun cukup nyaman, berupa ruangan terbuka yang cukup luas dan dibatasi oleh pagar berlubang dengan ketinggian sedang.</span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span>Ketinggian bangunan ini menyebabkan beberapa orang menduga bahwa Panggung Krapyak juga digunakan sebagai pos pertahanan. Konon, dari tempat ini gerakan musuh dari arah selatan bisa dipantau sehingga bisa memberikan peringatan dini kepada Kraton Yogyakarta bila terjadi serangan. Para prajurit secara bergantian ditugaskan untuk berjaga di tempat ini, sekaligus berlatih berburu dan <i>olah kanuragan</i> (kemampuan berperang).</span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span>Panggung Krapyak termasuk bangunan yang terletak di poros imajiner kota Yogyakarta, menghubungkan Gunung Merapi, Tugu Jogja, Kraton Yogyakarta, Panggung Krapyak dan Laut Selatan. Poros Panggung Krapyak hingga Kraton menggambarkan perjalanan manusia dari lahir hingga dewasa. Wilayah sekitar panggung melambangkan kehidupan manusia saat masih dalam kandungan, ditandai dengan adanya kampung Mijen di sebelah utara Panggung Krapyak sebagai lambang benih manusia. </span></span></div></div>Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-67807348030244762322011-09-30T21:38:00.000+07:002011-09-30T21:38:38.789+07:00Taman Sari - Benteng yang Dikelilingi Air<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-SnldgcTBBsk/ToXTp-WGqNI/AAAAAAAAAag/ldKnTVBDws8/s1600/00.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://2.bp.blogspot.com/-SnldgcTBBsk/ToXTp-WGqNI/AAAAAAAAAag/ldKnTVBDws8/s320/00.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span> </span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span>Tamansari adalah taman kerajaan atau pesanggrahan Sultan Yogya dan keluarganya. Sebenarnya selain Taman Sari, Kesultanan Yogyakata memiliki beberapa pesanggrahan seperti Warungboto, Manukberi, Ambarbinangun dan Ambarukmo. Kesemuanya berfungsi sebagai tempat tetirah dan bersemadi Sultan beserta keluarga. Disamping komponen-komponen yang menunjukkan sebagai tempat peristirahatan, pesanggrahan-pesanggrahan tersebut selalu memiliki komponen pertahanan. Begitu juga hanya dengan Tamansari. </span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span>Letak Tamansari hanya sekitar 0,5 km sebelah selatan Kraton Yogyakarta. Arsitek bangunan ini adalah bangsa Portugis, sehingga selintas seolah-olah bangunan ini memiliki seni arsitektur Eropa yang sangat kuat, disamping makna-makna simbolik Jawa yang tetap dipertahankan. Namun jika kita amati, makna unsur bangunan Jawa lebih dominan di sini. Tamansari dibangun pada masa Sultan Hamengku Buwono I atau sekitar akhir abad XVII M. Tamansari bukan hanya sekedar taman kerajaan, namun bangunan ini merupakan sebuah kompleks yang terdiri dari kolam pemandian, kanal air, ruangan-ruangan khusus dan sebuah kolam yang besar (apabila kanal air terbuka).</span></span></div><div style="display: inline; float: left; font-family: Verdana,sans-serif; margin-right: 10px;"> <script type="text/javascript">
<!--
google_ad_client = "ca-pub-9683485773089064";
/* 300x250 (in article) */
google_ad_slot = "4541940917";
google_ad_width = 300;
google_ad_height = 250;
//-->
</script> <script src="http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/show_ads.js" type="text/javascript">
</script> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span>Bagian - bagian Tamansari:<br />
<ol><li><b>Bagian Sakral</b><br />
Bagian sakral Tamansari ditunjukkan dengan sebuah bangunan yang agak menyendiri. Ruangan ini terdiri dari sebuah bangunan berfungsi sebagai tempat pertapaan Sultan dan keluarganya.</li>
<li><b>Bagian Kolam Pemandian</b><br />
Bagian ini merupakan bagian yang digunakan untuk Sultan dan keluarganya bersenang-senang. Bagian ini terdiri dari dua buah kolam yang dipisahkan dengan bangunan bertingkat. Air kolam keluar dari pancuran berbentuk binatang yang khas. Bangunan kolam ini sangat unik dengan pot-pot besar didalamnya.</li>
<li><b>Bagian Pulau Kenanga</b><br />
Bagian ini terdiri dari beberapa bangunan yaitu Pulau Kenanga atau Pulau Cemeti, Sumur Gemuling, dan lorong-lorong bawah tanah. </li>
</ol></span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span>Pulau Kenanga atau Pulau Cemeti adalah sebuah bangunan tinggi yang berfungsi sebagai tempat beristirahat, sekaligus sebagai tempat pengintaian. Bangunan inilah satu-satunya yang akan kelihatan apabila kanal air terbuka dan air mengenangi kawasan Pulau Kenanga ini. Disebutkan bahwa jika dilihat dari atas, bangunan seolah-olah sebuah bunga teratai di tengah kolam sangat besar. </span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-hdIMZrdbj-Y/ToXT3ho-_ZI/AAAAAAAAAak/4QJalz9ap18/s1600/2.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-hdIMZrdbj-Y/ToXT3ho-_ZI/AAAAAAAAAak/4QJalz9ap18/s1600/2.jpeg" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-p5tgM6hDChc/ToXT6AVks2I/AAAAAAAAAao/eA69AjH6U70/s1600/3.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-p5tgM6hDChc/ToXT6AVks2I/AAAAAAAAAao/eA69AjH6U70/s1600/3.jpeg" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span>Sumur Gemuling adalah sebuah bangunan melingkar yang berbentuk seperti sebuah sumur didalamnya terdapat ruangan-ruangan yang konon dahulu difungsikan sebagai tempat sholat. </span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span>Sementara itu lorong-lorong yang ada di kawasan ini dahulu konon berfungsi sebagai jalan rahasia yang menghubungkan Tamansari dengan Kraton Yogyakarta. Bahkan ada legenda yang menyebutkan bahwa lorong ini tembus ke pantai selatan dan merupakan jalan bagi Sultan Yogyakarta untuk bertemu dengan Nyai Roro Kidul yang konon menjadi istri bagi raja-raja Kasultanan Yogayakarta. Bagian ini memang merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat pertahanan atau perlindungan bagi keluarga Sultan apabila sewaktu-waktu ada serangan dari musuh.</span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span><br />
</span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span>Tamansari adalah sebuah tempat yang cukup menarik untuk dikunjungi. Selain letaknya yang tidak terlalu jauh dari Kraton Yogyakarta yang merupakan obyek wisata utama kota ini, Tamansari memiliki beberapa keistimewaan. Keistimewaan Tamansari antara lain terletak pada bangunannya sendiri yang relatif utuh dan terawat serta lingkungannya yang sangat mendukung keberadaannya sebagai obyek wisata. </span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-4oBUeEa3LfE/ToXT7a4ds8I/AAAAAAAAAa0/0uTkCybOJ3Q/s1600/6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://1.bp.blogspot.com/-4oBUeEa3LfE/ToXT7a4ds8I/AAAAAAAAAa0/0uTkCybOJ3Q/s320/6.jpg" width="320" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-rVNGTyk_S7c/ToXT7tjg4MI/AAAAAAAAAa4/CyJBWraWfIU/s1600/7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://2.bp.blogspot.com/-rVNGTyk_S7c/ToXT7tjg4MI/AAAAAAAAAa4/CyJBWraWfIU/s320/7.jpg" width="320" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-aIb6c5IsbmM/ToXT8E2KSWI/AAAAAAAAAa8/EP18kukjB8E/s1600/8.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://2.bp.blogspot.com/-aIb6c5IsbmM/ToXT8E2KSWI/AAAAAAAAAa8/EP18kukjB8E/s320/8.jpg" width="320" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-j1ZtuCII-2I/ToXT80mtamI/AAAAAAAAAbA/pT8hGod4s7Y/s1600/9.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://4.bp.blogspot.com/-j1ZtuCII-2I/ToXT80mtamI/AAAAAAAAAbA/pT8hGod4s7Y/s320/9.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span>Di lingkungan Tamansari ini dapat dijumpai masjid Saka Tunggal yang memiliki satu buah tiang. Meskipun masjid ini dibangun pada abad XX, namun keunikannya tetap dapat menjadi aset dikompleks ini. Disamping itu, kawasan Tamansari dengan kampung tamam-nya ini sangat terkenal dengan kerajinan batiknya. Kita dapat berbelanja maupun melihat secara langsung pembuatan batik-batik yang berupa lukisan maupun konveksi. Kampung Tamansari ini sangat dikenal sehingga banyak mendapat kunjungan baik dari wisatawan mancanegara maupun wisata nusantara. Tidak jauh dari Tamansari, dapat dijumpai Pasar ngasem yang merupakan pasar tradisional dan pasar burung terbesar di Yogyakarta. Beberapa daya tarik pendukung inilah yang membuat Tamansari menjadi salah satu tujuan wisata Yogyakarta Kraton Yogyakarta. </span></span></div></div>Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-17525933754888698692011-07-09T21:05:00.000+07:002011-07-09T21:05:57.312+07:00Siti Hinggil Ler<div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-wesp_x6mHyw/ThhgIJLEZbI/AAAAAAAAAac/wLOzpQmQSZs/s1600/stihinggil.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://4.bp.blogspot.com/-wesp_x6mHyw/ThhgIJLEZbI/AAAAAAAAAac/wLOzpQmQSZs/s320/stihinggil.jpg" width="320" /></a></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Di selatan kompleks Pagelaran terdapat Kompleks Siti Hinggil. Kompleks Siti Hinggil secara tradisi digunakan untuk menyelenggarakan upacara-upacara resmi kerajaan. Di tempat ini pada 19 Desember 1949 digunakan peresmian Univ. Gadjah Mada. Kompleks ini dibuat lebih tinggi dari tanah di sekitarnya dengan dua jenjang untuk naik berada di sisi utara dan selatan. Di antara Pagelaran dan Siti Hinggil ditanami deretan pohon Gayam.<br />
<br />
Di kanan dan kiri ujung bawah jenjang utara Siti Hinggil terdapat dua Bangsal Pacikeran yang digunakan oleh abdi-Dalem Mertolulut dan Singonegoro sampai sekitar tahun 1926. Pacikeran barasal dari kata ciker yang berarti tangan yang putus. Bangunan Tarub Agung terletak tepat di ujung atas jenjang utara. Bangunan ini berbentuk kanopi persegi dengan empat tiang, tempat para pembesar transit menunggu rombongannya masuk ke bagian dalam istana. Di timur laut dan barat laut Tarub Agung terdapat Bangsal Kori. Di tempat ini dahulu bertugas abdi-Dalem Kori dan abdi-Dalem Jaksa yang fungsinya untuk menyampaikan permohonan maupun pengaduan rakyat kepada Sultan.</span> <span style="font-size: small;"><br />
</span> <span style="font-size: small;"> </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Bangsal Manguntur Tangkil terletak ditengah-tengah Siti Hinggil di bawah atau di dalam sebuah hall besar terbuka yang disebut Tratag Sitihinggil. Bangunan ini adalah tempat Sultan duduk di atas singgasananya pada saat acara-acara resmi kerajaan seperti pelantikan Sultan dan Pisowanan Agung. Di bangsal ini pula pada 17 Desember 1949 Ir. Soekarno dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia Serikat. Bangsal Witono berdiri di selatan Manguntur Tangkil. Lantai utama bangsal yang lebih besar dari Manguntur Tangkil ini dibuat lebih tinggi. Bangunan ini digunakan untuk meletakkan lambang-lambang kerajaan atau pusaka kerajaan pada saat acara resmi kerajaan.<br />
<br />
Bale Bang yang terletak di sebelah timur Tratag Siti Hinggil pada zaman dahulu digunakan untuk menyimpan perangkat Gamelan Sekati, KK Guntur Madu dan KK Naga Wilaga. Bale Angun-angun yang terletak di sebelah barat Tratag Siti Hinggil pada zamannya merupakan tempat menyimpan tombak, KK Suro Angun-angun</span></div>Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-3777699298651070782011-07-09T20:58:00.001+07:002011-07-09T20:59:20.210+07:00Panggung Krapyak<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-35c7Ej9_X5M/ThheamqckKI/AAAAAAAAAaA/XOL74Gs9rL8/s1600/k1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="238" src="http://4.bp.blogspot.com/-35c7Ej9_X5M/ThheamqckKI/AAAAAAAAAaA/XOL74Gs9rL8/s320/k1.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">Panggung krapyak dibangun oleh Sultan HB I dan saat ini merupakan benda cagar budaya. Gedhong panggung, demikian disebut, merupakan sebuah podium dari batu bata dengan tinggi 4 m, lebar 5 m, dan panjang 6 m. Tebal dindingnya mencapai 1 m. Bangunan ini memiliki 4 pintu luar, 8 jendela luar, serta 8 pintu di bagian dalam. Atap bangunan dibuat datar dengan pagar pembatas di bagian tepinya. Untuk mencapainya tersedia tangga dari kayu di bagian barat laut. </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">Bangunan bertingkat ini disekat menjadi 4 buah ruang. Dahulu tempat ini digunakan sebagai lokasi berburu menjangan (rusa/kijang) oleh keluarga kerajaan. Berlokasi dekat Ponpes Krapyak, konon tempat Gus Dur (presiden IV) pernah menimba ilmu, bangunan di sebelah selatan Keraton ini menjadi batas selatan kota tua Yogyakarta. Namun demikian, bangunan ini lebih mirip dengan gerbang kemenangan, Triumph d’Arc. Kondisinya sempat memprihatinkan akibat gempa bumi tahun 2006 sebelum akhirnya direnovasi. Setelah renovasi bangunan ini diberi pintu besi sehingga orang-orang tidak dapat masuk kedalamnya. </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-hq3UNeIdt_c/ThhebMSuoMI/AAAAAAAAAaE/KOSmc5EjRNw/s1600/k2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-hq3UNeIdt_c/ThhebMSuoMI/AAAAAAAAAaE/KOSmc5EjRNw/s1600/k2.jpg" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-nU53hkSAeps/ThhebedB5mI/AAAAAAAAAaI/g5rYee1kNZ4/s1600/k3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-nU53hkSAeps/ThhebedB5mI/AAAAAAAAAaI/g5rYee1kNZ4/s1600/k3.jpg" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-rXT4gygi2Co/ThhedKLpPmI/AAAAAAAAAaY/ETlYnzzbWno/s1600/k7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-rXT4gygi2Co/ThhedKLpPmI/AAAAAAAAAaY/ETlYnzzbWno/s1600/k7.jpg" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-HIYAT3lB0ZM/ThhecbSb9XI/AAAAAAAAAaQ/ZRDCUuHA8fM/s1600/k5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-HIYAT3lB0ZM/ThhecbSb9XI/AAAAAAAAAaQ/ZRDCUuHA8fM/s1600/k5.jpg" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-LRw1vX09jJQ/Thheb9tV8PI/AAAAAAAAAaM/3PDvwqxQPdg/s1600/k4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-LRw1vX09jJQ/Thheb9tV8PI/AAAAAAAAAaM/3PDvwqxQPdg/s1600/k4.jpg" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div>Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-62293179915106855922011-06-18T17:31:00.000+07:002011-06-18T17:31:30.884+07:00Perjalanan SRI Sultan Hamangkubuwono IX (Buku)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-T3nMLMSQkz8/Tfx9_m1g7DI/AAAAAAAAAZ4/dCnsY_BqbpA/s1600/shb9.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="164" src="http://1.bp.blogspot.com/-T3nMLMSQkz8/Tfx9_m1g7DI/AAAAAAAAAZ4/dCnsY_BqbpA/s320/shb9.jpg" width="320" /></a></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Judul Buku : Hamangkubuwono IX</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Penulis : K. Tino</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Penerbit : Navila Idea</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Cetakan : I, 2011</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Tebal : 198 Halaman</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Peresensi : Romel Masykuri*</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Peranan Hamangkubuwono IX dalam Serangan Umum 1 Maret sudah banyak diketahui. Pun, perlawanannya terhadap Suharto ketika menjadi Wakil Presiden sudah banyak diuraikan. Namun peranan Hamangkobuwono IX sebagai agen CIA masih misteri, dan seringkali menjadi desas-desus semata. Konon ada tiga tokoh yang disebut-sebut sebagai agen CIA untuk menghancurkan PKI. Mereka adalah Suharto, Adam Malik dan Hamangkubuwono IX. Baik Suharto dan Adam Malik sudah banyak dikupas oleh para ahli sejarah. Akan tetapi, buku yang mengupas keterlibatan Hamangkubuwono IX masih belum ada.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Buku ini mencoba menelusuri semua misteri dan desah-desus itu, mulai dari pengumpulan data-data yang membuktikan tidaknya Hamangkubuwono IX sebagai agen resmi CIA. Kita akan terperangah dengan penemuan-penemuan yang ada di dalamnya. Satu titik sejarah negeri ini akan terurai dengan gamplang.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pada bagian pertama buku ini menceritkan tentang masa muda Hamangkubuwono IX dan posisi penting yang di lakukan oleh Hamangkubuwono di masa awal kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). SRI Sultan Hamangkubuwono IX lahir di Sompilan Ngasem, Yogyakarta, 12 April 1912 dan meninggal di Washington, DC, Amerika Serikat, 2 Oktober 1988 pada umur 76 tahun. Ia adalah seorang raja yang pernah memimpin di Kasultanan Yogyakarta dan Gubernur DIY. Tahun 1973-1978 ia pernah menjadi Wakil Presiden Indonesia, lebih dari itu ia juga dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Ketua kwartir Nasional Gerakan Pramuka.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Masa awal kemerdekaan Indonesia ia merupakan tokoh yang cukup berperan dalam fase Indonesia berkembang dan upaya menghapus puing-pung kolonialisme. Salah satu bukti sejarah yang tidak bisa di lupakan adalah masa di mana awal kemerdekaan Indonesia ditandai dengan suasana mencekam yang disebabkan keganasan NICA (Belanda). Pada bulan Oktober, November dan Desember 1945, Jakarta menjadi ajang kekerasan dan teror sehingga menyebabkan penduduk menutup pintu sejak senja hari. Tentara NICA melakukan provokasi dan memancing insiden dimana-dimana sehingga ribuan warga tak berosa menjadi korban.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pada saat kondisi Ibu Kota Jakarta sedang tidak aman dan penuh konflik, maka sultan HB IX meminta agar Sukarno-Hatta dan seluruh pemimpin Republik pindah ke Yogyakarta, dengan pertimbangan Belanda lewat NICA sudah membonceng Sekutu dan akan menjadikan Jakarta sebagai pusat pertempuran. Dan memang betul prediksi dan nalar pemikiran HB IX tidak meleset, garis Jakarta-Bandung merupakan pusat kekuatan militer NICA, apalagi di Jakarta ada Batalyon X yang terkenal kejam. Akhirya, tanggal 3 Januari 1946 diambil keputusan untuk memindahkan pusat pemerintahan Indonesia ke Yogyakarta. Saking baiknya Sultan demi pengorbanan bagi ibu pertiwi, seluruh pembiayaan para Penggede RI ditanggung sepenuhnya oleh pihak kesultanan. Sungguh pemimpin arif nan bijaksana.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> Berbeda lagi peran HB IX pada masa Orde Baru. Setelah keluarnya Surat Perintah 11 maret 1966 (Supersemer) yang kemudian dikukuhkan oleh ketetapan MPRRS No. IX/MPRS/1966, maka Indonesia memasuki zaman baru. Kepemimpinan Presiden Sukarno beralih ke triumvirat (Tiga Serangkai) yakni Suharto, Adam Malik, dan Sultan HB IX yang kesemuanya pro Amerika. Kepemimpinan mereka menghadapi berbagai permasalahan yang berat, khsusnya di bidang ekonomi. Angka inflasi sudah mencapai 600 persen dan sudah mengarah pada Hiper-inflasi.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kemerosotan ekonomi Indonesia tersebut disebabkan pengelolaan ekonomi yang kurang berhasil, seperti tidak ada kemantapan hasil ekspor dan adanya fluktuasi harga di pasaran bagi bahan mentah Indonesia serta seretnya pemasukan pajak. Selain itu, Indonesia harus membayar utang luar negeri sebesar 2,6 miliyar doalr Amerika (termasuk utang warisan Belanda dari tahun 1896-1949). Disinilah peran Sultan HB IX berperan pada saat Indonesia berada dalam ke krisisisan. Sebagai Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Menko Ekuin) Kabinet Ampera, Sultan HB IX telah meletakkan rumusan dasar bagi program rehabilitasi dan stabilitasi Orde Baru dalam bidang ekonomi, moneter dan infrastruktur.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Program kerja yang dilakukan oleh Sultanpun mulai terasa dan memberikan pemulihan bagi Orde baru secara perlahan-lahan, mulai dari kembalinya kepercayaan luar negeri terhadap Indonesia, mengatur kembali perrundingan dengan negara pemberi pinjaman di masa lalu guna mengatur jadwal pembayarannya. Dalam usaha ini, HB IX juga bertindak aktif dengan mengadakan perjalanan ke mana-mana, seperti menghadiri pertemuan luar negeri yang orientasinya untuk menarik penanaman odal asing dan investasi di Indonesia.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Berbagi rintisan perbaikan ekonomi pada masa awal Orde baru (1966-1968) di mana Sultan HB IX memegang peranan utama telah banyak membuahkan hasil. Bantuan dari luar negeri mengalir dari berbagai penjuru dalam bentuk bantuan kredit devisa, bantuan pangan, bantuan teknik dan proyek dan melaksanakan pembangunan di Indonesia. Namun di balik keberhasilan Sultan HB IX dalam menarik modal asing juga memicu eksploitasi sumber daya alam Indonesia oleh perusahaan-perusahaan multi-nasional yanng dikendalikan oleh Amerika. Dalam bulan November 1967, menyusul tertangkapnya ‘hadiah terbesar’, kemudian hasil tangkapannya dibagi. The Time Life Corporation mensponsori konfrensi istimiwa di Jenawa yang dalam waktu tiga hari merancang pengambil alihan Indonesia. Para pesertanya meliputi kapitalis yang paling berkuasa di dunia, orang-orang seperti david Rockefeller.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Singkat kata, buku ini telah berhasil menberikan fakta-fakta sejarah langka tentang peran penting Sri Sultan Hamangkubuwono IX dalam pemerintahan Indonesia masa awal kemerdekaan, Orde Lama dan Orde Baru, baik perannya di wilayah ekonomi, politik dan kemasyarakatan.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">*)Romel Masykuri, Kader Muda Ashram Bangsa Jogjakarta </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Diambil dari www.kompas.com </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: x-small;">(http://oase.kompas.com/read/2011/06/18/13455342/Perjalanan.SRI.Sultan.Hamangkubuwono.IX) </span></span></div></div>Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-59158570420249287332011-06-07T12:41:00.001+07:002011-06-07T12:45:44.677+07:00Pemikiran Raja Yogyakarta (Dalam Kebutaan Pemerintah)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-f0SpdsCuxv8/Te25uOGw9TI/AAAAAAAAAZk/BtzA9z8mfAE/s1600/sltn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="http://2.bp.blogspot.com/-f0SpdsCuxv8/Te25uOGw9TI/AAAAAAAAAZk/BtzA9z8mfAE/s320/sltn.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
Raja yang dikenal dekat dengan rakyatnya. Menurutnya, keberpihakan pada rakyat itu harus dilakukan sebagai suatu panggilan. Raja yang demokrat ini berperan penting dalam bergulirnya reformasi dengan deklarasi Ciganjur bersama Gus Dur, Megawati dan Amien Rais. Namun, ia kini gelisah melihat petinggi negeri ini yang tidak bersikap kesatria mau mengakui kesalahan jika memang bersalah. Priyai agung yang merakyat ini menjadi salah seorang kandidat Presiden pada Pemilu 2004.<br />
<br />
Lahir dengan nama Bendoro Raden Mas Herjuno Darpito pada tanggal 2 April 1946. Setelah dewasa bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Mangkubumi dan setelah diangkat sebagai putra mahkota diberi gelar KGPAA Hamengku Negara Sudibyo Raja Putra Nalendra Mataram. Lulusan Fakultas Hukum UGM ini dinobatkan sebagai raja di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tanggal 7 Maret 1989 (Selasa Wage 19 Rajab 1921) mengantikan ayahnya, Sri Sultan HB IX yang meninggal di Amerika, Oktober 1988. Kemudian menjabat Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, sejak 3 Oktober 1998.<br />
<span class="fullpost"><br />
Aktif dalam berbagai organisasi yaitu ketua umum Kadinda DIY, ketua DPD Golkar DIY, ketua KONI DIY, Dirut PT Punokawan yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi, Presiden Komisaris PG Madukismo, dan pada bulan Juli 1996 diangkat sebagai Ketua Tim Ahli Gubernur DIY.<br />
<br />
Jika singgah di Jogjakarta, barangkali akan mengunjungi Malioboro, yang menyuguhkan hidangan khas daerah itu. Namun, persinggahan akan terasa belum pas jika tidak melangkahkan kaki ke Keraton Jogjakarta, kurang lebih lima ratus meter ke arah selatan Malioboro. Sekilas, Keraton Jogjakarta memang tampak “angker”. Betapa tidak! Di pelatarannya terdapat dua beringin nan rimbun berpargar (ringin kurung). Sedangkan di pelataran belakang, juga tampak dua beringin yang menjulang tinggi. Konon, beringin itu menjadi “simbol” kebesaran Keraton.<br />
<br />
Keraton Jogjakarta memang menyimpan beragam kebesaran sejarah. Di masa kolonial, Keraton pernah menjadi benteng pertahanan dari penjajahan Belanda. Pada masa revolusi, keraton juga menjadi “Istana Presiden”, tatkala Jogjakarta sempat menjadi ibu kota Republik Indonesia. Bahkan, ketika maraknya demontrasi mahasiswa menyerukan Presiden Seoharto lengser keprabon, keraton kembali menjadi ajang bagi mahasiswa dan masyarakat Jogja untuk menggelar pisowanan ageng (“apel akbar”) mendukung gerakan reformasi guna memperkuat kepemimpinan nasional yang sungguh-sungguh memihak rakyat.<br />
<br />
Kini, di balik kebesaran keraton itu, terdapat tokoh sentral yang menjadi “decesion maker”-nya: Sri Sultan Hamengku Buwono X. Ia lahir dan dibesarkan di lingkungan keluraga yang sarat keberpihakannya kepada rakyat. Bahkan di kalangan masyarakat Jogja, tokoh ini pun dipuja sekaligus “disembah”.<br />
<br />
Sejak menggantikan ayahnya, Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang meninggal di Amerika, 8 Oktober 1988, Ngersa Dalem, demikian ia biasa disapa, dikenal sebagai sosok yang dekat dengan rakyatnya.<br />
<br />
Dalam suatu kesempatan, ia pernah mengatakan, keberpihakan pada rakyat itu tetap harus dilakukan sebagai suatu panggilan. “Saya harus membentuk jati diri untuk tumbuh dan mengembangkan wawasan untuk keberpihakan itu sendiri sebagai suatu kewajiban yang harus dilakukan. Selain itu, masyarakat juga agar mengetahui setiap gerak langkah saya dalam membentuk jati diri, dan rakyat diberi kesempatan untuk melihat bener atau tidak, mampu atau tidak, sependapat atau tidak, dan sebagainya”, ujuarnya.<br />
<br />
Keberpihakannya pada rakyat ini memang terbukti. Pada 14 Mei 1998, ketika gelombang demontrasi mahasiswa semakin membesar, Sultan mengatakan, “Saya siap turun ke jalan”. Ia benar-benar tampil dan berpidato di berbagai tempat menyuarakan pembelaan pada rakyat, sambil berpesan “Jogja harus menjadi pelopor gerakan reformasi secara damai, tanpa kekerasan”.<br />
<br />
Aksi turun ke jalan yang dilakukan Sri Sultan HB X itu bukan tanpa alasan. “Jika pemimpin tidak benar, kewajiban saya untuk mengingatkan. Karena memang kebangetan (keterlaluan), ya tak pasani sesasi tenan (ya saya puasai sebulan penuh)”, katanya.<br />
<br />
Puasa itu dimulai 19 April dan berakhir 19 Mei 1998 saat Sri Sultan HB X dan Sri Paku Alam VIII tampil bersama menyuarakan “Maklumat Yogyakarta”, yang mendukung gerakan reformasi total dan damai. Itu yang dia sebut ngelakoni. Pada akhir puasa, ia mengaku mendapat isyarat kultural “Soeharto jatuh, manakala omah tawon sekembaran dirubung laron sak pirang-pirang” (sepasang sarang tawon dikerumuni kelekatu dalam jumlah sangat banyak).<br />
<br />
“Bukan maksud saya mengabaikan peran mahasiswa. Saya hanya mendukung gerakan itu dengan laku kultural. Itu maksud saya”. Memang, sehari setelah banjir massa yang jumlahnya sering disebut lebih dari sejuta manusia di Alun-alun Utara Jogjakarta—mengikuti Aksi Reformasi Damai dengan mengerumuni sepasang berigin berpagar (ringin kurung)—Soeharto pun lengser.<br />
<br />
Sri Sultan HB X dengan Keraton Jogjakarta-nya memang fenomenal. Kedekatannya dengan rakyat, dan karena itu juga kepercayaan rakyat terhadapnya, telah menjadi ciri khas yang mewarisi hingga kini. Lihat saja, misalnya, pada 20 Mei 1998, di bawah reksa Sultan, aparat keamanan berani melepas mahasiswa ke alun-alun utara. Sebelum itu hampir setiap hari mahasiswa bersitegang melawan aparat keamanan untuk keluar dari kampus.<br />
<br />
Di pagi hari yang cerah di hari peringatan Kebangkitan Nasional 1998 itu, mahasiswa berbaris dengan amat tertib menyuarakan “mantra” sakti reformasi menuju Alun-alun Utara. Mereka pergi untuk mendengarkan maklumat yang akan dibacakan sebagai semacam pernyataan politik Sri Sultan.<br />
<br />
Di era reformasi, bersama Gus Dur, Megawati dan Amien Rais, Sultan Hamengku Buwono X menjadi tokoh yang selalu diperhitungkan. Legitimasi mereka berempat sebagai tokoh-tokoh yang dipercaya rakyat bahkan melebihi legitimasi yang dimiliki lembaga formal seperti DPR. Mereka berempat adalah deklarator Ciganjur, yang lahir justru ketika MPR sedang melakukan bersidang. Mereka berempat, plus Nurcholis Madjid dan beberapa tokoh nasional lain, diundang Pangab Jenderal TNI Wiranto untuk ikut mengupayakan keselamatan bangsa, setelah pristiwa kerusuhan di Ambon.<br />
<br />
Namun, selang beberapa tahun kemudian, keempat tokoh Ciganjur itu “pecah” dan tampak berjalan sendiri-sendiri. Bahkan salah satu di antaranya saling hujat-menghujat. Kondisi ini sempat menimbulkan gejolak politik di tanah air. Sri Sultan Hamengku Buwono X yang dikenal “netral” di antara berbagai kepentingan partai politik dan pemerintah, akhirnya mempertemukan tokoh-tokoh Ciganjur itu, plus Akbar Tanjung, pada 1 Agustus 2000 di Keraton Jogjakarta.<br />
Menghadapi gejolak reformasi, Sultan memang menyikapinya tidak hanya dengan pemikiran, pendirian, dan tindakan politik, tetapi juga dengan laku kultural. “Bukan maksud saya mengabaikan peran mahasiswa. Saya hanya mendukung gerakan itu (reformasi) dengan laku kultural”, katanya.<br />
<br />
Laku kultural perlu untuk melengkapi pertimbangan dan tindakan rasional. Dengan laku kultural, bukan hanya pikiran tapi hati akan ditajamkan, sehingga hati itu bisa mengajari kita untuk menangkap sasmita (gegulang sasmitarja), dan memberitahu kita, bahwa budi kita juga mengandung pekerja kewaspadaan (jero budi ana surti), agar kita hidup berhati-hati.<br />
Justru di situlah sumbangan Sri Sultan secara khas pada reformasi. Dengan pandangan kulturalnya, ia dibantu untuk melihat bahwa reformasi bukan sekadar memperjuangkan kebebasan untuk bisa sebebas-bebasnya, tetapi mentautkan kebebasan itu dengan kehati-hatian dan kewaspadaan, agar masyarakat yang ada juga berkat ikatan-ikatan kultural-tradisional tidak begitu saja diporakporandakan.<br />
<br />
Sejak terpilih sebagai Gubernur DIY pada 3 Oktober 1998, Sri Sultan memang dikenal sebagai sosok yang “netral” di antara berbagai kepentingan partai politk dan pemerintah. Karenaya, Sultan banyak diundang dalam seminar-seminar untuk membeberkan wawasan kebangsaannya.<br />
Dalam suatu kesempatan, Sultan pernah mengatakan, wawasan kebangsaan masa depan seharusnya merupakan pandangan proaktif untuk membangun bangsa menuju perwujudan cita-cita bersama sebagai suatu bangsa yang mandiri dan mampu mengembangkan inovasi iptek bangsa sendiri, agar memiliki keungulan daya saing yang tangguh di percarutan global. “Itulah sebagian wawasan kebangsaan beserta nilai-nilai kebangsaan yang ditemukan dan pantas dikembangkan di dalam Gerakan Mahasiswa sebagai pengikat semangat kebersamaan ke depan”, katanya.<br />
<br />
Namun, pemahaman tentang kebangsaan itu memang banyak hal yang perlu dipertanyakan: apakah suatu kebijakan dan program dapat dikatakan berwawasan kebangsaan atau tidak; Atau apakah setiap kelompok masyarakat dan organisasi, berikut partai-partai baru, telah berwawasan kebangsaan atau tidak. Dengan penghayatan paham kebangsaan yang seperti itu, menurutnya, kita dapat mendukung penataan organisasi-organisasi sosial politk, yang terbuka dan bersifat inklusif bagi seluruh warga negara.<br />
<br />
Karena itu, Sultan menyarankan, untuk memantapkan rasa kebangsaan pada seluruh bangsa haruslah menyentuh rasa keadilan, agar dapat terbentuk rasa kebersamaan yang bulat. Dalam rangka itu, aktualisasinya adalah bahwa berbagai kesenjangan harus dipersempit, bahkan sedapat mungkin ditiadakan. “Kita melihat ada beberapa macam kesenjangan; kesenjangan antardaerah, antarsektor dan antargolongan ekonomi, termasuk di dalamnya kesenjangan dalam kesempatan berusaha”, tuturnya.<br />
<br />
Dalam memasuki abad ke-21 di Era Globalisais yang ditandai oleh kompetensi antarbangsa yang semakin ketat ini, agar kita mampu bertahan, maka kesadaran terhadap wawasan kebangsaan dengan jiwa-semangat dan muatan roh baru yang lebih sesuai dengan tantangan zaman harus kita kembangkan serta tetap menjadi tekad dan komitmen total seluruh rakyat dan bangsa.<br />
Menurut Sultan, wawasan dan rasa kebangsaan yang melahirkan nasionalisme baru sebagai agenda juang bangsa Indonesia bukan lagi diikrarkan dengan sumpah mati atau melulu hanya berunjuk rasa. Akan tetapi, jiwa-semangat nasionalisme baru masa kini adalah bagaimana kita dapat mengejar ketertinggalan di bidang iptek serta memberikan makna dan manfaatnya bagi kehidupan yang lebih adil dan sejahtera.<br />
<br />
Disatu sisi kita harus meningkatkan kemampuan kualitatif dalam semua aspek kehidupan, dan disisi lain, mempertahankan jati-diri dan mengangkat harkat serta martabat kemanusiaan Indonesia dalam pergaulan dunia. “Untuk itu, agenda juang Nasionalisme Baru Bangsa Indonesia haruslah arif dan cerdas dalam menangkap peluang serta memanfaatkan momentum transformasi global dan reformasi nasional dengan mengkaitkan dimensi iptek, politik, ekonomi dan budaya satu sama lain dalam padanan yang seimbang”, ujarnya.<br />
<b><br />
Budaya Kuasa</b><br />
Secara verbal, masyarakat Indonesia dididik untuk bersikap kesatria, mengakui salah jika memang bersalah. Tetapi, ketika pembantu-pembantu presiden yang jelas-jelas bersalah dan kesalahan itu telah diketahui publik, ternyata tidak satu pun di antara mereka yang dengan rendah hati berani mengakuinya serta meminta maaf. Apalagi mengundurkan diri dengan sukarela sebagai rasa tanggung jawab moral kepada publik. Sultan Hamengku Buwono (HB) X, mengemukakan hal itu dalam pidato kebudayaan untuk memperingati 34 tahun Pusat Kesenian Jakarta-Taman Ismail Marzuki (PKJ-TIM) di PKJ-TIM, Selasa (5/11/02).<br />
<br />
Bahkan, para pembantu presiden yang salah itu, pada kenyataannya dilindungi. Tidak jarang mereka justru malah balik menantang publik dengan berkata, 'Silakan buktikan kalau saya bersalah'. Ini semua justru menunjukkan, bukan nilai tepa sarira (tenggang rasa yang mereka anut, tetapi lebih menonjolkan sikap nanding sarira (membanding-bandingkan), berbasis egoisme sapa sira sapa ingsun (siapa kamu, siapa saya), serta menunjukkan sikap budaya kuasa," kata HB X yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).<br />
<br />
Dalam kaitan itu, HB X dalam pidato bertajuk "Meluruskan Kembali Makna Nilai-nilai Budaya Jawa" menegaskan bahwa kenyataan semacam itu telah menjadikan tidak tumbuhnya budaya mundur di kalangan pejabat Indonesia. Padahal, mereka nyata-nyata secara etis bersalah dan kesalahannya juga sudah menjadi rahasia umum.<br />
<br />
Kenyataan tersebut pada gilirannya akan semakin melumpuhkan kekuatan dan supremasi hukum. "Sangat terasa, tata krama politik kita lebih bersifat hierarkis-struktural ketimbang kultural. Semangat tepa sarira malahan disalahartikan untuk juga tepa sarira terhadap pejabat yang melakukan penyelewengan."<br />
<br />
<b>Mengatur kultur</b><br />
HB X yang pada kesempatan itu menyatakan dirinya tampil sebagai seorang budayawan dari Keraton Yogyakarta, kemudian mengutip sebuah teori yang mengatakan, siapa menguasai struktur ia mengatur kultur.<br />
<br />
Oleh karena itu, HB X mengingatkan, "Selama ini kita telah tercebur ke dalam lumpur konformisme budaya melalui eksploitasi simbol-simbol budaya Jawa yang salah kaprah. Ini semua membawa akibat terjadinya monopoli kebenaran. Apa yang sudah kaprah atau terbiasa, tafsir yang 'salah' pun menjadi lazim dan tanpa sadar justru dibenarkan. Maka, jadilah budaya Jawa yang salah kaprah itu menyelinap ke segenap kehidupan bangsa."<br />
<br />
Ajaran Jawa mikul dhuwur mendhem jero, misalnya, makna sesungguhnya adalah menghormati leluhur, terlebih kepada orangtua yang telah meninggal dengan cara tidak mengungkit kesalahan, namun mengingat kebaikan. "(Sekarang-Red) Mikul dhuwur mendhem jero jadi salah kaprah, dikenakan bagi orang yang masih hidup, khususnya pemimpin. Kalaupun dia melakukan tindak penyelewengan, hendaknya dimaafkan dan dilupakan," katanya.<br />
<br />
HB X juga mengatakan, dalam peta politik nasional, alam pikiran Jawa pernah dominan. Kebudayaan Jawa menjadi pola bagi seluruh rangkaian kehidupan berbangsa dan bernegara. Dominasi itu misalnya terlihat dalam kosa kata bahasa Jawa. Menyitir pendapat budayawan Franz Magnis-Suseno, HB X mengatakan, pengaruh jawanisasi begitu kuat hingga menimbulkan "Jawanisasi tata krama komunikasi nasional."<br />
<br />
Ia menambahkan, pembangunan yang mengenyampingkan dimensi kebudayaan akan membawa masyarakat pada tiga kesalahpahaman umum, yakni tidak mengetahui, salah asumsi, dan salah penerapan. Sebagai akibat tidak mengetahui secara tepat pemaknaannya, pembangunan menjadi tidak tepat sasaran, bahkan cenderung terbalik.<br />
<br />
Di sisi lain, HB X melihat, pada masa Orde Baru ada sebuah fenomena menarik, karena secara bersamaan juga bisa disaksikan kultur masyarakat tidak sepenuhnya berada dalam cengkeraman struktur kekuasaan. "Terdapat benih-benih reformasi dalam bentuk perlawanan budaya, oleh karena budaya juga merupakan kekuatan sejarah," katanya.<br />
<br />
Perlawanan semacam itu muncul dari sebagian budayawan, seniman, dan ulama yang menitikberatkan pada dimensi kultural-spiritual. Seiring dengan ini, juga muncul perlawanan intelektual-realistik dari segolongan cendekiawan dan mahasiswa yang ditunjukkan pada pembenahan aspek struktural. Gerakan-gerakan tersebut di permukaan merupakan gerakan kultural-spiritual, tetapi jangkauannya adalah gerakan sosial. Mengutip pendapat Dr Kuntowijoyo, HB X menyebutkan, "Mereka berangkat dari perubahan cara berpikir, tetapi tujuannya ialah perubahan perilaku...."<br />
<br />
<b>Perlu "counter culture"</b><br />
Agenda yang sekarang ini sangat mendesak adalah perlunya untuk membentuk counter culture, yang mirip renaisans budaya-kebangunan kembali kebudayaan. Gerakannya berupa pemurnian makna terhadap idiom-idiom budaya Jawa yang selama ini telah cenderung dimanipulasi-tafsirkan, dan telah melekat menjadi wacana politik dan budaya politik.<br />
<br />
HB X mengakui, generasi yang lahir di zaman informasi pasti kurang mengenal kitab-kitab kuno, semisal Babad Tanah Jawi, Wulangreh, dan Wedhatama. "Jujur saja, banyak di antara kita yang juga kurang paham tentang apa yang dimaksud dengan lengser keprabon madeg pandhita serta idiom-idiom dengan sederet manipulasi makna, atau setidaknya interpretasi subyektif terhadap simbol-simbol budaya Jawa yang selama ini telah meresap menjadi semacam budaya politik bangsa."<br />
<br />
Proses tersebut telah berlangsung lama dan terkait langsung dengan sistem kekuasaan yang sentralistik di Jawa sehingga persoalan birokrasi dan kebijakan pemerintahan daerah selalu diproses di pusat. Akibatnya, pendistribusian pegawai atau pejabat ke daerah, terutama pada bidang-bidang strategis, lebih banyak ditempati orang-orang Jakarta.<br />
<br />
Atas dasar itu, kata HB X, untuk masa mendatang, menghargai dan memperhatikan pluralisme budaya yang kita miliki serta membangkitkan kembali identitas lokal merupakan keharusan strategis untuk kesatuan nasional Indonesia, terutama di era otonomai daerah.<br />
<br />
<b>Gelar Sasangko Minangkabau</b><br />
Sultan Hamengku Buwono X dan Ratu Hemas dari Ngayogyakarta Hadinigrat, resmi menjadi mamak orang Minang. Dalam suatu Sidang Majelis Adat di Istano Pagaruyuang, Batusangkar, Kabupaten Tanahdatar, Senin (29/4), mereka dianugerahi gelar kehormatan Sangsako Adat Minangkabau dari pewaris kerajaan Pagaruyuang, yang ditandai dengan pemasangan destar dan keris kepada Sultan dan pemasangan takuluak bapalak dan selendang tanah liek kepada Ratu Hemas.<br />
<br />
Sultan bergelar Yang Dipatuan Maharajo Alam Sati (atau dalam bahasa Indonesia Yang Dipertuan Maharaja Alam Sakti) dan Ratu Hemas bergelar Puan Gadih Puti Reno Indaswari (Puan Gadis Putri Reno Inderaswari). Ia disebut seorang sultan yang rendah hati, pengayom bagi masyarakat secara keseluruhan dan masyarakat Minang khususnya.<br />
<br />
Ketua Umum Kerapatan Adat Alam Minangkabau H Kamardi Rais Datuk P Simulie dalam sambutannya mengatakan, pengangkatan Sultan Hamengku Buwono Yang Dipatuan Maharajo Alam Sati sebagai mamak orang Minang di Yogyakarta, karena antara Yogyakarta dan Bukittinggi (Sumatera Barat) terdapat persamaan sejarah, mengambil peran yang sama sebagai ibu kota negara Indonesia dalam keadaan darurat.<br />
<br />
"Ketika Belanda melakukan serangan besar-besaran terhadap Maguwo, pada waktu subuh 19 Desember 1948 dan kemudian Yogya diduduki, maka pada saat yang genting itu Bukittinggi tampil menggantikan peranan Yogyakarta," katanya.<br />
Kemudian, ketika terbentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS), 14 Desember 1949, maka Yogyakarta dan Sumatera Barat sama-sama berteguh hati tetap berada dalam Republik Indonesia, ditambah dengan daerah Tapanuli dan Aceh.<br />
<br />
<b>Makna Keraton di Tengah Reformasi</b><br />
Ribuan umat Islam Minggu malam (20/8/02) memadati Pagelaran Keraton Yogyakarta dalam rangka Peringatan 254 Tahun Hadeging Nagari Ngayogyakarta. Mereka semua memanjatkan doa agar Keraton di bawah Sultan Hamengku Buwono X tetap lestari dan mampu mengajak masyarakat untuk terus berkembang maju, mandiri dan ber-akhlakul karimah.<br />
<br />
Acara Majelis Tasyakuran, Mujahadah Akbar dan Sema'an Al Qur'an juga dihadiri GBPH Joyokusumo, jajaran Muspida Provinsi DI Yogyakarta dan anggota DPRD DIY serta alim ulama se-Jawa, Lampung dan NTB. Sultan sendiri tidak hadir karena ada acara di Solo dan sambutannya dibacakan oleh permaisurinya, GKR Hemas.<br />
<br />
Menurut Sultan, dalam konteks reformasi sat ini, Keraton Yogyakarta harus mampu mereposisi diri dengan cara introspeksi. Hal itu perlu dilakukan, melalui proses kreatif, jika tidak perjalanan kebudayaan akan mati.<br />
<br />
Sebenarnya hal itu sudah lama mengusik pikiran Sultan adakah arti dan makna sebuah keraton di tengah-tengah arus reformasi? Keberadaan Keraton Yogyakarta adalah realitas historis yang memuat pesan kultural, berupa karya nyata dan batiniah.<br />
<br />
Melihat kenyataan ini, Sultan merasa prihatin. Bangsa yang selama ini dicitrakan sebagai bangsa yang religius, telah berubah menjadi bangsa yang mudah marah. Persoalan kecil selalu diselesaikan dengan kekerasan. Setiap lapisan masyarakat selalu menganggap diri benar dan tidak mau menerima perbedaan.<br />
<br />
Kalau menurut versi panitia, angka 254 itu menunjuk hadeging nagari, berdirinya kerajaan. Bukan menunjuk pada kondisi fisik keraton tetapi sebuah wilayah kenegaraan, wilayah kekuasaan raja. Angka 254 itu mengacu pada perhitungan kalender Jawa yang berbeda dengan kalender Masehi. "Menurut hitungan tahun Jawa, saat ini (2001) baru menginjak tahun 1934, sehingga peringatan kali ini bertolak pada angka 1680 tahun Jawa -hadeging nagari Ngayogyakarta," demikian penjelasan Suhardi, staf Keraton Kilen Yogyakarta, Senin (20/8).<br />
<br />
Pada masa itu Kerajaan Mataram masih bersatu dalam satu kerajaan di bawah Sri Sunan Paku Buwono II. Sampai pada tahun 1750, Pangeran Mangkubumi-kemudian HB I-sudah menguasai sebagian besar wilayah Mataram yang waktu itu dalam cengkeraman Kumpeni Belanda.<br />
Lewat Perjanjian Giyanti, 13 Februari 1755, wilayah Mataram dibagi dua, Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Sebulan setelah pertemuan di Giyanti itu, 13 Maret 1755 atau 29 Jumadilawal be 1680 tahun Jawa, diumumkan berdirinya Negara Ngayogyakarta dengan kepala negara Sri Sultan Hamengku Buwono bergelar Senapati Ing Ngalogo Ngabdurrachman Sayidin Panatagama Kalifatulah I ing Ngayogyakarta.<br />
<br />
Mbak Is, pemandu di Keraton Yogyakarta, menjelaskan, sebelum mendirikan bangunan keraton, Mangkubumi atau Sultan HB I mula-mula bertempat tinggal di Ambarketawang. "Ambarketawang letaknya di Desa Gamping sekitar empat kilometer barat Kota Yogyakarta, sebelah barat Kali Bedog. HB I masuk ke Ambarketawang 9 Oktober 1755 atau 3 Sura Wawu 1681. Di sana sampai sekarang masih ada sisa-sisa peninggalan keraton HB I," kata Mbak Is.<br />
Dari sana Sultan mencari tanah yang cocok untuk menjadi ibu kota Ngayogyakarta. Pada akhirnya ditemukan Hutan Beringan di antara Kali Winongo dan Kali Code. Sultan pun pindah, menempati keraton barunya pada Kamis Pahing 13 Sura Jimakir 1682 atau 7 Oktober 1756.<br />
<br />
Keberadaan (Keraton) Yogyakarta niscaya diawali dari seorang raja yang mempunyai wawasan dan kearifan yaitu Sultan HB I yang tak mau tunduk kepada Kumpeni. Mungkin tepat pula ujaran Sultan Hamengku Buwono X; Keraton Yogyakarta sekarang ini harus melakukan introspeksi terhadap keberadaannya agar selalu dapat menjawab tantangan zaman.<br />
<br />
<b>Bukan Pemerintahan Kerajaan</b><br />
Penguasa Keraton Yogyakarta yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sultan Hamengku Buwono X menegaskan hadirnya undang-undang tentang keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bukan dalam rangka membentuk sebuah pemerintahan yang menuju pada pemerintahan Kerajaan atau Keraton.<br />
<br />
Hal itu disampaikan Sultan dalam Rapat Paripurna DPRD Provinsi DPRD DIY yang berlangsung di Gedung DPRD, Yogyakarta, Senin (9/9/02). Pasal 7 RUU itu intinya mengatakan, penyelenggaraan pemerintahan di DIY didasarkan pada prinsip penghormatan terhadap tradisi, nilai dan budaya yang sudah lama dipertahankan dan berkembang di DIY. Namun, provinsi ini merupakan sebuah Daerah Istimewa yang tunduk dan patuh pada prinsip penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.</span></div></div>Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-76155385066808558272011-06-01T16:32:00.000+07:002011-06-01T16:32:20.380+07:00Tribulasi Takhta Kesultanan Mataram 1587-1757<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-86kGqSTImts/TeYHCcIf-HI/AAAAAAAAAZg/kR301y4TR-s/s1600/tgggmtRAM.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="248" src="http://3.bp.blogspot.com/-86kGqSTImts/TeYHCcIf-HI/AAAAAAAAAZg/kR301y4TR-s/s400/tgggmtRAM.jpg" width="400" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kesultanan Mataram didirikan oleh Danang Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati pada tahun 1587. Sutawijaya sendiri memerintah hingga tahun 1601. Daerah kekuasaan kerajaan Mataram Islam ini mewarisi daerah kekuasaan Pajang yaitu sekitar Jawa Tengah.<br />
<br />
Sesudah Sutawijaya meninggal kekuasaan diteruskan putranya Mas Jolang yang setelah naik tahta bergelar Prabu Hanyokrowati. Pemerintahan Prabu Hanyokrowati tidak berlangsung lama karena beliau wafat karena kecelakaan saat sedang berburu di hutan Krapyak. Karena itu ia juga disebut Susuhunan Seda Krapyak atau Panembahan Seda Krapyak yang artinya Raja (yang) wafat (di) Krapyak.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Setelah itu tahta beralih sebentar ke tangan putra keempat Mas Jolang yang bergelar Adipati Martoputro. Ternyata Adipati Martoputro menderita penyakit syaraf sehingga tahta beralih ke putra sulung Mas Jolang yang bernama Mas Rangsang.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Mas Rangsang atau yang dikenal sebagai Sultan Agung naik takhta pada tahun 1613. Pada masanya kekuasaan Mataram meluas hingga ke Jawa Timur dan Madura, bahkan Kesultanan Cirebon secara teratur memberikan upeti kepada Sultan Agung. Praktis pada tahun 1628 Mataram berkuasa hampir di seluruh Pulau Jawa kecuali Banten.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Pada tahun 1646, Sultan Agung wafat, kemudian ia digantikan oleh putranya, Amangkurat I. Di masanya, Amangkurat I terkenal sebagai salah satu Raja Jawa yang kejam. Pada waktu penobatannya ia melakukan tindakan membantai 3000 orang yang diperkirakan akan memberontak kepada dirinya. Kekejamannya membawa pemberontakkan Madura yang dipimpin oleh Trunojoyo.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Tahun 1677, Amangkurat I wafat, ia digantikan oleh putranya Amangkurat II dan pada saat itu pemberontakkan Trunojoyo belum berakhir. Lalu ia meminta bantuan VOC untuk mengatasi masalah tersebut. VOC bersedia membuat perjanjian dengan Amangkurat II dengan kompensasi Amangkurat II harus menggati seluruh biaya perang, daerah VOC diperluas ke selatan hingga ke Samudera Hindia termasuk Semarang dan daerah sekitarnya harus diserahkan ke VOC. Pemberontakkan Trunojoyo pun akhirnya dapat dipadami.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Permasalahan lain yang timbul adalah Pangeran Puger, kakak dari Amangkurat II, juga mengklaim takhta Mataram dengan mengangkat dirinya sendiri sebagai Sultan Mataram. Namun atas bantuan VOC Amangkurat II dengan Pangeran Puger berdamai. Pada masa ini ibukota Mataram pindah ke Kartasura.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Ketika Amangkurat II wafat pada tahun 1703 ia digantikan oleh Amangkurat III. Namun demikian Amangkurat III adalah seorang yang pendendam, ia dendam dengan Pangeran Puger yang telah mengkhianati ayahnya. Setelah penobatannya Amangkurat III melakukan penangkapan terhadap Pangeran Puger dan anak-anaknya, tetapi usahanya gagal. Keluarga Pangeran Puger dan anak-anaknya melarikan diri ke Semarang dan Banyumas.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Di Semarang Pangeran Puger bersekutu dengan VOC yang melindunginya akibat perjanjian yang dibuat tahun 1681, yaitu jika Pangeran Puger mengakui kedaulatan Mataram maka VOC akan melindunginya. Setelah menyusun kekuatannya Pangeran Puger dan VOC menyerang Kartasura. Tahun 1705 Kartasura jatuh ke tangan Pangeran Puger dan kemudian ia diangkat menjadi Raja Mataram dengan gelar Pakubuwono I.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Amangkurat III yang sempat melarikan diri keluar Kartasura akhirnya menyerah dan kemudian ia beserta keluarganya dibuang ke Srilangka.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Pakubuwono I wafat pada tahun 1719, kemudian ia digantikan oleh putra tertuanya Mangku Bumi dengan gelar Amangkurat IV. Ia memerintah tidak terlalu lama, pada tahun 1727 ia wafat dan digantikan oleh putranya yang baru berusia 16 tahun dan diberi gelar sebagai Pakubuwono II.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Di masa Pakubuwono II terjadi pembunuhan masal orang Cina oleh VOC akibat permasalahan migrasi orang-orang Cina ke Pulau Jawa khususnya di Batavia (peristiwa ini kemudian dikenal dengan nama “Geger Pecinan”). Patih Natakusuma, salah seorang patih Kerajaan Mataram, diam-diam telah mengadakan perjanjian dengan Cina, yaitu jika Cina berhasil mengalahkan VOC maka Cina akan mendapatkan seluruh pesisir utara Jawa dan keuntungannya.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Pakubuwono sendiri pun menghadapi situasi yang dilematis. Tahun 1741, ketika rakyatnya banyak yang memihak Cina, ia terikat perjanjian tidak tertulis dengan Batavia dalam memberantas huru-hara kaum Cina tersebut. Namun demikian suaranya tidak terlalu kuat berhadapan sebagian besar bangsawan yang menginginkan pertempuran dengan VOC.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Akhirnya pasukan Mataram bekerjasama dengan orang-orang Cina yang ingin balas dendam atas kejadian pembunuhan masal bergerak ke utara menyerang Semarang. Tercatat 20.000 pasukan Mataram ditambah 3.500 pasukan Cina terlibat dalam pertempuran tersebut.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Serangan ke Semarang gagal dan Pakubuwono II pun meminta maaf atas serangan tersebut ke VOC. Tetapi permintaan maaf Sultan dianggap oleh rakyat Kartasura sebagai pengkhianatan yang kemudian menyebabkan mereka melakukan kerusuhan dan pembakaran-pembakaran di Kartasura. Pakubuwono II pun akhirnya mundur ke Surakarta.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Sisa-sisa pendukung pemberontakan Cina yang masih tersisa adalah Raden Mas Said putra Arya Mangkunegara (Arya Mangkunegara kakak Pakubuwono II dari lain Ibu). Pakubuwana II mengumumkan sayembara berhadiah tanah Sokawati untuk siapa saja yang berhasil merebut daerah itu dari tangan Mas Said.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Pangeran Mangkubumi adik Pakubuwana II memenangkan sayembara itu tahun 1746. Ia dulu juga ikut mendukung pemberontakan Cina, namun kembali ke istana dan diterima Pakubuwana II. Saingan politiknya, yaitu Patih Pringgalaya membujuk raja supaya tidak menyerahkan hadiah sayembara tersebut.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Muncul pula Baron van Imhoff gubernur jenderal VOC yang memperkeruh suasana. Ia datang ke Surakarta mendesak Pakubuwana II agar menyewakan daerah pesisir kepada VOC dengan harga 20.000 real tiap tahun. Pangeran Mangkubumi menentang hal itu. Terjadilah pertengkaran di mana Baron van Imhoff menghina Mangkubumi di depan umum.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Pangeran Mangkubumi sakit hati dan meninggalkan Surakarta untuk bergabung dengan Mas Said sejak Mei 1746. Mereka berdua mengambil Yogyakarta sebagai basis pemberontakkan mereka.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Tahun 1749 Pakubuwono II jatuh sakit, kemudian ia meminta Gubernur Semarang von Hohendorf untuk datang ke Surakarta. Kepada von Hohendorf, Pakubuwono II meminta VOC-lah yang menentukan nasib Mataram kemudian. Ia meninggal dunia pada bulan Desember 1749, kedudukannya kemudian digantikan oleh putranya setelah diatur oleh VOC agar tidak timbul kekacauan. Dan ia dinobatkan menjadi Pakubuwono III.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Namun demikian keesokkan harinya setelah VOC mengangkat putra Pakubowo II menjadi Pakubuwono III, Mangkubumi pun menobatkan dirinya sebagai Pakubuwono III. Sehingga ada dua Pakubuwono III. Yang satu disebut Susuhunan Surakarta, sedangkan Mangkubumi disebut Susuhunan Kebanaran, karena bermarkas di desa Kebanaran di daerah Mataram.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Perang untuk memadamkan pemberontakkan Mangkubumi kembali berlanjut. Terjadi pertempuran besar terjadi di tepi Sungai Bogowonto tahun 1751 di mana Mangkubumi menghancurkan pasukan VOC yang dipimpin Kapten de Clerck. Dan semenjak itu Mangkubumi dianggap sebagai pahlawan Mataram dan kemudian ia didukung oleh sebagian besar bangsawan dan masyarakat Mataram.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Akibat perang perebutan takhta Mataram yang melibatkan VOC yang tak kunjung selesai, Gubernur Jenderal Mossel mengangkat Hartingh sebagai Gubernur Semarang menggantikan van Hohendorf yang ditugasi untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan jalan perundingan.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Perundingan alot dengan Hartingh akhirnya mencapai kesepakatan. Mangkubumi mendapatkan setengah wilayah kerajaan Pakubuwana III, sedangkan ia merelakan daerah pesisir yang disewa VOC seharga 20.000 real.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Akhirnya pada tanggal 13 Februari 1755 dilakukan penandatanganan naskah Perjanjian Giyanti (Giyanti adalah nama desa di sebelah timur Surakarta) yang mengakui kedaulatan Mangkubumi yang kemudian dinobatkan sebagai Sultan Hamengkubuwono I. Wilayah kerajaan yang dipimpin Pakubuwana III dibelah menjadi dua. Hamengkubuwana I mendapat setengah bagian.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Akibat perjanjian itu Mas Said (yang terkenal dengan sebutan “Pangeran Sambernyowo”) merasa dilangkahi dan dikhianati oleh Mangkubumi maka kemudian ia terus melakukan pemberontakan dan pertempuran di daerah-daerah Mataram hingga Gunung Kidul.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Namun pada tahun 1757 karena jumlah pasukan dan perbekalannya yang menipis serta motivasi yang sudah jatuh ia menyerah namun dengan syarat ia meminta beberapa daerah yang menjadi haknya. Gubernur Hartingh yang sudah jenuh dengan pertempuran membujuk Pakubuwono III untuk menerima Mas Said.</span> <span style="font-size: small;"><br />
<br />
Mas Said kemudian datang ke Salatiga dan berjanji akan setia kepada Pakubuwono III dan VOC. Dari perdamaian itu ia mendapatkan tanah sewa di selatan Surakarta, yaitu Wonogiri dan sekitarnya. Kemudian ia menamakan daerahnya sebagai Mangkunegaraan dan ia sendiri dinobatkan sebagai Adipati Aryo Mangkunegoro I.</span> </div></div>Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-11565866148783951882011-05-04T10:49:00.002+07:002011-05-04T10:55:40.287+07:00Kerajaan Mataram Islam (Belum Pudar)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="entry" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-aHQOJeAegpw/TcDOLfLwwBI/AAAAAAAAAZc/sA8GfHJ49Ic/s1600/300px-Kota_Gede_Jogjakarta.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-aHQOJeAegpw/TcDOLfLwwBI/AAAAAAAAAZc/sA8GfHJ49Ic/s1600/300px-Kota_Gede_Jogjakarta.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-sTuLenODalI/TcDMl7vSqXI/AAAAAAAAAZY/53L4eejz34o/s1600/yk+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br />
</a></div><span style="font-size: small;"><b> </b></span><br />
<span style="font-size: small;">Wibawa Kasultanan Yogyakarta masih terasa sangat kuat sampai pada hari ini. Pada tahun 1998, 2003, dan 2008, masyarakat Yogyakarta menyatakan dukungan kepada Sri Sultan HB X untuk menjadi Gubernur DIY. Ribuan orang berunjuk rasa, menyampaikan orasi, dan mengukuhkan HB X menjadi Kepala Daerah DIY. Itu merupakan salah satu bukti betapa kejayaan Kasultanan Yogyakarta masih belum pudar.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Kejayaan Kasultanan Yogyakarta masa kini mempunyai akar sejarah yang panjang. Pada awalnya kasultanan ini adalah Mataram Islam, sebuah kerajaan Jawa klasik yang berkuasa atas pulau Jawa dan Madura serta sebagian Kalimantan Barat. Mataram akhirnya terbelah menjadi dua melalui Perjanjian Giyanti (1755), yaitu Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Dengan demikian, Kasultanan Yogyakarta adalah pewaris sah kerajaan Mataram tersebut.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><b>ASAL MULA MATARAM ISLAM</b></span><br />
<span style="font-size: small;">Lahirnya Mataram Islam berkaitan dengan perkembangan kerajaan Pajang. Sebelum menjadi raja Pajang dengan gelar Sutan Hadiwijaya (1546-1586), Joko Tingkir atau Mas Karebet harus berperang melawan Adipati Jipang yang bernama Arya Penangsang. Joko Tingkir dapat mengalahkan Arya Penangsang berkat bantuan Danang Sataujaya. Namun, kemenangan itu terjadi karena strategi bagus yang diberikan oleh ayah Danang Sataujaya (yaitu Ki Ageng Pemanahan) dan tokoh lainnya yang bernama Penjawi. Oleh karena itu, Sutan Hadiwijaya memberi hadiah tanah Mentaok (sekitar Kota Gede Yogyakarta) kepada Ki Ageng Pemanahan. Kemudian, Ki Ageng Pemanahan membangun Mentaok menjadi sebuah Kadipaten yang berada di bawah kekuasaan Pajang.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Danang Sataujaya (putra Ki Ageng Pemanahan) menjadikan Kadipaten yang dibangun ayahnya itu menjadi sebuah kerajaan baru yang bernama Mataram Islam. Saat itu, setelah Sutan Hadiwijaya wafat, Pajang merosot. Danang menjadi raja pertama Mataram dengan gelar Panembahan Senopati (1584-1601). Selama masa kepemimpinanya, semua daerah di Jawa bagian tengah dan timur (kecuali Blambangan) berhasil ia taklukkan.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><b>PUNCAK KEJAYAAN</b></span><br />
<span style="font-size: small;">Mataram Islam mencapai puncak kejayaannya pada jaman Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1646). Daerah kekuasaannya mencakup Pulau Jawa (kecuali Banten dan Batavia), Pulau Madura, dan daerah Sukadana di Kalimantan Barat. Pada waktu itu, Batavia dikuasai VOC (<i>Vereenigde Oost Indische Compagnie</i>) Belanda.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Kekuatan militer Mataram sangat besar. Sultan Agung yang sangat anti kolonialisme itu menyerang VOC di Batavia sebanyak dua kali (1628 dan 1629). Menurut Moejanto seperti yang dikutip oleh Purwadi (2007), Sultan Agung memakai konsep politik <i>keagungbinataran</i> yang berarti bahwa kerajaan Mataram harus berupa ketunggalan, utuh, bulat, tidak tersaingi, dan tidak terbagi-bagi.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><b> </b></span><br />
<span style="font-size: small;"><b>MELANJUTKAN KEJAYAAN MATARAM</b></span><br />
<span style="font-size: small;">Kejayaan politik dan militer Mataram Islam yang mencapai puncaknya pada jaman Sultan Agung itu akhirnya mulai merosot sedikit demi sedikit. Pengganti Sultan Agung, Hamangkurat I (1647-1677) justru bersahabat dengan VOC. Hamangkurat II (1677-1703) menyerahkan Semarang kepada VOC. Meskipun demikian, Hamangkurat II melawan VOC di Kartasura sampai Kapten Tack meninggal. Hamangkurat III (1703-1708) lebih bersikap menentang VOC.</span><br />
<span style="font-size: small;">Kemerosotan tajam terjadi pada jaman Sunan Paku Buwono II (PB II) yang memerintah pada tahun 1727 sampai tahun 1749. </span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Pada mulanya, PB II menyerahkan Semarang, Jepara, Rembang, Surabaya, dan Madura kepada VOC. Pada tahun 1743 diserahkannya pula Demak dan Pasuruan. Belanda pun menguasai pelayaran orang Jawa yang berpusat di Tegal, Pekalongan, Kendal, Tuban, Juwana, dan sebagainya. Sebelum mangkat, PB II menyerahkan seluruh Mataram kepada VOC Belanda.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Syukurlah, Pangeran Mangkubumi tidak terima dengan semua itu. Ia pun bangkit melawan penjajah. Akhirnya ia memperoleh sebagian Mataram melalui Perjanjian Giyanti (1755). Meskipun nama kerajaan baru yang didirikannya bukan lagi Mataram namun Kasultanan <i>Ngayogyokarto Hadiningrat</i>, bangkitnya kerajaan baru ini sebenarnya melanjutkan kejayaan Mataram. Kasultanan Yogyakarta adalah pewaris sah kerajaan Mataram. Dengan demikian, kejayaan Mataram dilanjutkan.</span></div></div>Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-46427335787999929452011-05-01T11:19:00.001+07:002011-05-01T11:23:58.747+07:00Mempertegas Kembali Keistimewaan Yogyakarta (Kisah Sri Sultan HB IX<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<div class="MsoNormal"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-pDxOJLANO7M/Tbzfx6qsciI/AAAAAAAAAZE/ecoOSGQLvC8/s1600/hb9.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-pDxOJLANO7M/Tbzfx6qsciI/AAAAAAAAAZE/ecoOSGQLvC8/s1600/hb9.jpg" /></a></div><br />
</div><div class="MsoNormal"></div><div align="center" class="separator" style="text-align: center;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-uiQWG08l1mI/TZbd7U8ZYZI/AAAAAAAAAYA/9ft-VtysUEg/s1600/hb9.jpg"></a></span></div><div align="center" class="separator" style="text-align: center;"></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Suatu hari terjadi hiruk pikuk kehebohan di depan pasar Kranggan tahun tahun selelah Indonesia merdeka. Saat itu ada seorang wanita pedagang beras yang jatuh pingsan. Usut punya usut, wanita tua itu baru mengalami kejadian yang hanya terjadi seumur hidupnya. Sebelumnya wanita ini sedang menunggu kendaraan di tepi jalan, tiba tiba muncul kendaraan jeep dari arah utara menuju selatan. Wanita ini memang biasa <i>nunut nunut</i> kendaraan yang lewat, dan membayar satu rupiah untuk sekali jalan.<br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Jeep Willys itu berhenti dan wanita itu menyuruh si ‘ supir ‘ untuk membantu mengangkat karung berasnya. Entah berapa karung, dan supir itu menurutinya.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Setibanya di pasar Kranggan, supir itu juga menurunkan beras berasnya dan menolak ketika dibayar oleh si wanita itu. Tentu saja wanita tua itu marah marah karena mengira si supir meminta uang lebih. Di tengah kemarahannya, si supir lalu pergi begitu saja.<br />
Belum selesai marah marah, seorang polisi menghampiri dan memberitahu siapa sosok supir yang menolak uang tadi.<br />
Tak heran kemudian ia jatuh pingsan. Supir itu adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Sang Raja Jogja.<br />
<br />
Sultan selalu tersenyum kalau ditanya tentang kejadian ini. Ia seorang raja yang demokratis dan menghargai rakyatnya. Ia memang tak suka formalitas, dan senang menyupir sendiri mobilnya. Seorang wartawan Jogja yang hendak menyembahnya saat mewancara Rajanya, diminta untuk bersikap biasa saja. Bersalaman.<br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Dalam perjalanan dari Jakarta menuju Jogja, karena udara panas. Di daerah Cirebon Sultan melepas bajunya dan ia menyetir telanjang dada. Seorang polisi sempat menyetopnya dan memeriksa SIM. Polisi itu kalang kabut mengetahui bahwa sosok di dalam mobil itu seorang Raja dan Menteri Pertahananan RI.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">“ Walaupun saya mengenyam pendidikan barat, namun pertama tama saya adalah dan tetap orang Jawa. Maka selama tak menghambat kemajuan, adat akan tetap menduduki tempat yang utama dalam Keraton yang kaya akan tradisi ini “<br />
Demikian petikan pidato pelantikannya sebagai Raja Jawa di Bangsal Kencana pada tanggal 18 Maret 1940.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Sejak kecil Dorodjatun – nama kecilnya –oleh ayahandanya dititipkan pada sebuah keluarga Belanda. Ini agar ia mendapat pendidikan secara barat dan bisa memahami jalan pikiran orang orang Belanda. Ia selanjutnya meneruskan kuliah di jurusan Indologi Universitas Leiden yang terkenal di negeri Belanda.<br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Dorodjatun tak menyelesaikan karena ia dipanggil pulang ayahnya yang sakit keras.<br />
Di pelabuhan Batavia, ia merasa heran ketika adik adiknya menyambut dengan bahasa Jawa halus. Bukan bahasa Jawa sehari hari yang biasa mereka pergunakan. Ia baru mengerti semua ini saat sang ayah yang menunggu di Hotel Des Indes, memberikan keris Kiai Jaka Piturun. Konon menurut kepercayaan di Kasultanan Jogjakarta, pemberian keris pusaka itu sebagai tanda pewarisan tahta kerajaan.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" style="text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-3MJOY81ApY4/TbzgDbzLP2I/AAAAAAAAAZI/XcwYKd0atao/s1600/2456.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-3MJOY81ApY4/TbzgDbzLP2I/AAAAAAAAAZI/XcwYKd0atao/s1600/2456.jpg" /></a></div><span style="font-family: "Trebuchet MS";"><a href="http://good-times.webshots.com/photo/2030258850102872335wtFNSn"><span style="text-decoration: none;"><br />
</span></a> </span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Raja muda itu sama sekali tidak merasa sangsi terhadap masa depan kerajaannya saat proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Sehari setelah kemerdekaan ia mengirim kawat ucapan selamat kepada Soekarno – Hatta, dan dr. Rajiman Wediodiningrat, sebagai ketua BPUPKI.<br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Ia yang sebelumnya tak begitu mengenal Soekarno – Hatta, percaya dengan hari depan Republik baru ini.<br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Dua hari kemudian pada tanggal 20 Agustus 1945, Sultan mengirimkan kawat lagi yang dengan spontan ia mengatakan “ sanggup berdiri di belakang pimpinan mereka “. Kedua kawar itu diikuti oleh pernyataan yang sama dengan jalan yang sama dari Paku Alam.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Pada tanggal 5 September 1945, Sultan mengeluarkan amanat yang intinya Nyayogkarta Hadiningrat berbentuk kerajaan yang merupakan bagian dari Republik Indonesia dan memiliki hubungannya bersifat langsung dengan Pemerintah pusat serta bertanggung jawab terhadap Presiden RI.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Pemerintah Pusat juga mengirimkan piagam mengenai kedudukan Yogjakarta,<i> </i></span></div><div style="text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Kami Presiden Republik Indonesia menetapkan :</span></i><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> </span></div><div style="text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah ingkang kaping IX ing Ngayogyakarta Hadiningrat,pada kedudukannya dengan kepercayaan bahwa Sri Paduka Kanjeng Sultan akan mencurahkan segala pikiran,tenaga,jiwa dan raga untuk keselamatan daerah Yogyakarta sebagai bagian Republik Indonesia.</span></i><span style="font-family: "Trebuchet MS";"></span></div><div style="text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Jakarta</span></i><i><span style="font-family: "Trebuchet MS";"> 19 Agustus 1945<br />
Presiden Republik Indonesia</span></i><span style="font-family: "Trebuchet MS";"></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-CBpjoWW2Y0g/TbzgFnnaCLI/AAAAAAAAAZM/skDmXtZh5ho/s1600/23456.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-CBpjoWW2Y0g/TbzgFnnaCLI/AAAAAAAAAZM/skDmXtZh5ho/s1600/23456.jpg" /></a></div><div style="text-align: center;"><br />
</div></div><div align="center" class="separator" style="text-align: center;"><a href="http://good-times.webshots.com/photo/2726469250102872335EUkOgK"><span style="text-decoration: none;"><br />
</span></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Suatu keputusan yang tepat ketika Republik muda ini menghadapi ancaman musuh, ternyata Sultan danYogja menampilkan diri sebagai pendukung yang tangguh.<br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Pada tanggal 4 Januari 1946, di Stasiun Tugu Sultan sendiri menyambut pimpinan Republik yang mengungsi dan memindahkan ibu kota Pemerintahannya di Jogjakarta. Sejak itu Jogja menjadi kota revolusioner dengan gegap gempita perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Dukungan ini tidak setengah setengah. Ada beberapa bulan Sultan harus mengambil peti peti kerajaan yang berisi uang perak dan gulden untuk membayar gaji pegawai Pemerintahan. Juga menyediakan gedung gedung untuk administrasi pemerintahan negara muda ini.<br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Bung Hatta pernah mengatakan jumlah uang yang dikeluarkan Sultan mencapai 5 juta gulden, dan ia pernah menanyakan kepada Sultan, apakah perlu diganti. Sultan tak pernah menjawabnya sampai akhir hayatnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Apa jadinya Republik ini tanpa dukungan Kesultanan Jogja ?(coba tanyakan pada pemimpin kita sekarang yang buta akan sejarah namun haus akan kekuasaan!!!) Sultan selalu menolak ajakan kerja sama dari Belanda saat pendudukan Agresi Militer. Kolonel Van Langen – Penguasa Militer Jogjakarta – selalu berhadapan dengan Raja Jawa yang cerdas, berwibawa dan tak mau berkompromi.<br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Tawaran untuk menjadikan Wali Super atau Raja atas wilayah seluruh Pulau Jawa dan Madura ditolaknya. Sama sekali tak ada keraguan untuk menyambut proklamasi dan menyatakan diri sebagai bagian dari Republik Indonesia.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Sultan seorang yang rendah hati bahkan ketika penguasa orde baru ingin meminggirkan perannya dalam proses Serangan umum 1 Maret 1949.<br />
Waktu itu Pak Harto menginginkan posisi yang seimbang dalam Film “ Janur Kuning “, sewaktu pertemuan mereka di Prabuningratan sebelum serangan umum. Dengan memakai kursi yang sama. Padahal dalam situasi sebenarnya, dalam ruangan itu hanya satu kursi yang memiliki dua lengan disampingnya dan kursi kursi biasa tanpa lengan.<br />
Kursi dengan lengan hanya untuk Raja. Sementara posisi Pak Harto dengan memakai pakaian abdi dalam harus duduk di kursi biasa.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">“ Sudah biarkan jika itu maunya dia “ Sultan mengatakan kepada Sutradara filmnya ketika datang berkonsultasi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Sultan sangat paham bahwa tradisi Jawa bisa seiring dengan dunia modern, sehingga ia berpendidikan barat masih nglakoni budaya tradisinya. Seperti bertemu Ratu Pantai Selatan yang ia panggil Eyang Rara Kidul.<br />
“ Setelah menjalani ketentuan seperti puasa, saya bisa menemuinya. Pada jam 12 malam wajahnya cantik, tetapi semakin larut pagi, wajahnya semakin tua “.</span></div><div align="center" class="separator" style="text-align: center;"><a href="http://good-times.webshots.com/photo/2830359620102872335cXWxrv"><span style="text-decoration: none;"><br />
</span></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Sultan juga seorang seniman yang menciptakan tarian Bedhaya Manten. Bahkan tarian Golek Menak ada campuran unsur Minangkabau dan Sunda. Ia memang seorang pluralis dan menghargai keanekaragaman bangsanya. Tak berlebihan, masa revolusi Jogja menampung pejuang pejuang dari seluruh negeri. Sahabat sahabat Sultan sendiri dari berbagai kalangan suku bangsa.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Apa yang membuat kedudukan Jogjakarta menjadi Istimewa selain kontribusinya dalam revolusi Kemerdekaan ? Pada dasarnya sesuai penjelasan pasal 18 UUD 45 di wilayah Indonesia terdapat <i>250 zelfbesturende land schappen</i> seperti desa di Jawa, Bali, nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang, termasuk keraton.<br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan kedudukan daerah Istimewa tersebut dan ingin menjaga keseimbangan politik atas wilayah yang dulu bernama Hindia Belanda.<br />
Namun bahwa arus revolusi ternyata menggilas semua swapraja kecuali Kesultanan dan Pakualaman yang segera setelah proklamasi Kemerdekaan menyambut dan menyatakan diri sebagai bagian dari Republik Indonesia.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Selama revolusi fisik memang ada usaha untuk menghapus Kesultanan dan Pakualaman, tetapi tak pernah berhasil. Ini karena kedua pemegang kekuasaan swapraja sangat tanggap terhadap perubahan politik yang ditimbulkan oleh proklamasi Kemerdekaan. Kedua raja ini telah menempatkan sebagai ahli waris dari kerajaan terhormat yang sejak dahulu selalu mengadakan perlawanan terhadap penjajah.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Jadi apakah kita masih harus memperdebatkan status Daerah Istimewa yang dimiliki Yogjakarta ?</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div></div>Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-89273238383716432082011-04-03T12:03:00.000+07:002011-04-03T12:03:03.211+07:00Kota Gede Ibu Kota Kerajaan Mataram Islam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-8mX26AFtvxY/TZf_Cr83KvI/AAAAAAAAAYY/rOBpXLncBNM/s1600/5.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="272" src="http://2.bp.blogspot.com/-8mX26AFtvxY/TZf_Cr83KvI/AAAAAAAAAYY/rOBpXLncBNM/s320/5.JPG" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Semula, Kotagede adalah nama sebuah kota yang merupakan Ibukota Kerajaan Mataram Islam. Selanjutnya kerajaan itu terpecah menjadi Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Wilayah Kecamatan Kotagede sebagian merupakan bagian dari bekas Kota Kotagede ditambah dengan daerah sekitarnya.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-_IGuSiXZqg8/TZf--zxXm7I/AAAAAAAAAYI/EotWW3zPA0E/s1600/1.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
<a href="" name="more"></a>Sedangkan bagian lain dari bekas Kota Kotagede berada di wilayah Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul. Kondisi seperti itu kadang-kadang menyulitkan untuk membangun Kotagede dalam konteks sebagai bekas Kota yang masyarakatnya mempunyai kesatuan sosiologis dan antropologis. Sampai sekarang masyarakat bekas Kota Kotagede dalam kegiatan sosial sehari-hari masih sangat solid dalam kesatuan itu. Kesulitan pembangunan oleh pemerintah muncul ketika penanganan dilakukan oleh stake-holder pemerintah di tingkat Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Pemerintah Kota Yogyakarta hanya mampu menyentuh wilayah bekas Kota Kotagede yang masuk wilayah Kota Yogyakarta. Demikian juga Pemerintah Kabupaten Bantul hanya bisa meneyentuh wilayah yang masuk Kabupaten Bantul.<br />
<br />
Soliditas masyarakat tersebut mewujudkan sebuah kesatuan wilayah yang tak terpisahkan sebagaimana dulu batas wilayah Kota Kotagede ini masih eksis. Wilayah bekas Kota Kotagede harus ditangani oleh dua unit Pemerintah yang berbeda. Dalam konteks otonomi daerah sekarang ini, ketika kewenangan tingkat Kabupaten dan Kota relatif besar, makin terasakan betapa mereka harus menghadapi 2 (dua) kebijakan yang berbeda untuk satu kesatuan wilayah tersebut. Salah satu contoh permasalahan yang segera dapat dilihat atau dirasakan masyarakat adalah bila menyangkut penanganan kawasan heritage. Pemerintah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul mempunyai perbedaan prioritas. Maka masyarakat Koatagede harus atau lebih sering berinteraksi dengan Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.</span> <span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-_IGuSiXZqg8/TZf--zxXm7I/AAAAAAAAAYI/EotWW3zPA0E/s1600/1.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-_IGuSiXZqg8/TZf--zxXm7I/AAAAAAAAAYI/EotWW3zPA0E/s320/1.JPG" width="272" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sebagai kota tua bekas Ibukota kerajaan, Kota Kotagede merupakan kota warisan (heritage) yang amat berpotensi bagi kemakmuran masyarakatnya. Namun hambatan pembagian wilayah pemerintahan akan terus menjadi permasalahan yang tak pernah dibahas dalam tingkat kemauan politik, kecuali masyarakatnya menghendaki.</span> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Suasana tradisional masih sangat terasa di kota ini, misalnya terlihat di Komplek Mesjid Agung Kotagede yang terasa masih seperti di lingkungan Kraton, dimana lengkap dengan pagar batu berelief mengelilingi mesjid, pelataran yang luas dimana terdapat beberapa pohon sawo kecik, serta sebuah Bedug berukuran besar yang umurnya sudah sangat tua, setua Mesjid Agung Kotagede sendiri.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kotagede ini adalah sebuah kota lama dari abad ke 16 yang pernah menjadi ibu kota Kerajaan Mataram Islam, yang didirikan oleh Ki Gede Pemanahan. Sekarang tinggal sedikit barang peninggalan dan bangunan penting Mataram Islam yang masih tersisa di kota tua ini. Beberapa di antaranya adalah :</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><ol><li><span style="font-size: small;">Makam kerabat Pangeran Senopati, </span></li>
<li><span style="font-size: small;">Dinding dan fondasi salah satu pendapa (ruang depan kerajaan), </span></li>
<li><span style="font-size: small;">Sendang Selirang (sendang kakung dan sendang putri) sebuah kolam tempat mandi keluarga kerajaan.</span></li>
</ol><span style="font-size: small;">Ketiga peninggalan sejarah ini terletak di dalam suatu halaman tertutup, bersama dengan masjid keraton Kotagede, di sekitar 200 m ke arah selatan pasar tradisional Kotagede.Pemakaman dibuka untuk umum setiap Senin dan Kamis dari pukul 10.00 sampai 12.00 dan Jumat pada pukul 13.00 – 15.00. Para pengunjung harus mengenakan pakaian tradisional Jawa: batik. Pakaian ini disewakan di lokasi tersebut.<br />
</span><span style="font-size: small;">Kotagede atau yang juga sering disebut Kota Perak ini dahulu menjadi ibukota Kerajaan Mataram hingga tahun 1640. Setelah itu raja ketiga Mataram Islam, Sultan Agung memindahkan ibukota ke Desa Kerto, Plered-Bantul. Ibukota baru ini terletak sekitar 6 km di sebelah barat Kotagede. Menurut ceritanya, pemindahan ini dengan alasan untuk mendapatkan kekuatan dan kejayaan yang lebih besar secara mistis.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Berikut beberapa foto bangunan peninggalan Kota Gede :</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-4njmjl9nHXo/TZf-_2kmoFI/AAAAAAAAAYM/8m6PVylrXrA/s1600/2.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-4njmjl9nHXo/TZf-_2kmoFI/AAAAAAAAAYM/8m6PVylrXrA/s320/2.JPG" width="272" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-2_3fOvzePS8/TZf_Aox7sII/AAAAAAAAAYQ/KNAfFn_yNzg/s1600/3.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="272" src="http://2.bp.blogspot.com/-2_3fOvzePS8/TZf_Aox7sII/AAAAAAAAAYQ/KNAfFn_yNzg/s320/3.JPG" width="320" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-wtKWwu8TPgQ/TZf_BkCPAzI/AAAAAAAAAYU/1n0DcPheb4s/s1600/4.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="272" src="http://4.bp.blogspot.com/-wtKWwu8TPgQ/TZf_BkCPAzI/AAAAAAAAAYU/1n0DcPheb4s/s320/4.JPG" width="320" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-8mX26AFtvxY/TZf_Cr83KvI/AAAAAAAAAYY/rOBpXLncBNM/s1600/5.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="272" src="http://2.bp.blogspot.com/-8mX26AFtvxY/TZf_Cr83KvI/AAAAAAAAAYY/rOBpXLncBNM/s320/5.JPG" width="320" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-5vQ8iM04wqM/TZf_Dqae6wI/AAAAAAAAAYc/1TlbdvmCrRw/s1600/6.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="272" src="http://2.bp.blogspot.com/-5vQ8iM04wqM/TZf_Dqae6wI/AAAAAAAAAYc/1TlbdvmCrRw/s320/6.JPG" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sumber Foto by http://pemburufotoalam.blogspot.com</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"> </div></div>Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com20tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-25994253819150939562011-04-02T15:31:00.001+07:002011-04-02T15:31:54.479+07:00Konsep Kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono X<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-Q0pLQm6RRU8/TZaQsZFCbqI/AAAAAAAAAX8/pm64IaUw3ng/s1600/shbx.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="http://3.bp.blogspot.com/-Q0pLQm6RRU8/TZaQsZFCbqI/AAAAAAAAAX8/pm64IaUw3ng/s400/shbx.jpg" width="400" /></a></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Peradaban Jawa klasik pada jaman Sultan Agung menyimpan kekayaan hikmat tentang kepemimpinan. Dalam <i>Serat Nitripraja </i>terdapat uraian tentang moralitas kekuasaan, kewajiban-kewajiban moral para pemimpin, etika atasan-bawahan, prinsip hubungan rakyat dengan pemerintah, dan sebagainya (Purwadi, 2007). Dalam <i>Serat Suryaraja</i> yang diluncurkan pada awal abad 18<i>, </i>dijelaskan empat gatra kepemimpinan oleh Sultan Hamengku Buwono (Meneguhkan Tahta untuk Rakyat, 1999). Gatra yang pertama adalah perinsip <i>amulatjantra</i> yang berarti peka terhadap alam sekelilingnya. Gatra yang kedua adalah perinsip <i>pandamprana</i> yang berarti intelek dan transparan. Perinsip yang ketiga adalah perinsip <i>sundaracitra</i> yang berarti agung dan lembut dalam menjatuhkan hukuman. Perinsip yang keempat adalah perinsip <i>dayakuwera</i><i>kawulo alit</i>.</span> yang berarti berkorban dengan berpihak kepada kawulo alit/rakyat kecil.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Konsep kepemimpinan dikembangkan semakin komprehensif pada jaman HB VII. Seorang pemimpin harus mempunyai visi dari Tuhan (<i>wahyu cakraningrat</i>) dan bersikap adil serta murah hati kepada rakyat (<i>berbudi bawa leksana ambek adil para marta</i>). Seorang pemimpin harus peka terhadap kritik sesuai perinsip <i>dupak bujang, esem bupati, </i>dan <i> sasmita narindra </i>(Purwadi, 2007). Kelas <i>bujang </i>(buruh, bawahan, pelayan) harus ditegur keras karena tingkat kecerdasannya rendah. Namun, semakin tinggi jabatan seharusnya semakin peka. Seorang <i>bupati </i>cukup diberi senyuman (<i>esem</i>) dan harus langsung mengerti makna kritik dibalik senyuman itu (<i>smile meaningfully</i>). Raja harus lebih peka. Ia harus bisa memahami hal-hal yang sifatnya simbolik karena halus budi bahasanya (<i>tanggap ing sasmita</i>).</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pada waktu Sri Sultan HB X naik tahta atau <i>jumenengan dalem </i>(7 Maret 1989), ia menyampaikan ”Lima Tekad Dasar” kepemimpinan. Lima perinsip ini bukan hanya menjadi sebuah komitmen pribadi, tetapi juga menjadi sebuah komitmen untuk membangun peradaban yang tinggi.</span></div><ul style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><li><span style="font-size: small;">Tekad pertama adalah tidak mempunyai prasangka, rasa iri dan dengki serta tetap <i>hangrengkuh </i>kepada<i> </i>siapa pun, baik terhadap mereka yang senang maupun yang tidak senang, bahkan juga terhadap yang menaruh rasa benci.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Tekad kedua adalah lebih banyak memberi jika dibandingkan dengan menerima.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Tekad ketiga adalah tidak melanggar <i>paugeran </i>Negara.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Tekad keempat adalah berani mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Tekad kelima adalah tidak memiliki ambisi apapun, selain senantiasa berusaha bagi kesejahteraan rakyat.</span></li>
</ul><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>SIKAP KONSISTEN SEORANG REFORMATOR </b></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b> </b></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>Oleh Haryadi Baskoro</b></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Artikel Opini dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta (13 April 2007)</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO X menyatakan bahwa dirinya tidak akan bersedia lagi menjadi Gubernur DIY. Beliau berkata, ”Dengan tulus iklas, saya menyatakan tidak bersedia lagi menjabat sebagai Gubernur Kepala Daerah Propinsi DIY setelah pada purna masa jabatan 2003-2008 nanti” (KR, 8 April 2007).</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pernyataan sikap itu disampaikannya dalam sebuah momen yang cukup penting. <i>Statement</i> bersejarah itu diutarakannya saat berorasi dalam acara ”Malam Bhakti Ibu Pertiwi” yang diadakan di Pagelaran Kraton. Pada perhelatan yang dihadiri banyak tokoh masyarakat dan tokoh kebudayaan ini, Sri Sultan menerima penghargaan ”Saya Bangga menjadi Orang Indonesia” dari Anand Krishna. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Sri Sultan bersikap sangat serius dengan <i>statement</i>-nya itu.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pernyataan sikap HB X ini menambah hangat perbincangan tentang keistimewaan Yogyakarta. Ketika diskusi belum juga tuntas, saat perjuangan ke tingkat pusat masih panjang, Sri Sultan menyatakan sikap yang bisa menjadi kontroversi. Orang Jogja pun bertanya-tanya, mengapa gerangan Sri Sultan HB X menyatakan sikap ini? Orang Jogja mulai menebak-nebak dan mencoba berspekulasi.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>Tolak Jabatan Seumur Hidup</b></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pernyataan sikap HB X di atas mengingatkan kita pada penegasan beliau untuk menolak jabatan gubernur seumur hidup. Harian KR tanggal 6 September 1998 menorehkan sebuah judul berita ”Sultan Tolak Gubernur Seumur Hidup: DPRD DIY Tak Perlu Lagi Konsultasi ke Jakarta”. Artinya, selang 9 tahun setelah penegasan itu, HB X tetap konsisten.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Penegasannya pada waktu itu diberikan berkaitan dengan akan dikeluarkannya Keputusan Presiden (Keppres). Pada masa kepemimpinan B.J. Habibie saat itu, akan dibuat sebuah Kepress yang salah satu bagiannya memuat materi tentang penegasan bahwa Sri Sultan Hamengku Buwono X tidak ingin menjadi gubernur seumur hidup.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Prinsip konsisten dalam perkataan ini layak diapresiasi. HB X rupanya sangat menghargai keteladanan ayahandanya. Sri Sultan HB IX mempunyai konsep kepemimpinan yang menekankan prinsip-prinsip kesetiaan pada janji, ketabahan, kekokohan, toleransi, dan perbuatan sosial yang baik. Prinsip-prinsip itu diekspresikan dalam tarian <i>Bedhaya Sang Amurwabumi </i>yang diciptakan oleh HB X. Sepertinya, HB X juga berkomitmen untuk senantiasa menunjukkan kesetiaan atas setiap janji yang telah diucapkannya sendiri.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>Reformasi </b></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Ketegasan HB X pada tahun 1998 dalam hal menolak untuk menjadi gubernur seumur hidup tidak lepas dari semangat reformasi pada masa itu. Sosiolog Selo Soemardjan mengatakan bahwa HB X adalah sosok pemimpin yang berani melawan tradisi kepemimpinan Orde Baru. Pada waktu Soeharto masih berkuasa, HB X menyatakan diri mendukung gerakan reformasi. Ketika Soeharto berkeinginan menjadi penguasa kekal, HB X menolak gagasan tentang pemimpin seumur hidup.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pada masa reformasi 1998, HB X tampil menjadi salah seorang tokoh reformator. Menjelang runtuhnya rezim Orde Baru, seluruh rakyat bergolak. Tanggal 15 Mei 1998, gelombang aksi mahasiswa di Yogya bergelora dan mulai cenderung anarkis. Mereka merusak <i>show room </i>mobil Timor dan gedung Bank Tamara. Di tengah massa yang beringas itu, HB X muncul mengendalikan situasi. Rakyat pun menjadi tenteram. Tanggal 20 Mei 1998, ratusan ribu rakyat Yogya berkumpul di alun-alun kraton. Dalam kegiatan spontan yang dikenal sebagai <i>pisowanan ageng</i> itu, HB X memberi orasi yang mendukung gerakan reformasi. Kantor berita Inggris, <i>Reuters</i>, menyatakan bahwa HB X tenyata masih disegani rakyat dan mempunyai peran strategis yang berdampak luas.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Mengenai gaya kepemimpinan Soeharto, HB X berani memberi kritikan yang sangat tajam. Dalam buku ”Meneguhkan Tahta untuk Rakyat” ditulis bahwa HB X menyinggung gaya kepemimpinan Soeharto yang cenderung membenarkan dirinya sendiri. Menurutnya, Soeharto memakai konsep <i>mikul dhuwur mendhem jero </i>untuk membenarkan sikap memaafkan pemimpin yang korup dan mendiamkan saja pemimpin yang bersalah. Semua keburukan pemimpin harus dipendam dan tidak boleh diungkit-ungkit. Soeharto telah membuat rakyat mendukung dirinya tanpa bersikap kritis.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Jelas bahwa HB X ingin menjadi figur pemimpin yang demokratis. Pemimpin tidak boleh memaksakan kekuasaannya. Kalau pemimpin sudah tidak dianggap mampu dan tidak bisa mengikuti perubahan, selayaknya dia mengundurkan diri. HB X pernah berkata, ”Kalau <i>aku wis tuwo, arep dinamis, apa maneh</i>” (KR, 6 September 1998).</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kalau sekarang HB X menyatakan niatnya untuk mundur setelah masa jabatannya selesai (2003-2008), itu merupakan bentuk konsistensi sikapnya sebagai seorang reformator. Ketika banyak tokoh reformator lain bersikap <i>mencla-mencle </i>dan oportunis setelah memperoleh posisi, HB X tetap konsisten. Setelah hampir 10 tahun reformasi bergulir, rupanya HB X masih tetap sama.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>Lima Tekad Dasar </b></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Penegasan HB X untuk tidak mau menjadi gubernur lagi rupanya juga menunjukkan sikap konsistennya sebagai Sultan. Jika HB IX menyatakan garis politik ”tahta untuk rakyat”, HB X bertekad untuh meneguhkan pendirian tersebut. Ketika HB X dinobatkan pada tanggal 7 Maret 1989, komitmennya pada semangat kerakyatan diucapkannya dalam pidato ”Tahta untuk Kesejahteraan Sosial dan Budaya Rakyat”.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Dalam pidato <i>jumenengan</i> itu, beliau menyampaikan 5 tekad dasar Sri Sultan HB X. Pertama, untuk tidak mempunyai prasangka, rasa iri dan dengki serta untuk tetap <i>hangrengkuh </i>siapapun, baik terhadap mereka yang senang maupun yang tidak senang, atau bahkan juga terhadap yang menaruh rasa benci sekalipun. Kedua, untuk lebih banyak memberi daripada menerima. Ketiga, untuk tidak melanggar <i>paugeran </i>negara. Keempat, untuk berani mengatakan yang benar adalah benar, dan yang salah adalah memang benar-benar salah. Kelima, untuk tidak memiliki ambisi apa pun, selain berusaha hanya bagi kesejahteraan rakyat.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Jadi, pernyataan sikap HB X perihal ketidakbersediaan menjadi gubernur lagi itu merupakan sikap konsisten dirinya. Sekali berkata tidak maka tetap tidak. Di depan segenap rakyat, beliau telah berjanji untuk tidak haus akan kekuasaan. Setelah gerakan reformasi bergulir dan ia menjadi salah seorang tokohnya selama ini, HB X berusaha untuk tetap konsisten dengan pendiriannya semula<b>:</b> ”tahta untuk kesejahteraan sosial dan budaya rakyat”. <i>God bless our Sultan</i>.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>KEPEMIMPINAN VISIONER SRI SULTAN HB IX</b></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b> </b></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>Oleh Haryadi Baskoro & Sudomo Sunaryo</b></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Artikel Opini dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta (12 Januari 2008)</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Apresiasi atas kepemimpinan <i>Sri Sultan Hamengku Buwono IX</i> sangat tepat untuk konteks Yogyakarta yang sedang bergumul dengan keistimewaannya maupun untuk konteks Indonesia yang sedang mengalami krisis kepemimpinan. Sukses untuk Sunardian Wirodono yang menggarap profil <i>HB IX </i>(film dokumenter) bersama Perpustakaan Pemerintah Daerah DIY. Salut untuk UGM yang telah menggelar orasi budaya untuk mengenang <i>HB IX </i>pada tanggal 29 Desember 2007 silam.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Salah satu karakteristik kepemimpinan <i>HB IX </i>yang bisa kita teladani, yang kebanyakan pemimpin di negeri ini miskin dalam kapasitas ini, adalah keunikannya sebagai seorang visioner. Kamus Oxford (<i>Concise Oxford English Dictionar</i>y) mendefinisikan visi (<i>vision</i>) sebagai kemampuan untuk memikirkan atau merencanakan masa depan melalui kemampuan berimajinasi atau kearifan (<i>the ability to think about or plan the future with imagination or wisdom</i>).</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pemimpin efektif haruslah seorang visioner. Ia bukan sekedar terampil membuat perencanaan masa depan, tetapi merancangnya berdasar hikmat yang kreatif. Ia seperti seorang penemu dalam IPTEK, tak sekedar pandai. Menurut riset <i>Dr Mir Anaesuddin</i>, 99 persen penemuan ilmiah terjadi melalui ilham (inspirasi), misalnya Newton yang menemukan teori gravitasi pada saat duduk termenung dan tiba-tiba buah apel jatuh tepat di depannya. Pendidikan tinggi tak menjamin seseorang menjadi visioner. Untuk memangkap ”wahyu illahi”, seorang perlu memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi.<i> </i></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>Seorang Futuris</b></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Seorang pemimpin, yaitu seorang yang diikuti dan menjadi panutan, harus berpikiran lebih maju minimal 10 tahun di depan para pengikutnya. Pemimpin adalah seorang perintis jalan. Dengan kemampuan bepikir futuristik seperti itu, seorang pemimpin bisa menetapkan tujuan dan membuat perencanaan untuk mencapainya.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Meramalkan masa depan tak hanya butuh analisis ilmiah, namun kecermatan spiritual yang berakar pada nurani yang murni dan kedekatan kepada Sang Khalik. Ketika <i>GRM Dorodjatun</i><b> (</b><i>Henkie</i>)<b> </b>akan naik tahta menjadi <i>Sri Sultan HB IX</i>, gubernur Belanda <i>Lucien Adam</i><b> </b>menyodorkan sebuah perjanjian (<i>politiek contract</i>) yang isinya cenderung menguntungkan pihak kolonialis. Sebagai seorang nasionalis sejati, <i>Henkie</i><i>Henkie</i> mendapat inspirasi berupa bisikan gaib (<i>wisik</i>), ”<i>Tole tekena wae, Landa bakal lunga saka bumi kene</i>” (Nak, tanda tangani saja kontrak itu sebab Belanda akan pergi dari daerah ini). Benar, dua tahun setelah <i>Henkie</i> menandatangani perjanjian itu (1940) dan kemudian naik tahta (<i>jumenengan dalem</i>), Belanda pergi dari bumi pertiwi sebab Jepang datang menjajah Indonesia (1942).</span> berkeberatan sehingga proses perundingan mejadi alot dan lama (November 1939 – Februari 1940). Tetapi, saat sedang tiduran sore di suatu senja di bulan Februari 1940, tiba-tiba <i>Henkie</i> mendapat inspirasi berupa bisikan gaib (<i>wisik</i>), ”<i>Tole tekena wae, Landa bakal lunga saka bumi kene</i>” (Nak, tanda tangani saja kontrak itu sebab Belanda akan pergi dari daerah ini). Benar, dua tahun setelah <i>Henkie</i> menandatangani perjanjian itu (1940) dan kemudian naik tahta (<i>jumenengan dalem</i>), Belanda pergi dari bumi pertiwi sebab Jepang datang menjajah Indonesia (1942).</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Visi-visi atau ide-ide kreatif seringkali muncul sebagai sesuatu “anugerah yang tiba-tiba”. Ahli kimia Jerman <i>Freidrich August Kekule </i>menemukan ide brilyan tentang struktur molekul “benena” ketika ia sedang tidur-tidur ayam di depan perapian. Para ahli mengatakan bahwa tidur, bersantai, bermenung, bersemadi, berdoa, dan berzikir memicu munculnya gelombang-gelombang elektromagmetik di otak yang memicu munculnya ide-ide kreatif. Pemimpin yang dekat dengan Tuhan, karib dengan Tuhan, akan dianugerahi visi-visi kreatif yang brilyan.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>Bukan Oportunis</b></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Seorang pemimpin visioner, dengan kemampuannya melihat jauh ke depan, tentu mampu melihat peluang-peluang. Ketika orang lain pesimis dan takut akan masa depan, seorang visioner mampu melihat kemungkinan-kemungkinan yang tak terpikirkan. Dalam hal inilah kedewasaan karakternya teruji. Seorang visioner yang hanya diliputi oleh ”pikiran bisnis” akan menjadi oportunis manakala melihat peluang-peluang itu.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Terbukti bahwa <i>HB IX </i>bukan visioner oportunis. Setelah mendapat inspirasi yang menunjukkan adanya peluang untuk berkuasa karena Belanda segera pergi, <i>HB IX </i>segera menandatangani kontrak itu. Namun, setelah benar penjajah pergi, <i>HB IX </i>bersama <i>Paku Alam VIII </i>justru bergabung dengan NKRI. Bukankah beliau berdua bisa mendirikan nagari Mataram? Peluang itu sangat besar, bahkan Belanda memberi tawaran untuk mengangkat <i>HB IX </i>sebagai Wali Nagari atas Jawa dan Madura.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kini, banyak pemimpin mengaku dirinya visioner, tetapi sebenarnya oportunis. Mereka bahkan sangat piawai dalam mempresentasikan visi-misi, entah lewat pidato, buku, surat kabar, sampai pembuatan <i>video klip </i>yang ditayangkan di layar kaca. Baik itu caleg, cabup, cagub, maupun capres, semua pandai mengobral janji. Kenyataannya, setelah peluang menghampiri mereka, ketamakanlah yang muncul. <i>HB IX </i>mempunyai segala peluang untuk berkuasa, tetapi ia bukan seorang oportunis.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>Visi untuk Bangsa</b></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Visi sejati tidak pernah egosentris. Visi yang ditangkap dan dijalani <i>HB IX </i>tidak berpusat pada kepentingan diri sendiri, bahkan tak semata-mata untuk kepentingan Yogyakarta. Visi <i>HB IX </i>membawa beliau berjuang untuk NKRI. Kalaupun kemudian Yogyakarta menjadi Daerah Istimewa, itu merupakan konsekuensi historis karena kontribusi visionernya bagi NKRI.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
<span style="font-size: small;">Tahun pembangunan Kraton <i>Ngayogyokarto Hadiningrat </i>yaitu tahun Jawa 1682 (sama dengan tahun Masehi 1756) diberi makna simbolik oleh <i>Sultan HB I </i>sebagai ”<i>dwi naga rasa tunggal</i>” (dua naga bersatu). Ternyata, simbol angka<i> </i>itu dapat dibaca sebagai ”<i>dwi nagara satunggal</i>” (dua negara satu adanya). Artinya, <i>HB I </i>mempunyai visi bahwa meskipun Mataram sudah pecah menjadi dua (Yogyakarta dan Solo), tetap satu adanya.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Ratusan tahun kemudian, Visi <i>HB I </i>itu dihayati dan dipegang betul oleh <i>HB IX</i>. Namun, kesatuan negara yang digagas HB IX lebih besar, yaitu NKRI. Kraton Mataram Yogyakarta bersama segenap rakyat harus berjuang untuk NKRI. Untuk visi akbar tersebut, <i>HB IX </i>meyakini bahwa itu akan terjadi pada tahun Jawa 1881 atau tahun Masehi 1950. Sejak tahun 1945, <i>HB IX </i>mengendarai mobil dengan plat nomor khusus ”AB 1881”. Ke mana saja beliau bepergian, ke desa-desa, ke kota-kota, dan bolak balik Jakarta-Yogya, plat nomor itu menjadi sangat populer. Orang Belanda menyebutnya ”<i>een-acht-acht-een” </i>(satu-delapan-delapan-satu).</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Dalam simbolisasi Jawa (<i>candrasengkala</i>), tahun 1881 dapat dimaknai sebagai “<i>manunggaling sarira mangesti Gusti</i>” (dengan tubuh yang satu dapat memuliakan Tuhan). Apa yang terjadi pada tahun Jawa 1881 atau tahun Masehi 1950 itu benar-benar merupakan perwujudan visi kesatuan bangsa. Pada tanggal 15 Agustus 1950, dalam rapat gabungan Parlemen dan Senat RIS (Republik Indonesia Serikat), Presiden RIS <i>Soekarno </i>membacakan Piagam terbentuknya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)!</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
<span style="font-size: small;">Kepemimpinan <i>HB IX </i>adalah kepemimpinan visioner yang tidak sempit, apalagi egosentris. Demikianlah dicari di negeri ini para pemimpin visioner yang benar-benar berjiwa nasionalis. Visinya bukan sebatas untuk kepentingan golongan, kelompok, suku, ras, atau agama tertentu.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>KECERDASAN SPIRITUAL PARA SULTAN </b></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b> </b></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>Oleh : Haryadi Baskoro</b></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Artikel Opini dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta (17 April 2007)</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Keputusan Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk tidak akan bersedia lagi menjadi Gubernur DIY setelah masa jabatan 2003-2008 sungguh menarik untuk dikaji. Banyak orang mengatakan bahwa itu merupakan sebuah sikap yang penuh hikmat. Di sinilah kenegarawanan beliau teruji. Namun, ada pula yang berkomentar bahwa itu adalah strategi beliau untuk melangkah ke kancah percaturan politik nasional. Yang jelas, pasti ada pemikiran tertentu di balik keputusan kontroversial itu.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Harian <i>KR</i> (8 April 2007) memberikan sekelumit informasi yang mengatakan bahwa keputusan itu merupakan sebuah ketegasan sikap spiritual Sri Sultan HB X. Ditulis demikian, ”Keputusan Sultan tersebut diambil setelah mempertimbangkan secara mendalam dengan laku spiritual memohon petunjuk Allah. Sehingga, keputusan tersebut merupakan ketegasan sikap spiritual yang dituangkan dalam pernyataan sejarah.”</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kepemimpinan para Sultan di <i>Ngayogyokarto Hadiningrat </i>tidak pernah lepas dari spiritualitas. Sri Sultan sendiri mempunyai gelar lengkap <i>Sampeyan Dalem Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senapati ing Ngalaga Ngabdul Rahman Sayidin Panata Gama Kalifatullah</i>. Artinya, disamping menjadi pemimpin secara politik dan kebudayaan, Sri Sultan adalah seorang pemimpin spiritual. Dengan kapasitas ini, keputusan-keputusan raja sedikit banyak memiliki kualitas spiritual.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
<span style="font-size: small;">Dalam era <i>post modern</i> sekarang, perbicangan tentang spiritualitas mendapat apresiasi yang sangat tinggi. Disamping ada konsep tentang kecerdasan intelektual (IQ) dan konsep tentang kecerdasan emosional (EQ), sekarang juga dikembangkan konsep tentang kecerdasan spiritual (<i>spiritual intelligence</i>). Menurut Paul G. Stoltz, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk merasa, memahami, dan menemukan bagian yang lebih tinggi dari diri kita, dari orang lain, dan dari dunia sekeliling kita.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Di tengah beragam analisis spekulatif yang berkembang sekarang, kita perlu menjadi arif untuk melihat dimensi spiritual dari keputusan HB X tersebut. Apalagi, beliau sendiri telah mengatakan bahwa keputusan itu merupakan sebuah ketegasan sikap rohani. Agar bisa memahami dan menghargai hal itu, kita perlu melihat bagaimana kecerdasan spiritual para Sultan di masa silam. Kemudian, kita perlu menarik pelajaran berharga untuk kepemimpinan Jogja (dan Indonesia) di masa mendatang.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>Visi untuk menjadi Pemimpin </b></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sri Sultan HB I dikenal dengan kepahlawanannya. Semasa kepemimpinan Paku Buwono II (1727-1749), Belanda melumpuhkan kedaulatan Mataram. Dengan Perjanjian Ponorogo (1743), Belanda merebut daerah-daerah pelayaran dan perdagangan Mataram. Sejak 11 Desember 1749, Mataram menyerahkan kedaulatannya ke tangan Belanda. Namun, Pangeran Mangkubumi berontak dan berjuang melawan penjajah. Sampai tahun 1752, sebagian besar Mataram kembali direbut dari Belanda. Akhirya, P. Mangkubumi memperoleh sebagian wilayah Mataram melalui Perjanjian Giyanti (1755). Sejak itu, beliau mendirikan Kasultanan Jogjakarta dan menjadi Sri Sultan HB I (1755-1792). Pemerintah tanpa ragu menetapkan Sri Sultan HB I sebagai pahlawan nasional (Keppres No. 085/TK/2006/tanggal 3 November 2006).</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sri Sultan HB I juga dikenal sebagai raja dengan multi kapasitas. Beliau menguasai ilmu pemerintahan, ilmu kemiliteran, filsafat, seni, dan arsitektur. Beliau adalah arsitek dari bangunan kraton yang tetap berdiri kokoh hingga sekarang. Dalam hal olah rohani, HB I sering melakukan <i>tapa brata</i>. Ketika bersamadi di desa Beton, beliau mendapat wahyu illahi untuk menjadi pemimpin yang memberi pengayoman kepada rakyat. Kepemimpinan HB I dimulai dan didasarkan pada visi spiritual yang kuat.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>Petunjuk Illahi berupa <i>Wisik</i></b></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Siapa tak kenal Sri Sultan HB IX? Kenegarawanan dan kepahlawanan beliau tidak perlu disangsikan lagi. Tokoh nasional ini pernah menjabat posisi-posisi penting di republik ini, mulai dari Menteri Pertahanan, Wakil Perdana Menteri, dan Wakil Presiden. Semasa revolusi kemerdekaan, HB IX memainkan peranan kunci. Setelah Proklamasi 1945, HB IX dan Sri Paku Alam VIII menyatakan mendukung dan bergabung dengan Republik Indonesia. Ketika kondisi perjuangan sangat kritis, Jogja merupakan benteng terakhir dengan menjadi ibukota RI. Saat dunia internasional meminta bukti eksistensi RI, Jogja menyodorkan Serangan Omoem 1 Maret 1949 yang spektakuler itu. Belanda sempat memberi <i>iming-iming </i>untuk mengangkat HB IX menjadi Wali Negara yang berkuasa atas Jawa Tengah dan Jawa Timur dalam rangka Negara Federal yang direncanakan Belanda. Namun, HB IX memilih untuk memperjuangkan Indonesia.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">HB IX adalah seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan spiritual. Ketika GRM Dorodjatun atau Henkie akan naik tahta menjadi Sri Sultan HB IX, gubernur Belanda Lucien Adam menyodorkan sebuah perjanjian (<i>politiek contract</i>) yang isinya cenderung menguntungkan pihak kolonialis. Sebagai seorang nasionalis sejati, Henkie keberatan sehingga proses perundingan mejadi alot dan lama (November 1939 – Februari 1940). Padahal, Lucien Adam adalah seorang ahli kebudayaan Jawa yang cerdik dalam melakukan lobi-lobi. Tetapi, saat sedang tiduran sore di suatu senja di bulan Februari 1940, tiba-tiba Henkie mendengar bisikan gaib (<i>wisik</i>), ”<i>Tole tekena wae, Landa bakal lunga saka bumi kene</i>” (Nak, tanda tangani saja kontrak itu sebab Belanda akan pergi dari daerah ini). Benar, dua tahun setelah Henkie menandatangani perjanjian itu (1940) dan kemudian naik tahta (<i>jumenengan dalem</i>), Belanda pergi dari bumi pertiwi sebab Jepang datang menjajah Indonesia (1942). Benar-benar sebuah keputusan brilyan!</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b><i>Laku</i></b><b> Puasa untuk Reformasi</b></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Dalam buku ”Meneguhkan Tahta untuk Rakyat” diceritakan bahwa Sri Sultan HB X melakukan tindakan spiritual menjelang akhir masa Orde Baru. HB X mengatakan, ”Jika pemimpin tak benar, kewajiban saya adalah untuk mengingatkan. Karena memang kabangetan (keterlaluan), <i>ya tak pasani sesasi tenan </i>(ya saya puasai sebulan penuh).” Tepat sebulan setelah masa puasa beliau berakhir (19 April – 19 Mei 1998) dan setelah munculnya maklumat bersama HB X dan Paku Alam VIII, Soeharto tumbang.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Mengenai runtuhnya rezim Orde Baru itu, HB X juga mendapat petunjuk illahi. Setelah berpuasa sebulan, beliau mendapat wahyu: ”<i>yen wis ana laron ewon-ewon ngrubung omah tawon kembar, bakal ana penggede ditinggal nagane</i>”. Artinya, kalau sudah ada gerakan massa rakyat (<i>laron ewon-ewon</i>) di alun-alun kraton Jogja yang memiliki dua pohon beringin (<i>omah tawon kembar</i>), maka akan ada pemimpin besar lengser (<i>ana penggede ditinggal nagane</i>). Kenyataannya memang demikian, setelah <i>pisowanan ageng</i> di Jogja, Soeharto pun turun tahta.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Jadi, kecerdasan spiritual merupakan ciri khas kepemimpinan para Sultan di Jogja. Visi-visi, kebijakan-kebijakan, dan pengambilan keputusan-keputusan merupakan hasil pergumulan rohani yang dalam. Kiranya, pemimpin Jogja dan Indonesia masa depan juga memperhatikan aspek spiritual ini. Tidak hanya mengedepankan pemikiran egoistik dan primordialistik, kepentingan politis, dan keuntungan ekonomi. Pemimpin harus mencari kehendak Tuhan sebelum memutuskan sesuatu demi kebaikan segenap umat.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">Sumber terkait :</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Artikel ini diambil dari http://kasultananyogya.wordpress.com, tanpa merubah isi/substansinya.</span></div></div>Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-29336261632527863452011-03-05T11:31:00.001+07:002011-03-05T11:49:51.897+07:00Situs Makam Ki Ageng Giring ( Situs Mataram Islam )<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"><b> </b></span><img height="206" src="http://www.tembi.org/mataram/images/mataram03-03.jpg" width="320" /></div><br />
<div style="text-align: justify;"><br />
<span style="color: black; font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>Situs Makam Ki Ageng Giring</b></span></div><div></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Makam Ki Ageng Giring III merupakan makam pepunden Mataram yang diyakini oleh sementara masyarakat sebagai penerima wahyu Karaton Mataram. Makam kuna itu terletak di Desa Sada, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Kidul, atau sekitar 6 kilometer ke arah barat daya dari kota Wanasari. </span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Menurut Mas Ngabehi Surakso Fajarudin yang menjabat jurukunci makam Giring, disebutkan bahwa Ki Ageng Giring adalah salah seorang keturunan Brawijaya IV dari Retna Mundri, yang hidup pada abad XVI. Dari perkawinannya dengan Nyi Talang Warih melahirkan dua orang anak, yaitu Rara Lembayung dan Ki Ageng Wanakusuma yang nantinya menjadi Ki Ageng Giring IV. </span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Pencarian wahyu Keraton Mataram itu konon atas petunjuk Sunan Kalijaga kepada Ki Ageng Giring dan Ki Ageng Pemanahan. Ki Ageng Giring disuruh menanam sepet (sabut kelapa kering), yang kemudian tumbuh menjadi pohon kelapa yang menghasilkan degan (buah kelapa muda). Sedangkan Ki Ageng Pemanahan melakukan tirakat di Kembang Semampir (Kembang Lampir), Panggang, Gunung Kidul. </span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Menurut wisik 'bisikan gaib' yang didapat, air degan milik Ki Ageng Giring itu harus diminum saendhegan (sekaligus habis) agar kelak dapat menurunkan raja. Oleh karenanya Ki Ageng Giring berjalan-jalan ke ladang terlebih dulu agar kehausan sehingga dengan demikian ia bisa menghabiskan air degan tersebut dengan sekali minum (saendhegan). Namun sayang, ketika Ki Ageng Giring sedang di ladang, Ki Ageng Pemanahan yang baru pulang dari bertapa di Kembang Lampir singgah di rumahnya, dalam keadaan haus ia meminum air kelapa muda itu sampai habis dengan sekali minum.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Betapa kecewa dan masygulnya perasaan Ki Ageng Giring melihat kenyataan itu sehingga dia hanya bisa pasrah, namun ia menyampaikan maksud kepada Ki Ageng Pemanahan agar salah seorang anak turunnya kelak bisa turut menjadi raja di Mataram. Dari musyawarah diperoleh kesepakatan bahwa keturunan Ki Ageng Giring akan diberi kesempatan menjadi raja tanah Jawa pada keturunan yang ke tujuh. </span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Versi lain menyebutkan bahwa Ki Ageng Giring ketika tirakat memperoleh Wahyu Mataram di Kali Gowang. Istilah gowang konon berasal dari suasana batin yang kecewa (gowang) karena gagal meminum air degan oleh karena telah kedahuluan Ki Ageng Pemanahan. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa kesempatan menjadi raja Mataram pupus sudah, tinggal harapan panjang yang barangkali bisa dinikmati pada generasi ke tujuh.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Hal itu berarti setelah keturunan Ki Ageng Pemanahan yang ke-6, atau menginjak yang ke-7, ada kemungkinan bagi keturunan Ki Ageng Giring untuk menjadi raja. Apakah Pangeran Puger menjadi raja setelah 6 keturunan dari Pemanahan ? Kita lihat silsilah di bawah ini.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: center;"><img height="360" src="http://www.tembi.org/mataram/images/mataram03-01.jpg" width="489" /> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Puger menjadi raja Mataram setelah mengalahkan Amangkurat III. Jika angka 6 dianggap perhitungan kurang wajar, yang wajar adalah 7, maka dapat dihitung Raden Mas Martapura yang bertahta sekejap sebelum tahtanya diserahkan ke Raden Mas Rangsang (Sultan Agung). Jadi pergantian keluarga berlangsung setelah 7 raja keturunan Ki Ageng Pemanahan.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Bukti bahwa Puger memang keturunan Giring dapat dilihat dalam Babad Nitik Sultan Agung. Babad ini menceritakan bahwa pada suatu ketika parameswari Amangkurat I, Ratu Labuhan, melahirkan seorang bayi yang cacat. Bersamaan dengan itu isteri Pangeran Arya Wiramanggala, keturunan Kajoran, yang merupakan keturunan Giring, melahirkan seorang bayi yang sehat dan tampan. Amangkurat mengenal Panembahan Kajoran sebagai seorang pendeta yang sakti dan dapat menyembuhkan orang sakit. Oleh karena itu puteranya yang cacat dibawa ke Kajoran untuk dimintakan penyembuhannya. Kajoran merasa bahwa inilah kesempatan yang baik untuk merajakan keturunannya. Dengan cerdiknya bayi anak Wiramanggala-lah yang dikembalikan ke Amangkurat I (ditukar) dengan menyatakan bahwa upaya penyembuhannya berhasil. </span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Sudah ditakdirkan bahwa Amangkurat III, putera pengganti Amangkuat II berwatak dan bernasib jelek Terbukalah jalan bagi Pangran Puger untuk merebut tahta. Sumber lain menceritakan silsilah Puger sebagai berikut:</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center"><img height="146" src="http://www.tembi.org/mataram/images/mataram03-02.jpg" width="441" /></div><div align="left"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Dengan demikian, benarlah bahwa pada urutan keturunan yang ke-7 keturunan Ki Ageng Giring-lah yang menjadi raja, meskipun silsilah itu diambil dari garis perempuan. Namun ini cukup menjadi dalih bahwa Puger alias Paku Buwana I adalah raja yang berdarah Giring.</span></div><div align="left"><br />
</div><div align="center"><img height="285" src="http://www.tembi.org/mataram/images/mataram03-03.jpg" width="441" /><br />
<span style="color: black; font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">PINTU GERBANG:<br />
Inilah pintu gerbang kompleks makam Ki Ageng Giring III<br />
di Desa Sada, Paliyan, Gunung Kidul.<br />
Makam ini selalu ramai dikunjungi peziarah pada malam Jumat,<br />
khususnya malam Jumat Kliwon. </span></div><div align="center"><br />
</div><div align="center"><img height="443" src="http://www.tembi.org/mataram/images/mataram03-04.jpg" width="281" /><br />
<span style="color: black; font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">PINTU MASUK KEDUA:<br />
Setelah para peziarah memasuki pintu gerbang,<br />
mereka akan melewati makam para pengikut Ki Ageng Giring<br />
yang berada di luar tembok.<br />
Makam Ki Ageng Giring sendiri berada di dalam tembok<br />
yang dibangun pada masa Sri Sultan Hamengku Buwana IX.<br />
Para peziarah dilarang memakai alas kaki jika memasuki kompleks ini.</span></div><div align="center"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"> </span> </div><div align="center"><img height="289" src="http://www.tembi.org/mataram/images/mataram03-05.jpg" width="442" /><br />
<span style="color: black; font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">BATU NISAN:<br />
Di sinilah Ki Ageng Giring III dimakamkan.<br />
Para peziarah dilarang mendekati batu nisan,<br />
mereka hanya diperbolehkan berdoa di luar ruangan cungkup.<br />
Pada umumnya para peziarah memohon agar diberi pangkat dan derajat. </span></div><div align="center"><br />
</div><div align="center"><img height="443" src="http://www.tembi.org/mataram/images/mataram03-06.jpg" width="286" /><br />
<span style="color: black; font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">KOMPLEKS MAKAM KI AGENG SUKADANA:<br />
Sekitar 2 kilometer arah tenggara Makam Ki Ageng Giring III<br />
terdapat kompleks makam Ki Ageng Sukadana.<br />
Oleh sebagian penduduk, Ki Ageng Sukadana diyakini sebagai<br />
nama lain dari Ki Ageng Giring II atau ayah dari Ki Ageng Giring III.<br />
Berbeda dengan makam Ki Ageng Giring III, makam ini terlihat tidak terawat.<br />
Cungkup Ki Sukadana terletak paling ujung. </span></div><div align="center"><br />
</div><div align="center"><img height="288" src="http://www.tembi.org/mataram/images/mataram03-07.jpg" width="443" /><br />
<span style="color: black; font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">BATU NISAN KI SUKADANA:<br />
Sama dengan Ki Ageng Giring III, makam ini selalu ramai dikunjungi para peziarah.<br />
Di tempat ini peziarah diperbolehkan masuk cungkup dan berdoa di sisi batu nisan.</span></div><div align="center"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"> </span> </div><div align="center"><img height="287" src="http://www.tembi.org/mataram/images/mataram03-08.jpg" width="442" /><br />
<span style="color: black; font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">SENDANG PITUTUR:<br />
Sendang ini terdapat di utara (sekitar 3 kilometer) dari makam Ki Ageng Sukadana.<br />
Menurut legenda penduduk setempat, sendang ini sering<br />
dipakai mandi Ki Ageng Sukadana ketika ia masih hidup.</span></div><div align="center"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Sumber : http://www.tembi.org/ </span></div><div align="center"></div></div>Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-91820643097202432622011-03-05T09:30:00.000+07:002011-03-05T09:30:10.470+07:00Biografi Sri Sultan Hamengku Buwono IX<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh5.googleusercontent.com/-DScDfQoqklg/TXGfzHx_TpI/AAAAAAAAAX4/XNYXWFJn15k/s1600/slthbixddk.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://lh5.googleusercontent.com/-DScDfQoqklg/TXGfzHx_TpI/AAAAAAAAAX4/XNYXWFJn15k/s1600/slthbixddk.jpg" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sri Sultan Hamengkubuwono IX pahlawan nasional sekaligus tokoh paling berpengaruh terutama di wilayah kesultanan Yogyakarta. Dilahirkan dengan nama Bendoro Raden Mas Dorodjatun. Beliau putra dari Sri Sultan Hamengkubuwana VIII dan Raden Ajeng Kustilah dan lahir pada 12 April 1912 di Sompilan Ngasem, Yogyakarta.<br />
<a href="" name="more"></a><br />
Sebagai keturunan langsung Sultan Yogyakarta tanggal 18 Maret 1940 ia dinobatkan sebagai Sultan dengan gelar "Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwana Senapati Ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping Sanga. Ia adalah salah seorang Sultan yang pernah memimpin di Kasultanan Yogyakarta (1940-1988) dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang pertama setelah kemerdekaan Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia yang kedua antara tahun 1973-1978. Ia juga dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. <br />
<br />
Ia merupakan Sultan yang menentang penjajahan Belanda dan mendorong kemerdekaan Indonesia. Selain itu, dia juga mendorong agar pemerintah RI memberi status khusus bagi Yogyakarta dengan predikat "Istimewa". Sebelum dinobatkan, Sultan yang berusia 28 tahun bernegosiasi secara alot selama 4 bulan dengan diplomat senior Belanda Dr. Lucien Adams mengenai otonomi Yogyakarta. Di masa Jepang, Sultan melarang pengiriman romusha dengan mengadakan proyek lokal saluran irigasi Selokan Mataram. Sultan bersama Paku Alam IX adalah penguasa lokal pertama yang menggabungkan diri ke Republik Indonesia. Sultan pulalah yang mengundang Presiden untuk memimpin dari Yogyakarta setelah Jakarta dikuasai Belanda dalam Agresi Militer Belanda I. Beliau juga tokoh yang sangat berperan dalam peristiwa serangan umum 1 Maret 1949. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sejak 1946 beliau pernah beberapa kali menjabat menteri pada kabinet yang dipimpin Presiden Soekarno. Jabatan resminya pada tahun 1966 adalah ialah Menteri Utama di bidang Ekuin. Pada tahun 1973 beliau diangkat sebagai wakil presiden. Pada akhir masa jabatannya pada tahun 1978, beliau menolak untuk dipilih kembali sebagai wakil presiden dengan alasan kesehatan. Namun, ada rumor yang mengatakan bahwa alasan sebenarnya ia mundur adalah karena tak menyukai Presiden Soeharto yang represif seperti pada Peristiwa Malari dan hanyut pada KKN.</span> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> <span class="mw-headline"><span lang="IN" style="font-style: normal; font-weight: normal;"> </span></span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><span class="mw-headline"><span lang="IN" style="font-style: normal; font-weight: normal;"><b>Riwayat Pendidikan :</b></span></span><b><span lang="SV"></span></b></i></span> <ul><li><span style="font-size: small;"><span lang="SV">Taman kanak-kanak atau Frobel School asuhan Juffrouw Willer di Bintaran Kidul</span> </span></li>
<li><span style="font-size: small;">Eerste Europese Lagere School (1925)</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Hogere Burger School (HBS, setingkat SMP dan SMU) di Semarang dan Bandung (1931)</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Rijkuniversiteit Leiden, jurusan Indologie (ilmu tentang Indonesia) kemudian ekonomi</span></li>
</ul></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><b><span style="font-size: small;">Karir :</span></b><ul type="disc"><li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span lang="SV">Kepala dan Gubernur Militer </span><span lang="SV">Daerah Istimewa Yogyakarta</span><span lang="SV"> (</span><span lang="SV">1945</span><span lang="SV">)</span></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span lang="SV">Menteri Negara pada </span><span lang="SV">Kabinet Sjahrir III</span><span lang="SV"> (</span><span lang="SV">2 Oktober</span> <span lang="SV">1946</span><span lang="SV"> - </span><span lang="SV">27 Juni</span> <span lang="SV">1947</span><span lang="SV">)</span></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span lang="SV">Menteri Negara pada </span><span lang="SV">Kabinet Amir Sjarifuddin I</span><span lang="SV"> dan </span><span lang="SV">II</span><span lang="SV"> (</span><span lang="SV">3 Juli</span> <span lang="SV">1947</span><span lang="SV"> - </span><span lang="SV">11 November</span> <span lang="SV">1947</span><span lang="SV"> dan </span><span lang="SV">11 November</span> <span lang="SV">1947</span><span lang="SV"> - </span><span lang="SV">28 Januari</span> <span lang="SV">1948</span><span lang="SV">)</span></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span lang="SV">Menteri Negara pada </span><span lang="SV">Kabinet Hatta I</span><span lang="SV"> (</span><span lang="SV">29 Januari</span> <span lang="SV">1948</span><span lang="SV"> - </span><span lang="SV">4 Agustus</span> <span lang="SV">1949</span><span lang="SV">)</span></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span lang="SV">Menteri Pertahanan/Koordinator Keamanan Dalam Negeri pada </span><span lang="SV">Kabinet Hatta II</span><span lang="SV"> (</span><span lang="SV">4 Agustus</span> <span lang="SV">1949</span><span lang="SV"> - </span><span lang="SV">20 Desember</span> <span lang="SV">1949</span><span lang="SV">)</span></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span lang="SV">Menteri Pertahanan pada masa </span><span lang="SV">RIS</span><span lang="SV"> (</span><span lang="SV">20 Desember</span> <span lang="SV">1949</span><span lang="SV"> - </span><span lang="SV">6 September</span> <span lang="SV">1950</span><span lang="SV">)</span></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span lang="SV">Wakil Perdana Menteri pada </span><span lang="SV">Kabinet Natsir</span><span lang="SV"> (</span><span lang="SV">6 September</span> <span lang="SV">1950</span><span lang="SV"> - </span><span lang="SV">27 April</span> <span lang="SV">1951</span><span lang="SV">)</span></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span lang="SV">Ketua Dewan Kurator </span><span lang="SV">Universitas Gajah Mada</span> <span lang="SV">Yogyakarta</span><span lang="SV"> (</span><span lang="SV">1951</span><span lang="SV">)</span></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;">Ketua Dewan Pariwisata Indonesia (1956)</span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;">Ketua Sidang ke 4 ECAFE (Economic Commision for Asia and the Far East) dan Ketua Pertemuan Regional ke 11 Panitia Konsultatif Colombo Plan (1957)</span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;">Ketua Federasi ASEAN Games (1958)</span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span lang="SV">Menteri/Ketua </span><span lang="SV">Badan Pemeriksa Keuangan</span><span lang="SV"> (</span><span lang="SV">5 Juli</span> <span lang="SV">1959</span><span lang="SV">)</span></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span lang="SV">Ketua Delegasi Indonesia dalam pertemuan </span><span lang="SV">PBB</span><span lang="SV"> tentang Perjalanan dan Pariwisata (</span><span lang="SV">1963</span><span lang="SV">)</span></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;">Menteri Koordinator Pembangunan (21 Februari 1966)</span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span lang="SV">Wakil Perdana Menteri Bidang Ekonomi 11 (</span><span lang="SV">Maret</span> <span lang="SV">1966</span><span lang="SV">)</span></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span lang="SV">Ketua </span><span lang="SV">Kwartir Nasional</span><span lang="SV"> Gerakan </span><span lang="SV">Pramuka</span><span lang="SV"> (</span><span lang="SV">1968</span><span lang="SV">)</span></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;">Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia/KONI (1968)</span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;">Ketua Delegasi Indonesia di Konferensi Pasific Area Travel Association (PATA) di California, Amerika Serikat (1968)</span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;">Wakil Presiden Indonesia (25 Maret 1973 - 23 Maret 1978)</span></li>
</ul><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;">Hamengkubuwana IX diangkat menjadi pahlawan nasional Indonesia tanggal 8 Juni 2003 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.<span lang="IN"> </span><span lang="SV">Sultan Hamengku Buwana IX</span><span lang="IN"> juga </span><span lang="SV"> tercatat sebagai Gubernur terlama yang menjabat di Indonesia antara 1945-1988 dan Raja Kesultanan Yogyakarta terlama antara 1940-1988.</span><span lang="IN"> Pada </span><span lang="IN">2 Oktober</span> <span lang="IN">1988</span><span lang="IN">, ia wafat di </span><span lang="IN">George Washington University</span><span lang="IN"> Medical Centre, </span><span lang="IN">Amerika Serikat</span><span lang="IN"> dan dimakamkan di pemakaman para Raja Mataram di </span><span lang="IN">Imogiri</span><span lang="IN">, </span><span lang="IN">Kabupaten Bantul</span><span lang="IN">, </span><span lang="IN">DI Yogyakarta</span><span lang="IN">, </span><span lang="IN">Indonesia</span><span lang="IN">.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span lang="IN"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal"><b><span style="font-size: small;"><span lang="IN">Foto Sang Penjaga Demokrasi</span></span></b></div><div class="MsoNormal"><b><span style="font-size: small;"><span lang="IN"> </span></span></b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh6.googleusercontent.com/-dqX9sgGPJ8s/TXGfsk82TKI/AAAAAAAAAXg/v7Jr549EEeQ/s1600/01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="206" src="https://lh6.googleusercontent.com/-dqX9sgGPJ8s/TXGfsk82TKI/AAAAAAAAAXg/v7Jr549EEeQ/s320/01.jpg" width="320" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh4.googleusercontent.com/-BKmhklOfaXY/TXGft8rfFbI/AAAAAAAAAXk/T8_KNIubUEg/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="252" src="https://lh4.googleusercontent.com/-BKmhklOfaXY/TXGft8rfFbI/AAAAAAAAAXk/T8_KNIubUEg/s320/1.jpg" width="320" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-1R9jRJXLvfM/TXGfuRicu1I/AAAAAAAAAXo/CUVyxy9qwRM/s1600/2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://lh3.googleusercontent.com/-1R9jRJXLvfM/TXGfuRicu1I/AAAAAAAAAXo/CUVyxy9qwRM/s320/2.jpg" width="240" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-11U4uhgxP6k/TXGfunPfo2I/AAAAAAAAAXs/pDxXHSTAY28/s1600/3.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://lh3.googleusercontent.com/-11U4uhgxP6k/TXGfunPfo2I/AAAAAAAAAXs/pDxXHSTAY28/s1600/3.jpeg" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh5.googleusercontent.com/-tAMO1QwsGMs/TXGfvNhL5VI/AAAAAAAAAXw/y_gGEQbMf-8/s1600/3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="194" src="https://lh5.googleusercontent.com/-tAMO1QwsGMs/TXGfvNhL5VI/AAAAAAAAAXw/y_gGEQbMf-8/s320/3.jpg" width="320" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh6.googleusercontent.com/-QkrQ5YFqd8c/TXGfvs3SFrI/AAAAAAAAAX0/C0g60sCsuSs/s1600/4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://lh6.googleusercontent.com/-QkrQ5YFqd8c/TXGfvs3SFrI/AAAAAAAAAX0/C0g60sCsuSs/s1600/4.jpg" /></a></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span lang="IN"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-size: small;"><span lang="IN">Sumber : biografitokohdunia.com </span></span></div></div></div>Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-47876410577592106172011-03-03T13:51:00.003+07:002011-03-03T22:22:30.736+07:00Upacara Sekaten Keraton Yogyakarta<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-E1UH1LL89ro/TW9D8qJhOhI/AAAAAAAAAXc/47OG6sViqTQ/s1600/sktn.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="217" src="https://lh3.googleusercontent.com/-E1UH1LL89ro/TW9D8qJhOhI/AAAAAAAAAXc/47OG6sViqTQ/s320/sktn.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-EI5_IS7WZuU/TW85e_Os8RI/AAAAAAAAAW8/kxGS8PC6qak/s1600/sktn1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br />
</a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Di wilayah Kotamadya Yogyakarta, terdapat upacara adat yang disebut sebagai Sekaten atau yang lebih dikenal dengan istilah Pasar Malam Perayaan Sekaten karena sebelum upacara Sekaten diadakan kegiatan pasar malam terlebih dahulu selama satu bulan penuh. Tradisi yang ada sejak zaman Kerajaan Demak (abad ke-16) ini diadakan setahun sekali pada bulan Maulud, bulan ke tiga dalam tahun Jawa, dengan mengambil lokasi di pelataran atau Alun-alun Utara Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.Asal <span class="IL_AD" id="IL_AD10">usul</span> istilah Sekaten berkembang dalam beberapa versi. Ada yang berpendapat bahwa Sekaten berasal dari kata Sekati, yaitu nama dari dua perangkat pusaka Kraton berupa <span class="IL_AD" id="IL_AD1">gamelan</span> yang disebut Kanjeng Kyai Sekati yang ditabuh dalam rangkaian acara peringatan Maulud <span class="IL_AD" id="IL_AD11">Nabi</span> Muhammad SAW. Pendapat lain mengatakan bahwa Sekaten berasal dari kata <i>suka</i> dan <i>ati</i> (suka hati, senang hati) karena orang-orang menyambut hari Maulud tersebut dengan perasaan syukur dan bahagia dalam perayaan pasar malam di Alun-alun Utara. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pendapat lain mengatakan bahwa kata Sekaten berasal dari kata <i>syahadataini</i>, dua kalimat dalam Syahadat Islam, yaitu <i>syahadat taukhid</i> (Asyhadu alla ila-ha-ilallah) yang berarti “saya bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah” dan <i>syahadat rasul</i> (Waasyhadu anna Muhammadarrosululloh) yang berarti “saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah”.</span></div><div></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-kvJdq9KmOZo/TW87SkI9rAI/AAAAAAAAAXQ/GANVpEjcXto/s1600/ayo1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://lh3.googleusercontent.com/-kvJdq9KmOZo/TW87SkI9rAI/AAAAAAAAAXQ/GANVpEjcXto/s200/ayo1.jpg" width="200" /></a></div></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
<span style="font-size: small;">Upacara Sekaten dianggap sebagai perpaduan antara kegiatan dakwah Islam dan seni. Pada awal mula penyebaran agama Islam di Jawa, <span class="IL_AD" id="IL_AD12">salah seorang</span> Wali Songo, yaitu Sunan Kalijaga, mempergunakan kesenian <i>karawitan</i> (gamelan Jawa) untuk memikat masyarakat luas agar datang untuk menikmati pergelaran <i>karawitan-</i>nya dengan menggunakan dua perangkat gamelan Kanjeng Kyai Sekati. Di sela-sela pergelaran, dilakukan khotbah dan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Bagi mereka yang bertekad untuk memeluk agama Islam, diwajibkan mengucapkan kalimat Syahadat, sebagai pernyataan taat kepada ajaran agama Islam.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Di kalangan masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya, muncul keyakinan bahwa dengan ikut merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang bersangkutan akan mendapat pahala dari Yang Maha Agung, dan dianugerahi awet muda. Sebagai syarat, mereka harus menguyah sirih di halaman Masjid Agung Yogyakarta, terutama pada hari pertama dimulainya perayaan Sekaten. Oleh karena itu, selama perayaan, banyak orang berjualan sirih dengan ramuannya, nasi gurih beserta lauk-pauknya di halaman Kemandungan, di Alun-alun Utara atau di depan Masjid Agung Yogyakarta. Bagi para petani, dalam kesempatan ini memohon pula agar panenannya yang <span class="IL_AD" id="IL_AD8">akan datang</span> berhasil. Untuk memperkuat tekadnya ini, mereka membeli cambuk untuk dibawa pulang.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-rah9SekB7MM/TW85eLa73MI/AAAAAAAAAW0/PkyXdrhwrV4/s1600/skt3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://lh3.googleusercontent.com/-rah9SekB7MM/TW85eLa73MI/AAAAAAAAAW0/PkyXdrhwrV4/s200/skt3.jpg" width="148" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh6.googleusercontent.com/-VsVNH7g_BFI/TW85fOlKWLI/AAAAAAAAAXA/xj3-IlMQpwY/s1600/sktn2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="141" src="https://lh6.googleusercontent.com/-VsVNH7g_BFI/TW85fOlKWLI/AAAAAAAAAXA/xj3-IlMQpwY/s200/sktn2.jpg" width="200" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sebelum upacara Sekaten dilaksanakan, diadakan dua macam persiapan, yaitu persiapan fisik dan <span class="IL_AD" id="IL_AD4">spiritual</span>. Persiapan fisik berupa peralatan dan perlengkapan upacara Sekaten, yaitu Gamelan Sekaten, Gendhing Sekaten, sejumlah uang logam, sejumlah bunga kanthil, busana seragam Sekaten, <i>samir</i> untuk niyaga, dan perlengkapan <span class="IL_AD" id="IL_AD9">lainnya</span>, serta naskah riwayat maulud Nabi Muhammad SAW.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Gamelan Sekaten <span class="IL_AD" id="IL_AD6">adalah</span> benda pusaka Kraton yang disebut Kanjeng Kyai Sekati dalam dua rancak, yaitu Kanjeng Kyai Nogowilogo dan Kanjeng Kyai Guntur Madu. Gamelan Sekaten tersebut dibuat oleh Sunan Giri yang ahli dalam kesenian <i>karawitan</i> dan disebut-sebut sebagai gamelan dengan <i>laras pelog</i> yang pertama kali dibuat. Alat pemukulnya dibuat dari tanduk lembu atau tanduk kerbau dan untuk dapat menghasilkan bunyi pukulan yang nyaring dan bening, alat pemukul harus diangkat setinggi dahi sebelum dipuk pada masing-masing gamelan.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh6.googleusercontent.com/-bkDtl1CfNV8/TW86QkoM4bI/AAAAAAAAAXI/GiLHmkzn8iE/s1600/gngan+sekaten.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="156" src="https://lh6.googleusercontent.com/-bkDtl1CfNV8/TW86QkoM4bI/AAAAAAAAAXI/GiLHmkzn8iE/s320/gngan+sekaten.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sedangkan Gendhing Sekaten adalah serangkaian lagu gendhing yang digunakan, yaitu <i>Rambu</i> pathet lima, <i>Rangkung</i> pathet lima, <i>Lunggadhung</i> pelog pathet lima, <i>Atur-atur</i> pathet nem, <i>Andong-andong</i> pathet lima, <i>Rendheng</i> pathet lima, <i>Jaumi</i> pathet lima, <i>Gliyung</i> pathet nem, <i>Salatun</i> pathet nem, <i>Dhindhang Sabinah</i> pathet em, <i>Muru putih</i>, <i>Orang-aring</i> pathet nem, <i>Ngajatun</i> pathet nem, <i>Batem Tur</i> pathet nem, <i>Supiatun</i> pathet barang, dan <i>Srundeng gosong</i> pelog pathet barang.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh6.googleusercontent.com/-Z3ZnnPz1Qpo/TW85dnaATBI/AAAAAAAAAWw/r2hYztWKCbI/s1600/sktn+th1950an.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="148" src="https://lh6.googleusercontent.com/-Z3ZnnPz1Qpo/TW85dnaATBI/AAAAAAAAAWw/r2hYztWKCbI/s200/sktn+th1950an.jpg" width="200" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: x-small;"> Sekatenan Yogyakarta Tahun 1950an</span></span><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Untuk persiapan spiritual, dilakukan beberapa waktu menjelang Sekaten. Para abdi dalem Kraton Yogyakarta yang nantinya terlibat di dalam penyelenggaraan upacara mempersiapkan mental dan batin untuk mengembang tugas sakral tersebut. Terlebih para abdi dalem yang bertugas memukul gamelan Sekaten, mereka mensucikan diri dengan berpuasa dan <i>siram jamas</i>.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sekaten dimulai pada tanggal 6 Maulud (Rabiulawal) saat sore hari dengan mengeluarkan gamelan Kanjeng Kyai Sekati dari tempat persemayamannya, Kanjeng Kyai Nogowilogo ditempatkan di Bangsal Trajumas dan Kanjeng Kyai Guntur Madu di Bangsal Srimanganti. Dua pasukan abdi dalem prajurit bertugas menjaga gamelan pusaka tersebut, yaitu prajurit Mantrijero dan prajurit Ketanggung. Di halaman Kemandungan atau Keben, banyak orang berjualan kinang dan nasi wuduk.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh5.googleusercontent.com/-CYGxVx5r-Ak/TW86e-aCE7I/AAAAAAAAAXM/rQm1JEX82-Q/s1600/sekaten+malam+hari.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="136" src="https://lh5.googleusercontent.com/-CYGxVx5r-Ak/TW86e-aCE7I/AAAAAAAAAXM/rQm1JEX82-Q/s200/sekaten+malam+hari.jpg" width="200" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Lepas waktu sholat Isya, para abdi dalem yang bertugas di bangsal, memberikan laporan kepada Sri Sultan bahwa upacara siap dimulai. Setelah ada perintah dari Sri Sultan melalui abdi dalem yang diutus, maka dimulailah upacara Sekaten dengan membunyikan gamelan Kanjeng Kyai Sekati.<br />
Yang pertama dibunyikan adalah Kanjeng Kyai Guntur Madu dengan gendhing racikan pathet gangsal, dhawah gendhing Rambu. Menyusul kemudian dibunyikan gamelan Kanjeng Kyai Nogowilogo dengan gendhing racikan pathet gangsal, dhawah gendhing Rambu. Demikianlah dibunyikan secara bergantian antara Kanjeng Kyai Guntur Madu dan Kanjeng Kyai Nogowilogo. Di tengah gendhing, Sri Sultan datang mendekat dan gendhing dibuat lembut sampai Sri Sultan meninggalkan kedua bangsal. Sebelumnya Sri Sultan (atau wakil Sri Sultan) menaburkan udhik-udhik di depan gerbang Danapertapa, bangsal Srimanganti, dan bangsal Trajumas.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh5.googleusercontent.com/-O72ZJ1_cSXw/TW87UVwsRGI/AAAAAAAAAXY/pMVuVKL5gi8/s1600/ayo+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://lh5.googleusercontent.com/-O72ZJ1_cSXw/TW87UVwsRGI/AAAAAAAAAXY/pMVuVKL5gi8/s1600/ayo+2.jpg" /></a></div><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Tepat pada pukul 24.00 WIB, gamelan Sekaten dipindahkan ke halaman Masjid Agung Yogyakarta dengan dikawal kedua pasukan abdi dalem prajurit Mantrijero dan Ketanggung. Kanjeng Kyai Guntur Madu ditempatkan di pagongan sebelah selatan gapuran halaman Masjid Agung dan Kanjeng Kyai Nogowilogo di pagongan sebelah utara. Di halaman masjid tersebut, gamelan Sekaten dibunyikan terus menerus siang dan malam selama enam hari berturut-turut, kecuali pada malam Jumat hingga selesai sholat Jumat siang harinya.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-BzONawqFW6w/TW87TseR6YI/AAAAAAAAAXU/F6pnwKKmB9c/s1600/ayo+00.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="214" src="https://lh3.googleusercontent.com/-BzONawqFW6w/TW87TseR6YI/AAAAAAAAAXU/F6pnwKKmB9c/s320/ayo+00.jpg" width="320" /></a></div><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pada tanggal 11 Maulud (Rabiulawal), mulai pukul 20.00 WIB, Sri Sultan datang ke Masjid Agung untuk menghadiri upacara Maulud Nabi Muhammad SAW yang berupa pembacaan naskah riwayat maulud Nabi yang dibacakan oleh Kyai Pengulu. Upacara tersebut selesai pada pukul 24.00 WIB, dan setelah semua selesai, perangkat gamelan Sekaten diboyong kembali dari halaman Masjid Agung menuju ke Kraton. Pemindahan ini merupakan tanda bahwa upacara Sekaten telah berakhir.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sumber http://yogyanews.com/ </span></div></div>Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-43075903529688141162011-03-03T13:22:00.000+07:002011-03-03T13:22:46.243+07:00Pathok Negara Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="post-725 post type-post status-publish format-standard hentry category-masjid-patok-negoro" id="post-725" style="color: black; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><div style="text-align: justify;"> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh4.googleusercontent.com/-Vd_qmpFqOuo/TW8zotJaYjI/AAAAAAAAAWs/YgatyH7EdqQ/s1600/kompleks.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="215" src="https://lh4.googleusercontent.com/-Vd_qmpFqOuo/TW8zotJaYjI/AAAAAAAAAWs/YgatyH7EdqQ/s320/kompleks.jpg" width="320" /></a></div><h2 class="posttitle" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sekilas Tentang Pathok Nagara (Masjid Pathok Negoro)</span></h2><div style="text-align: justify;"> </div><div class="postdate" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span> </div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="postentry" style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Pada awal berdirinya Kraton Kasultanan Yogyakarta, dikenal adanya lembaga-lembaga peradilan, misalnya pengadilan perdata, pengadilan surambi serta Bale Mangu. Pengadilan Surambi atau Hukum Dalem Surambi, merupakan pengadilan yang berhubungan dengan agama yang diketuai oleh seorang penghulu hakim.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span id="more-725"></span></span><br />
<span style="font-size: small;">Seorang penghulu hakim dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh empat orang anggota yang disebut dengan pathok nagara. Di kalangan Reh Kawedanan Pangulon Kraton Ngayogyakarta sebutan pathok nagara semacam abdi dalem yang membuat tugas penghulu hakim di Pengadilan Surambi.</span><br />
<span style="font-size: small;">Saat ini, kedudukan pathok nagara mengalami perubahan. Abdi dalem pathok nagara tidak ubahnya sebagai seorang yang dijadikan panutan oleh masyarakat sekitar, di mana ia bertugas di masjid-masjid yang menjadi milik Kraton Yogyakarta</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Keberadaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sekarang ini tak lepas dari peristiwa penting di tahun 1755 adanya pembagian negara (palihan negari) Mataram Islam menjadi dua bagian, Surakarta dan Yogyakarta. Sebagai penerus Mataram yang bersifat Islam, raja Yogyakarta mendapat gelar Sultan, maka Pangeran Mangkubumi raja pertama mempunyai sebutan Sri Sultan Hamengku Buwana I (HB I), Sebutan tersebut merupakan kependekan gelar yang panjang sesuai dengan amanah seorang pemimpin negara dan keagamaan, yang sarat dengan simbol dan makna yaitu Sultan Hamengku Buwana Senapati Ingalaga Abdurrahman Sayyidin Panatagama Khalifatullah. </span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Sebelum menjadi Sultan, HB I telah mempunyai pengetahuan tentang bagaimana mengelola suatu ‘negara’. Pengalamannya sebagai seorang pangeran Mataram (putra Sunan Amangkurat IV), mau tidak mau harus mempelajari ilmu pengetahuan apa saja yang berguna, termasuk belajar agama, mengaji, dan sebagainya. Ini dilakukannya baik ketika di Kartasura maupun kemudian pindah ke Surakarta. Pengetahuan keagamaan demikian paling tidak telah memberi bekal ketika harus menjadi Sultan di Yogyakarta.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Pada awal Kasultanan Yogyakarta, HB I masih melestarikan kebijakan dan aturan yang dipandang sesuai dengan pemerin¬tahannya, termasuk adanya lembaga peradilan. Pada masa itu berlaku adanya lembaga-lembaga peradilan dengan nama Jawa yaitu Pengadilan Pradata (menyelesaikan perkara perdata dan pidana), Surambi (agama) dan Bale Mangu (pidana, administratif, agraria). Dalam kaitan dengan topik kali ini yang akan dikemukakan adalah Pengadilan Surambi atau dalam catatan¬catatan yang ada di kraton disebut juga Hukum Dalem Ing Surambi dan biasa disingkat Hukum Dalem. Disebut demikian karena lembaga ini menempati Serambi Masjid Agung, juga disebut al mahkamah al kabirah, yang menangani masalah-masalah perkawinan, kemelut rumah tangga, perceraian, gugatan cerai dari pihak istri terhadap suaminya, perolehan nafkah, warisan, wasiat, hibah, dan sebagainya, menurut tata cara Islam.1 Sebagai catatan di sini bahwa segala sesuatu yang dimiliki raja dan kerajaan disebut milik raja atau kagungan dalem. Demikian pula semua pegawai dan pembantu raja disebut abdi dalem.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Pengadilan Surambi atau Hukum Dalem Ing Surambi di Yogyakarta diketuai oleh seorang penghulu yang disebut penghulu hakim. Sebagai ketua ia memperoleh gelar dari Sultan: Kyai Pengulu. Kemungkinan yang menjadi penghulu pertama di Yogyakarta yang diserahi tanggungjawab masjid adalah Kyai Penghulu Seh Abodin.2 Dalam melaksanakan tugasnya menangani masalah-masalah yang ada di masyarakat, penghulu hakim dibantu oleh empat orang anggota disebut pathok nagara atau dalam bahasa halus pathok nagari. Baik penghulu hakim maupun pathok nagara termasuk abdi dalem. Dalam perkembangan selanjutnya susunan keanggotaan ini ditambah adanya beberapa khotib yang bertugas memberi khotbah di beberapa masjid pada hari Jumat. Adapun kitab hukum yang dipakai sebagai acuan di samping Al Quran dan Hadits adalah kitab¬kitab fiqih yaitu Kitab Muharrar, Mahali, Tuhpah (baca: Tuhfah), Patakulmungin (Fat¬hulmu’in) dan Patakulwahab (Fat-hulwahab). Apabila benar demikian, maka tugas penghulu hakim dan anggota-anggotanya yaitu pathok nagara dengan abdi dalem di bidang hukum, keagamaan, di masyarakat sungguh tidak ringan.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Sebutan pathok nagara di kalangan Reh Kawedanan Pangulon Karaton Ngayogyakarta (semacam Departemen Agama) merupakan jabatan abdi dalem di lembaga tersebut, dan tepatnya pembantu.<br />
</span><br />
<span style="font-size: small;">Menurut catatan arsip Kawedanan Reh Pangulon, pathok nagara merupakan jabataan (abdi dalem) rendah di suatu lembaga peradilan yang diberikan oleh raja (Sultan) kepada seseorang yang dipercaya mampu menguasai bidang hukum agama Islam atau syariah. Tidak diketahui secara pasti kenapa sebutan jabatan tersebut demikian. Penulis hanya dapat menduga bahwa hal itu berkaitan dengan keberadaannya di lembaga hukum (agama) yang berlaku di saat itu. Keberadaannya di masyarakat sebagai tokoh panutan, sebagai kepanjangan aturan raja yang memerintah negari (keprajan) Yogyakarta. Walaupun jabatan rendah, namun abdi dalem pathok nagara mempunyai peranan penting dalam pemerintahan saat itu, karena langsung berhadapan dengan masyarakat yang penuh dengan berbagai macam permasalahan. Sesuai dengan peranan dan tugasnya yang menyangkut kehidupan masyarakat kasultanan berdasarkan agama pada masa itu, maka sebagai abdi dalem pathok nagara pembantu penghulu hakim, harus membekali dirinya dengan pengetahuan agama. Ia mempunyai kewajiban mencerdaskan masyarakat di bidang kehidupan beragama dan bermasyarakat. Perlu diketahui bahwa pada masa itu masa penjajahan Belanda, sehingga raja perlu membentengi rakyatnya secara jiwani, supaya berkepribadian kuat. Untuk syiar agama Islam ini maka di berbagai daerah di wilayah didirikanlah masjid-masjid yang kemudian disebut masjid kagungan dalem yang berarti masjid milik raja atau sering disebut Masjid Sulthoni. Menurut catatan Kawedanan Pangulon Keraton Yogyakarta (1981), masjid kagungan dalem di Daerah Istimewa Yogyakarta ada 78 buah, baik di dalam kota maupun yang tersebar di daerah¬daerah Kabupaten Sleman, Gunungkidul, Kulonprogo dan Bantul.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Dalam arsip kraton yang tersimpan di Perpustakaan Widyabudaya, pathok nagara abdi dalem Kawedanan Pangulon Kasultanan Yogyakarta oleh Sultan ditempatkan di Mlangi Kabupaten Sleman (barat), Plosokuning Kabupaten Sleman (utara), Dongkelan Kabupaten Bantul (selatan) dan Babadan Yogyakarta (timur). Pada masa pendudukan Balatentara Jepang (1942 – 1945), Babadan ini pernah direncanakan akan dijadikan tempat amunisi untuk keperluan perang Jepang, sehingga banyak penduduk yang pindah ke arah utara, kampung Kentungan, demikian juga masjidnya. Akan tetapi rencana tersebut tidak jadi dan penduduk kembali ke Babadan semula, masjidnya pun dibangun lagi. Di tempat-tempat ini pathok nagara yang termasuk abdi dalem Reh Kawedanan Pangulon bertanggung jawab atas kehidupan keagamaan dalam masyarakat dan kemakmuran masjid ‘milik raja’ (masjid kagungan dalem) yang ditanganinya. Walaupun jumlah masjid kagungan dalem banyak, namun hanya empat masjid itulah yang ditangani oleh pathok nagara. Dalam memakmurkan masjid, ia dibantu oleh khotib, muadzin, merbot, barjama’ah dan ulu-ulu. Tidak ada keterangan-keterangan yang pasti kenapa keempat abdi dalem pathok nagara itu ditempatkan di Mlangi, Plosokuning, Dongkelan dan Babadan. Apabila dilihat dari pusat kerajaan keempat desa itu berada di barat, utara, selatan dan timur. Di pusat kerajaan sendiri ada Masjid Agung sebagai masjid kerajaan yang berdekatan dengan bangunan kraton.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Ada kebiasaan orang Jawa, menurut imajinasinya bahwa jumlah 4 (empat) letaknya di dalam sebuah ruang, masing¬masing menempati mata angin utama yang mengelilingi suatu titik pusat. Hal ini juga terungkap dalam susunan lembaga pemerintahan, satu ada di tengah-tengah sebagai kepala ditambah 4 (empat) berada di sekelilingnya sebagai pembantu utama. Sebagai contohnya pemerintahan pada masa kerajaan Mataram-Islam, apabila raja duduk di singgasana, dihadap para pegawainya (abdi dalem) duduk membentuk lingkaran lingkaran konsentris.4 Menilik kebiasaaan orang Jawa yang ‘suka’ serba empat mengelilingi satu pusat, ada kemiripan dengan letak-letak masjid milik raja yang menjadi tanggungjawab pathok nagara. Bukankah mereka itu abdi yang bertugas membantu penghulu hakim sebagai ketua Pengadilan Surambi. Pertanyaan mengenai jumlah abdi dalem pathok nagara yang membantu penghulu hakim di Pengadilan Surambi hanyalah empat, kemungkinan ada kaitannya dengan konsep konsentris seperti yang ada di kerajaan-kerajaan Jawa masa lalu.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Telah disebutkan bahwa abdi dalem pathok nagara bertanggungjawab terhadap masjid yang ditanganinya. Begitu eratnya antara masjid pathok nagara ini sehingga terucap oleh masyarakat masjid-masjid tadi sebagai masjid pathok nagara. Ucapan tersebut tidaklah salah, karena sebenarnya mengandung maksud masjid kagungan dalem yang menjadi tanggungjawab pathok nagara. Oleh karena itu tidaklah mengherankan di sekitar tempat tersebut sampai kini masih ada pesantren, tempat belajar agama Islam.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Setelah kemerdekaan keadaan menjadi berubah. Kerajaan-kerajaan yang semula mempunyai ‘kekuasaan’ (walaupun masih juga di bawah kekuasaan penjajah) dengan sendirinya masuk ke satu wadah karena telah terbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kasultanan Yogyakarta juga Kadipaten Pakualaman meleburkan daerahnya ke wilayah Republik Indonesia. Walaupun Republik Indonesia baru berdiri namun sebagai negara harus mempunyai dasar negara, Undang-Undang Dasar juga kebijakan-kebijakan lainnya. Peraturan atau undang-undang pemerintah pendudukan sedikit demi sedikit dirubah, termasuk di bidang peradilan.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Selanjutnya pada tanggal 29 agustus 1947 Pemerintah Republik Indonesia mengeluartkan UU No 23 Tahun 1947 tentang Penghapusan Pengadilan Raja (Zelfbestuursrecht-spraak) di Jawa dan Sumatera. Di dalamnya menyebutkan bahwa semua pengadilan raja diserahkan kepada pengadilan yang berwenang (Republik Indonesia). Dengan demikian sejak diberlakukan UU tersebut maka secara yuridis Pengadilan Surambi telah hapus. Walaupun tidak mempunyai kewenangan di lembaga peradilan, namun penghulu hakim dan pathok nagara secara adat masih tetap sebagai abdi dalem di Reh Kawedanan Pangulon. Di sini kawedanan semacam departemen dan Kawedanan Pangulon mengurusi masalah keagamaan, masalah ukhrawi. Semenjak itu pula tidak ada lagi pengangkatan abdi dalem pathok nagara, namun demikian masjidnya masih ada dan dimanfaatkan sampai sekarang.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Daftar Pustaka<br />
Heine Gelderen, Robert. 1972. Konsepsi Tentang Negara dan Kedudukan Raja Di Asia Tenggara (terjemahan Deliar Noer). CV. Rajawali.</span><br />
<span style="font-size: small;">Nitipradja, KRT. 1941. Pengabdian Ing Pradja Ngayogjakarta’, dalam majalah Hoedyana Wara, Th.1, No.2, bln. Agustus, 1941. Jogjakarta: Dwara Warta (Krapid).</span><br />
<span style="font-size: small;">Rouffaer, G.P. 1931. Vorstenlanden. Overdruk Uit Adatrechbundel XXXV, serie D.<br />
Poerwodarminta, W.J.S. 1939. Baoesastra Djawa. Groningen-Batavia: J.B. Wolters, Uitgevers Maatschappij NV.</span><br />
<span style="font-size: small;">1 KRT. Nitipradja, Pengabdian Ing Pradja Ngayogjakarta’, dalam majalah Hoedyana Wara, Th.1, No.2, bln. Agustus, 1941. Dwara Warta (Krapid), Jogjakarta. hal. 66</span><br />
<span style="font-size: small;">2 G.P. Rouffaer. Vorstenlanden. Overdruk Uit Adatrechbundel XXXV, serie D, 1931 hlm 105</span><br />
<span style="font-size: small;">3 W.J.S. Poerwodarminta. Baoesastra Djawa. J.B. Wolters, Uitgevers Maatschappij NV, Groningen- Batavia, 1939, hal. 479</span><br />
<span style="font-size: small;">4 Robert Heine Gelderen, Konsepsi Tentang Negara dan Kedudukan Raja Di Asia Tenggara (Terjemahan Deliar Noer), CV. Rajawali, 1972, hal. 11-12</span><br />
<span style="font-size: small;">Sumber :<br />
Jantra Vol. I, No. 1, Juni 2006 ISSN 1907 – 9605 Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisonal Jogjakarta, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata</span><br />
<br />
<br />
<span style="font-size: small;">Sumber http://sarjiono774.wordpress.com/2010/08/19/sekilas-tentang-pathok-nagara/ </span><br />
</div></div></div>Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-78573512583316129302011-03-03T11:08:00.001+07:002011-03-03T11:08:32.758+07:00Hukum dan Peradilan Keraton Yogyakarta<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-UkmZXaJdfHg/TW8UFrwJFWI/AAAAAAAAAWo/eAhpv49nqtU/s1600/praja-cihna.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://lh3.googleusercontent.com/-UkmZXaJdfHg/TW8UFrwJFWI/AAAAAAAAAWo/eAhpv49nqtU/s400/praja-cihna.jpg" width="242" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Dalam sistem peradilan kerajaan, kekuasaan kehakiman tertinggi berada di tangan Sultan. Dalam kekuasaan kehakiman Kesultanan Yogyakarta terdapat empat macam badan peradilan yaitu Pengadilan Pradoto, Pengadilan Bale Mangu, Al Mahkamah Al Kabirah, dan Pengadilan Darah Dalem.</div><ul style="font-family: Verdana,sans-serif;"><li><i>Pengadilan Pradoto</i> merupakan pengadilan sipil yang menangani masalah kasus pidana maupun perdata.</li>
<li><i>Pengadilan Bale Mangu</i> merupakan pengadilan khusus yang menangani tata urusan pertanahan dan hubungan antar tingkat antara pegawai kerajaan.</li>
<li><i>Al Mahkamah Al Kabirah</i> atau yang sering disebut dengan <i>Pengadilan Surambi</i> adalah pengadilan <i>syar’iyah</i> yang berlandaskan pada Syariat (Hukum) Islam. Pengadilan ini merupakan konsekuensi dari bentuk Pemerintahan Yogyakarta sebagai sebuah Kesultanan Islam. Mulanya pengadilan ini menangani <i>ahwal al-syakhsiyah</i> (hukum keluarga) seperti nikah dan waris, serta <i>jinayah</i> (hukum pidana). Dalam perjalanannya kemudian berubah hanya menangani <i>ahwal al-syakhsiyah</i> nikah, talak, dan waris.</li>
<li><i>Pengadilan Darah Dalem</i> atau <i>Pengadilan Ponconiti</i> merupakan pengadilan khusus (<i>Forum Privilegatum</i>) yang menangani urusan yang melibatkan anggota keluarga kerajaan. Pengadilan ini sebenarnya terdiri dari dua pengadilan yang berbeda yaitu <i>Pengadilan Karaton Darah Dalem</i> dan <i>Pengadilan Kepatihan Darah Dalem</i>.</li>
</ul><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Perubahan bidang kehakiman mendasar terjadi pada 1831 ketika pemerintah Hindia Belanda setahap demi setahap mencampuri dan mengambil alih kekuasaan kehakiman dari pemerintahan Kasultanan Yogyakarta. Mulai dari penunjukkan Residen Kerajaan Hindia Belanda untuk Kasultanan Yogyakarta sebagai ketua Pengadilan Pradoto sampai dengan pembentukan pengadilan Gubernemen (<i>Landraad</i>) di Yogyakarta. </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Akhirnya Pengadilan Pradoto dan Bale Mangu dihapuskan masing-masing pada 1916 dan 1917 serta kewenangannya dilimpahkan pada Landraad Yogyakarta. Setelah Kasultanan Yogyakarta menyatakan sebagai bagian dari Negara Republik Indonesia maka sistem peradilan yang digunakan adalah sistem peradilan nasional. Pengadilan yang digunakan adalah Pengadilan Negeri sebagai ganti dari Landraad Yogyakarta. Pada 1947 Pemerintah Pusat Indonesia menghapuskan pengadilan kerajaan yang terakhir, Pengadilan Darah Dalem.</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Dalam sistem hukum kerajaan pernah digunakan sebuah Kitab Undang-undang Hukum (KUH) Kesultanan yang disebut dengan nama <i>Kitab Angger-angger</i> yang disusun bersama oleh Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta pada 1817. KUH ini terdiri dari lima/enam buku (volume) yaitu <i>Angger Aru-biru, Angger Sadoso, Angger Gunung, Angger Nawolo Pradoto Dalem, Angger Pradoto Akhir</i> (khusus Yogyakarta), dan <i>Angger Ageng</i>. Seiring dengan berdirinya <i>Landraad</i> Yogyakarta maka KUH pun diganti dengan KUH Belanda seperti <i>Burgerlijk Wetboek</i> dan <i>Wetboek van Strafrecht</i>.</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Sumber Wikipedia </div></div>Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-49529517810329243572011-03-03T10:55:00.000+07:002011-03-03T10:55:48.593+07:00Sistem Pemerintahan dan Politik Keraton Yogyakarta<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><a href="https://lh6.googleusercontent.com/-77G-v6gNZRE/TW8PVutQSlI/AAAAAAAAAWk/wrp21yVIJCw/s1600/220Jogja.kraton.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="230" src="https://lh6.googleusercontent.com/-77G-v6gNZRE/TW8PVutQSlI/AAAAAAAAAWk/wrp21yVIJCw/s400/220Jogja.kraton.jpg" width="400" /></a></span></div><h2 style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-weight: normal;">Koridor di depan Gedhong Jene dan Gedhong Purworetno</span></span></span></h2><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pemerintahan Kasultanan Yogyakarta mulanya diselenggarakan dengan menggunakan susunan pemerintahan warisan dari Mataram. Pemerintahan dibedakan menjadi dua urusan besar yaitu <i>Parentah Lebet</i> (urusan dalam) yang juga disebut <i>Parentah Ageng Karaton</i>, dan <i>Parentah Jawi</i> (urusan luar) yang juga disebut <i>Parentah Nagari</i>. Sultan memegang seluruh kekuasaan pemerintahan negara. Dalam menjalankan kewajibannya sehari-hari Sultan dibantu lembaga Pepatih Dalem yang bersifat personal.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pada mulanya pemerintahan urusan dalam dan urusan luar masing-masing dibagi menjadi empat kementerian yang dinamakan <i>Kanayakan</i>. Kementerian urusan dalam adalah:</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"> </div><dl style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><dd><span style="font-size: small;">(1) <i>Kanayakan Keparak Kiwo</i>, dan</span></dd><dd><span style="font-size: small;">(2) <i>Kanayakan Keparak Tengen</i>, </span>
<dl><dd><span style="font-size: small;">yang keduanya mengurusi bangunan dan pekerjaan umum;</span></dd></dl></dd><dd><span style="font-size: small;">(3) <i>Kanayakan Gedhong Kiwo</i>, dan</span></dd><dd><span style="font-size: small;">(4) <i>Kanayakan Gedhong Tengen</i>, </span><br />
<dl><dd><span style="font-size: small;">yang keduanya mengurusi penghasilan dan keuangan.</span></dd></dl></dd></dl><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kementerian urusan luar adalah</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"> </div><dl style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><dd><span style="font-size: small;">(5) <i>Kanayakan Siti Sewu</i>, dan</span></dd><dd><span style="font-size: small;">(6) <i>Kanayakan Bumijo</i>, </span>
<dl><dd><span style="font-size: small;">yang keduanya mengurusi tanah dan pemerintahan;</span></dd></dl></dd><dd><span style="font-size: small;">(7) <i>Kanayakan Panumping</i>, dan</span></dd><dd><span style="font-size: small;">(8) <i>Kanayakan Numbak Anyar</i>, </span><br />
<dl><dd><span style="font-size: small;">yang keduanya mengurusi pertahanan.</span></dd><dd><span style="font-size: small;"> </span></dd></dl></dd></dl><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Masing masing kementerian dipimpin oleh Bupati Nayaka yang karena jabatannya juga merupakan komandan militer yang memimpin pasukan kerajaan dalam peperangan.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Untuk menangani urusan agama Sultan membentuk sebuah badan khusus yang disebut dengan Kawedanan Pengulon. Badan ini mengurus masalah peribadatan, perawatan masjid-masjid kerajaan, dan upacara-upacara keagamaan istana, serta urusan peradilan kerajaan dalam lingkungan peradilan syariat Islam. Urusan regional di luar ibukota dibagi menjadi beberapa daerah administratif yang dikepalai oleh pejabat senior dengan pangkat Bupati. Mereka dikoordinasi oleh Pepatih Dalem. Tugas-tugasnya meliputi pengelolaan administrasi lokal, hukum dan peradilan, pemungutan pajak dan pengiriman hasil panenan melalui bawahannya, Demang, dan Bekel.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"> </div><div class="thumb tright" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><div style="text-align: center;"> </div><div class="thumbinner" style="width: 222px;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Studioportret_van_L.F._Dingemans_resident_van_Jogjakarta_TMnr_60041526.jpg&filetimestamp=20091126201246" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br />
</a></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"></span></div><div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><span style="font-size: small;"></span></div><span style="font-size: small;"><br />
</span></div></div></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Setidaknya sampai 1792 Kasultanan Yogyakarta secara de facto merupakan negara merdeka dan VOC. VOC menempatkan seorang Residen di Yogyakarta untuk mengawasi Kesultanan. Kedudukan Residen ini mulanya berada di bawah Sultan dan sejajar dengan Pepatih Dalem. Daendels menaikkan kedudukan Residen menjadi Minister, yang merupakan menteri Raja/Ratu Belanda dan mewakili kehadiran Gubernur Jenderal.</span> hanyalah mitra yang sejajar. Untuk menjamin posisinya maka </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Dengan kedatangan Raffles sistem pemerintahan berubah lagi. Sultan tidak diperbolehkan mengadakan hubungan dengan negara lain sebab kedaulatan berada ditangan pemerintah Inggris. Begitu pula dengan Pepatih Dalem, Pengurus Kerajaan (Rijkbestuurder), diangkat dan diberhentikan berdasar kebutuhan pemerintah Inggris dan dalam menjalankan pekerjaannya harus sepengetahuan dan dengan pertimbangan Residen Inggris. Sultan mulai dibebaskan dari pemerintahan sehari-hari yang dipimpin oleh Pepatih Dalem Residen</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Selepas Perang Diponegoro selesai pada 1830, pemerintahan Nagari yang berada di tangan Pepatih Dalem Belanda untuk mencegah terjadinya pemberontakan. Kasultanan Yogyakarta secara de facto dan de jure menjadi negara protektorat dari Koninkrijk der Nederlanden, dengan status zelfbestuurende landschappen. Selain itu pemerintah Hindia Belanda selalu mengajukan perjanjian politik yang dinamakan kontrak politik bagi calon Sultan yang akan ditahtakan. Perjanjian ini diberlakukan terhadap Sultan Hamengkubuwana V - Sultan Hamengkubuwana IX. Kontrak politik terakhir dibuat pada 18 Maret 1940 antara Gubernur Hindia Belanda untuk Daerah Yogyakarta, L. Adam dengan HB IX</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pada 1900-an Belanda mencampuri birokrasi pemerintahan Kesultanan secara intensif dengan maksud memasukkan birokrasi barat modern. Untuk membiayai birokrasi tersebut maka pada 1915 APBN Kasultanan Yogyakarta dibagi menjadi dua yaitu APBN untuk Parentah Ageng Karaton dan APBN untuk Parentah Nagari yang berada dalam kontrol Hindia Belanda. Untuk belanja dan mengurus keperluan istana, setiap tahun Sultan mendapat uang ganti rugi yang disebut Daftar Sipil yang ditentukan dalam kontrak politik Sultan ditahtakan. Dengan demikian Sultan benar benar tersingkir dari pemerintahan Nagari dan hanya berperan di istana saja.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Perubahan besar dalam pemerintahan terjadi pada saat Sultan Hamengkubuwono IX (HB IX) naik tahta pada tahun 1940, khususnya selama pendudukan Jepang (1942-1945). Secara perlahan namun pasti, Sultan restorasi Meiji). Sultan membentuk badan-badan pemerintahan baru untuk menampung urusan pemerintahan yang diserahkan oleh Tentara Pendudukan Jepang. Badan tersebut dinamakan Paniradya yang masing-masing dikepalai oleh Paniradyapati. Paniradyapati tidak lagi berada di bawah kekuasaan Pepatih Dalem melainkan langsung berada di bawah kekuasaan Sultan. Dengan perlahan namun pasti Sultan memulihkan kembali kekuasaannya selaku kepala pemerintahan.</span> melakukan restorasi (bandingkan dengan </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pada pertengahan 15 Juli 1945, Pepatih Dalem terakhir, KPHH Danurejo VIII, mengundurkan diri karena memasuki usia pensiun. Sejak saat itu Sultan tidak menujuk lagi Pepatih Dalem sebagai penggantinya melainkan mengambil alih kembali kekuasaan pemerintahan negara. Sebagai kelanjutannya birokrasi kesultanan dibedakan menjadi dua bagian yaitu urusan dalam istana (<i>Imperial House</i>) dan urusan luar istana. Urusan dalam istana ditangani oleh Parentah Ageng Karaton yang mengkoordinasikan seluruh badan maupun kantor pemerintahan yang berada di istana yang terdiri dari beberapa badan atau kantor Semuanya di pimpin dan diatur secara langsung oleh saudara atau putera Sultan.</span> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sultan meminpin sendiri lembaga luar istana, yang terdiri dari beberapa Paniradya yang dipimpin oleh Bupati. Daerah di sekitar istana dibagi menjadi lima kabupaten yang administrasi lokalnya dipimpin oleh Bupati. Setelah kemerdekaan, sebagai konsekuensi integrasi Kesultanan pada Republik, status dan posisi serta administrasi Kesultanan dijalankan berdasar peraturan Indonesia. Kesultanan diubah menjadi daerah administrasi khusus dan Sultan menjadi Kepala Daerah Istimewa. Kesultanan menjadi bagian dari republik</span> modern.</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">Sumber Wikipedia </div></div>Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-72413196950613026942011-03-03T10:20:00.000+07:002011-03-03T10:20:47.179+07:00Penduduk Yogyakarta pada Masa Awal Keraton Yogyakarta<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-3toiWg1sp6g/TW8I20NoCNI/AAAAAAAAAWg/_rramgtqWXY/s1600/rakyat+jogja.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="245" src="https://lh3.googleusercontent.com/-3toiWg1sp6g/TW8I20NoCNI/AAAAAAAAAWg/_rramgtqWXY/s400/rakyat+jogja.jpg" width="400" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pembagian wilayah menurut Perjanjian Palihan Nagari juga diikuti dengan pembagian pegawai kerajaan (<i>abdi Dalem</i>) dan rakyat (<i>kawula Dalem</i>) yang menggunakan atau memakai wilayah tersebut. Hal ini tidak terlepas dari sistem pemakaian tanah pada waktu itu yang menggunakan sistem <i>lungguh</i> (tanah jabatan). Diperkirakan penduduk kesultanan pada waktu perjanjian berjumlah 522.300 jiwa, dengan asumsi tanah satu karya dikerjakan oleh satu keluarga dengan anggota enam orang. Pada 1930 penduduk meningkat menjadi 1.447.022 jiwa.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Dalam strata sosial, penduduk dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu bangsawan (<i>bandara</i>), pegawai (<i>abdi Dalem</i>) dan rakyat jelata (<i>kawula Dalem</i>). Sultan yang merupakan anggota lapisan bangsawan menempati urutan puncak dalam sistem sosial. Anggota lapisan bangsawan ini memiliki hubungan kekerabatan dengan Sultan yang pernah atau sedang memerintah. Namun hanya bangsawan keturunan 1-4 (anak, cucu, anak dari cucu, dan cucu dari cucu) dari Sultan yang termasuk Keluarga Kerajaan dalam artian mereka memiliki kedudukan dan peran dalam upacara kerajaan.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Lapisan pegawai mendasarkan kedudukan mereka dari surat keputusan yang dikeluarkan oleh Sultan. Lapisan ini dibedakan menjadi tiga yaitu :</span></div><ol style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: left;"><li><span style="font-size: small;">Pegawai Keraton</span><span style="font-size: small;"> </span></li>
<li><span style="font-size: small;">Pegawai Kepatihan, Kabupaten, dan Kapanewon</span></li>
<li><span style="font-size: small;"> </span><span style="font-size: small;">Pegawai yang diperbantukan pada pemerintah penjajahan. </span></li>
</ol><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh5.googleusercontent.com/-P-5soXvgGEI/TW8I13zeTTI/AAAAAAAAAWc/-TRbS1fk6zU/s1600/penduduk+ngasem.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="248" src="https://lh5.googleusercontent.com/-P-5soXvgGEI/TW8I13zeTTI/AAAAAAAAAWc/-TRbS1fk6zU/s400/penduduk+ngasem.jpg" width="400" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: x-small;"> Kegiatan penduduk di sekitar pasar ngasem</span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Lapisan rakyat jelata dibedakan atas penduduk asli dan pendatang dari luar. Selain itu terdapat juga orang-orang asing maupun keturunannya yang bukan warga negara Kasultanan Yogyakarta yang berdiam di wilayah kesultanan.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Sumber Wikipedia </span></span></div></div>Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-82380122559781648212011-03-03T10:13:00.000+07:002011-03-03T10:13:59.057+07:00Wilayah Keraton Yogyakarta Setelah Perjanjian Giyanti<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://lh5.googleusercontent.com/-zCISyv1nneM/TW8HN3d6pHI/AAAAAAAAAWY/t2R0rAM1fcw/s1600/krtk.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="137" src="https://lh5.googleusercontent.com/-zCISyv1nneM/TW8HN3d6pHI/AAAAAAAAAWY/t2R0rAM1fcw/s400/krtk.jpg" width="400" /></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Setelah terjadinya Perjanjian Giyanti, yang berarti terpecahnya Kerajaan Mataram menjadi dua, maka wilayah Kesultanan Yogyakarta pada mulanya dibagi menjadi beberapa lapisan yaitu : </span></div><ol style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><li><span style="font-size: small;">Nagari Ngayogyakarta (wilayah ibukota)</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Nagara Agung (wilayah utama)</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Manca Nagara (wilayah luar)</span></li>
</ol><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Keseluruhan wilayah Nagari Ngayogyakarta dan wilayah Nagara Agung memiliki luas 53.000 karya (sekitar 309,864500 km persegi), dan keseluruhan wilayah Manca Nagara memiliki luas 33.950 karya (sekitar 198,488675 km persegi). Selain itu, masih terdapat tambahan wilayah dari Danurejo I di Banyumas, seluas 1.600 karya (sekitar 9,3544 km persegi).</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-OG2AKK9YaO4/TW8HE1RconI/AAAAAAAAAWU/nEwtVmJ3uPg/s1600/peta+pemb+mataram+setelah+p+giyanti+dan+berdirinya+mankunegaran.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="247" src="https://lh3.googleusercontent.com/-OG2AKK9YaO4/TW8HE1RconI/AAAAAAAAAWU/nEwtVmJ3uPg/s320/peta+pemb+mataram+setelah+p+giyanti+dan+berdirinya+mankunegaran.png" width="320" /></a></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div> </div><ul style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><li><span style="font-size: small;">Nagari Ngayogyakarta meliputi: </span><br />
<dl><dd><span style="font-size: small;">(1) Kota tua <i>Yogyakarta</i> (diantara Sungai Code dan Sungai Winongo) </span></dd><dd><span style="font-size: small;">(2) Daerah sekitarnya dengan batas <i>Masjid Pathok Negara</i>.</span></dd></dl></li><br />
<li><span style="font-size: small;">Nagara Agung meliputi: </span><br />
<dl><dd><span style="font-size: small;">(1) Daerah <i>Siti Ageng Mlaya Kusuma</i> (wilayah Siti Ageng [suatu wilayah di antara Pajang dengan Demak] bagian timur yang tidak jelas batasnya dengan wilayah Kesunanan),</span></dd><dd><span style="font-size: small;">(2) Daerah <i>Siti Bumijo</i> (wilayah Kedu dari Sungai Progo sampai Gunung Merbabu),</span></dd><dd><span style="font-size: small;">(3) Daerah <i>Siti Numbak Anyar</i> (wilayah Bagelen antara Sungai Bagawanta dan Sungai Progo),</span></dd><dd><span style="font-size: small;">(4) Daerah <i>Siti Panekar</i> (wilayah Pajang bagian timur, dari Sungai Samin ke selatan sampai Gunungkidul, ke timur sampai Kaduwang), dan</span></dd><dd><span style="font-size: small;">(5) Daerah <i>Siti Gadhing Mataram</i> (wilayah Mataram Ngayogyakarta/ suatu wilayah diantara Gunung Merapi dengan Samudera Hindia).</span></dd></dl></li><br />
</ul><div style="text-align: justify;"> </div><div class="thumb tright" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"> <div class="thumbinner" style="width: 302px;"> <div class="thumbcaption"> <span style="font-size: small;"> Pembagian Mataram dan Manca Nagara pada tahun 1757.</span></div></div></div><div style="text-align: justify;"> </div><ul style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><li><span style="font-size: small;">Manca Nagara meliputi: </span><br />
<dl><dd><span style="font-size: small;">(1) Wilayah Madiun yang terdiri dari daerah-daerah: </span>
<dl><dd><span style="font-size: small;">(a) Madiun Kota,</span></dd><dd><span style="font-size: small;">(b) Magetan,</span></dd><dd><span style="font-size: small;">(c) Caruban, dan</span></dd><dd><span style="font-size: small;">(d) Setengah Pacitan;</span></dd></dl></dd><dd><span style="font-size: small;">(2) Wilayah Kediri yang meliputi daerah-daerah: </span><br />
<dl><dd><span style="font-size: small;">(a) Kertosono,</span></dd><dd><span style="font-size: small;">(b) Kalangbret, dan</span></dd><dd><span style="font-size: small;">(c) Ngrowo (Tulung Agung);</span></dd></dl></dd><dd><span style="font-size: small;">(3) Wilayah Surabaya yang meliputi daerah Japan (Mojokerto);</span></dd><dd><span style="font-size: small;">(4) Wilayah Rembang yang meliputi daerah-daerah: </span><br />
<dl><dd><span style="font-size: small;">(a) Jipang (Ngawen) dan</span></dd><dd><span style="font-size: small;">(b) Teras Karas (Ngawen);</span></dd></dl></dd><dd><span style="font-size: small;">(5) Wilayah Semarang yang meliputi daerah-daerah: </span><br />
<dl><dd><span style="font-size: small;">(a) Selo atau Seselo (makam nenek moyang raja Mataram),</span></dd><dd><span style="font-size: small;">(b) Warung (Kuwu-Wirosari), dan</span></dd><dd><span style="font-size: small;">(c) Sebagian Grobogan.</span></dd></dl></dd></dl></li><br />
</ul><div style="text-align: justify;"> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Wilayah-wilayah Kesultanan tersebut bukan sebuah wilayah yang utuh, namun terdapat banyak enklave maupun eksklave wilayah Kesunanan dan Mangku Negaran. Wilayah-wilayah tersebut merupakan hasil dari Perjanjian Palihan Nagari yang ditandatangani di Giyanti. Perjanjian itu juga disebut Perjanjian Giyanti.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Dalam perjalanan waktu wilayah tersebut berkurang akibat perampasan oleh Daendels dan Raffles. Setelah Perang Diponegoro selesai pada 1830, pemerintah Hindia Belanda akhirnya merampas seluruh wilayah Manca Nagara. Pada tahun itu pula ditandatangani Perjanjian Klaten pada 27 September 1830 yang menegaskan wilayah dan batas-batas Kasultanan Yogyakarta dengan Kasunanan Surakarta. Wilayah Kasultanan Yogyakarta hanya meliputi Mataram dan Gunungkidul dengan luas 2.902,54 km persegi. Di wilayah tersebut terdapat enklave Surakarta (Kotagede dan Imogiri), Mangku Negaran (Ngawen), dan Paku Alaman (Kabupaten Kota Paku Alaman).</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sumber : wikipedia </span></div></div>Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1014455532397412458.post-80967749015489273992011-02-22T16:51:00.000+07:002011-02-22T16:51:22.644+07:00Jamasan Kereta Keraton Yogyakarta<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-dZAH5cSuBQI/TWOG3gIvpOI/AAAAAAAAAWM/JWYkglrjl48/s1600/jamasan2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="193" src="http://4.bp.blogspot.com/-dZAH5cSuBQI/TWOG3gIvpOI/AAAAAAAAAWM/JWYkglrjl48/s320/jamasan2.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Di Keraton Yogyakarta, benda-benda itu selalu dicuci yang diistilahkan dengan nama ”dijamasi” pada bulan Sura (Muharam) dan selalu pada hari istimewa Jumat Kliwon atau Selasa Kliwon. Cara jamasan itu sendiri juga khas. Semua yang terlibat dalam ritual itu harus mengenakan pakaian adat Jawa peranakan. </div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span id="more-1493"></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Mereka, semuanya laki-laki, mengenakan kain panjang, surjan, dan penutup kepala blangkon. Seperti pada Selasa Kliwon pagi pada bulan April penanggalan Roma, sebuah kereta dijamasi. Kereta ini dibuat pada tahun 1750-an, semasa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I, diberi nama Kanjeng Nyai Jimat. Kereta itu menjadi tunggangan Sultan Hamengku Buwono I – III. Kereta itulah yang setiap bulan Sura selalu dijamasi karena dianggap sebagai kereta cikal-bakal kereta lainnya.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Berbentuk anggun, bergaya kereta kerajaan-kerajaan Eropa, beroda empat, dua buah yang besar di belakang, dan dua buah di depan agak kecil, diperkirakan ditarik oleh enam sampai delapan kuda. Sebuah simbol kewibawaan seorang raja. Kereta yang penuh ukiran itu sendiri memiliki pintu dan atap sehingga mirip mobil.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Kereta itu tersimpan di dalam Museum Kereta Keraton Yogyakarta. Di sana ada sekitar selusin kereta yang sebagian besar masih bisa digunakan. Setiap Kanjeng Nyai Jimat dijamasi, ”ia” selalu ditemani oleh salah sebuah kereta lain yang dipilih secara bergantian setiap tahunnya.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Pada Selasa kemarin adalah giliran Kyai Puspakamanik, sebuah kereta hadiah dari Kerajaan Belanda yang dibuat pada tahun 1901. Kereta itu menjadi tumpangan para pangeran pada pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII. Jamasan dipimpin oleh Kanjeng Raden Tumenggung Kudadiningrat, seorang pejabat keraton yang khusus menangani masalah perawatan kereta.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Berebut Air Bekas Cucian</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Jika prosesi sejak akan mengeluarkan kereta saja sudah bernilai wisata, maka ketika proses pencucian kereta itu juga memiliki nilai wisata ritual magis religius. Orang-orang asing akan terheran-heran menyaksikan ratusan orang Jawa, bahkan juga luar Jawa ketika mendengar gaya bicaranya, berebut bekas air cucian kereta dengan cara menampung aliran air dari badan kereta.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-lHNakpt2S4E/TWOG4ALnd4I/AAAAAAAAAWQ/UTs4-1xqyiM/s1600/jamasan1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://3.bp.blogspot.com/-lHNakpt2S4E/TWOG4ALnd4I/AAAAAAAAAWQ/UTs4-1xqyiM/s320/jamasan1.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Air bekas cucian itu dimasukkan ke dalam botol bekas air kemasan maupun jerigen. Tak ayal lagi, masyarakat yang berebut air itu pun menjadi ikut berbasah-basah. ”Dari dulu saya pasti mengambil air dari jamasan ini. Saya percaya, semua benda dari keraton itu memiliki tuah yang sakti sebab benda-benda ini adalah milik orang sakti. Oleh karena itu dengan membawa air ini, kami berharap, keluarga kami menjadi sakti. Artinya, sehat wal afiat,” tutur Bu Marto Prawiro, istri bekas abdi dalem keraton yang kini tinggal di Piyungan, Bantul.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Ungkapan serupa juga dikatakan oleh Kakek Sastro dari Wates, Kulonrogo. Wajah keriputnya tampak berseri-seri karena ia bisa menampung air sebanyak satu liter dalam botol bekas air mineral. ”Air ini akan saya simpan. Bisa untuk penolak bala, atau bisa juga untuk kesuburan sawah saya,” katanya. Melihat cara warga berebut air, memang tampak lucu. Dua orang nenek dengan berkain panjang dan rambut beruban, nekat membungkukkan badannya di bawah kereta untuk menampung cucuran air bilasan kereta yang diambil melalui pipa air hidran di depan museum. Beberapa orang lain, karena malas berebut air di dekat kereta, langsung menunggu aliran air di parit. Air itu ia ciduk dengan tangannya, diusapkan ke wajah dan rambutnya dengan khidmat.</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Mungkin kepercayaan itu yang membawa berkah. Melihat hal itu, beberapa turis berkulit putih tampak terbengong-bengong. Mereka bertanya-tanya kenapa seorang ibu itu tanpa merasa jijik mau menciduk air di got yang sebenarnya kotor itu? Sebenarnya, di samping jamasan kereta, di dalam keraton juga ada jamasan pusaka. Akan tetapi, jamasan pusaka itu tidak boleh dilihat oleh umum. Misteri jamasan pusaka itu sendiri akhirnya memang tinggal misteri yang dipelihara turun-temurun. Semisteri pusaka yang dipercayai memiliki kekuatan supra natural itu sendiri. </div></div>Erwin Kusumahttp://www.blogger.com/profile/06803549686772674313noreply@blogger.com0