Pawiwahan Agung Keraton Yogyakarta


Pada tahun ini keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menyelenggarakan pesta besar yaitu Pawiwahan Ageng Pernikahan  GKR Bendara & KPH Yudanegara.

Rangkaian acara Pawiwahan Agung Putri bungsu Sultan Hamengku Buwono X berlangsung selama 4 (empat) hari mulai hari yaitu Minggu 16 Oktober sampai Rabu 19 Oktober 2011. Perhelatan ini merupakan kekayaan warisan budaya Indonesia yang sangat tinggi, tidak kalah dengan negara-negara lain yang disebut masyarakat yogya disebut dengan pesta budaya/pesta rakyat.

Pawiwahan Agung Keraton Yogykarta dilaksanakan sebagaiupaya memelihara tradisi dan adat budaya Jawa. Keraton adalah pusat pakem-nya tradisi, yang harus dipertahankan sampai kapanpun. Karena itu pakem dalam ritual pernikahan raja-raja Keraton Yogyakarta sejak ratusan tahun lalu, selalu sama. Hanya hajatan pernikahan yang dulunya berlangsung 40 hari 40 malam, sekarang dipersingkat menjadi 4 hari 4 malam.

 Pengantin Keraton Jogja zaman dahulu.

Prosesi Pernikahan Agung Keraton Yogyakarta :

A. Plangkah
Karena calon mempelai wanita mendahului kakaknya, sesuai adat Jawa ia harus meminta izin dari sang kakak untuk menikah terlebih dahulu dengan memberikan seperangkat pakaian lengkap, dan memenuhi permintaan khusus sang kakak yang belum menikah.
Plangkah

B. Nyantri
Upacara nyantri ini dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober 2011,yaitu : Upacara bagi calon pengantin pria untuk lebih mengenal dari awal hingga selesainya prosesi pernikahan. Calon pengantin pria akan mendapatkan keterangan mengenai prosesi upacara pernikahan apa saja yang akan dilakukan, bertempat di Bangsal Kasatriyan. Di saat yang sama calon pengantin putri berada di Keputren.
Nyantri



C. Siraman
Upadara Siraman dilaksanakan pada 17 Oktober: Siraman calon pengantin pria, Kanjeng Pangeran Haryo(KPH) Yudanegara dilakukan di Bangsal Kasatriyan. Sedangkan siraman calon pengantin putri, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara di Bangsal Sekar Kedaton, Keputren.

 Siraman

D. Tantingan 
Upacara yang dilaksanakan tanggal 17 Oktober sore di Bangsal Proyekso: Kemantapan hati calon mempelai wanita di tanting oleh sang ayah Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X.

E. Midodareni 
Upacara ini di adakan pada 17 Oktober malam : Upacara ini sebagai simbol orang-orang jawa dengan harapan Agar para bidadari datang memberikan restu ,kecantikan dan keindahannya kepada kedua mempelai.


F. Ijab khobul  
Prosesi Ijab Khobul dilaksanakan di Masjid Panepen : Mempelai pria mengucapkan ijab kabul dalam bahasa Jawa, padahal pengantin pria berasal dari Lampung.
G. Panggih
Upacara Panggih atau disebut juga perjamuan di laksanakan 18 Oktober pagi di Bangsal Kencono: Sekitar 1.500 undangan VVIP termasuk Presiden SBY dan Wapres Boediono. Panggih adalah momen dimana kedua mempelai pertama kali bertemu setelah sekian lama dipingit.
H. Upacara Panggih
Rangkaian upacara panggih, mempelai melalui serangkaian tata cara yang kaya makna, yaitu : Saling melempar buntal suruh,

Mempelai wanita mencuci kaki mempelai pria sebagai simbol pengabdian,

I. Upacara pondongan.
 Pondongan
Sebelum memasuki upacara panggih, mempelai disambut tarian edan-adanan, yaitu tradisi membuka jalan bagi pengantin, dan untuk menolak bala.
  Tari Edan-edanan
J. Kirab pengantin 
Kirab pengantin di laksanakan pada 18 Oktober sore: Mempelai diarak menggunakan 5 kereta kencana salah satunya Kereta Kyai Jong Wiyat, dari Keraton menuju bangsal Kepatihan di Jalan Malioboro. Kereta kencana ini buatan tahun 1881 di Belanda, berbentuk terbuka sehingga kedua pengantin bisa dilihat langsung oleh khalayak.

Dalam kirab ini kedua pengantin mendapatkan sambutan yang luar biasa dari puluhan ribu masyarakat yogyakarta yang memadati sepanjang jalan Malioboro, masyarakat yang sangat ingin menyaksikan  Putri Rajanya yang di arak sepanjang Jalan Malioboro.
Menaiki kereta kencana menjelang kirab

Kirab melewati alun2 utara
Kirab melewati Pasar Beringharjo


K. Upacara Pamitan 
Upacara pamitan ini di laksanakan pada 19 Oktober dimana KPH Yudanegara minta restu kepada orangtua pengantin putri, Sri Sultan HB X serta Permaisuri GKR Hemas, untuk memulai hidup berkeluarga baru.

Untuk acara Pernikahan Agung ini, Keraton Yogyakarta memesan ribuan paket hidangan untuk tamu undangan. Antara lain 5.000 paket bakpia Pia Djogdja sebagai official snack.
Tim perias pengantin tradisional yang dipercaya pihak Keraton Yogyakarta adalah Tienuk Riefki. Melibatkan 18 perias terdiri dari 14 perias perempuan dan 4 periaspria. Selain tes make up, perias juga mengajari lampah dodok (berjalan jongkok) kepada calon mempelai pria. Sebelum menjalankan proses merias, para perias khususnya Tienuk menjalani puasa sejak awal Oktober lalu.

Banyaknya tamu yang hadir menyaksikan upacara pernikahan agung Keraton Yogyakarta, membuat kamar hotel berbintang di Yogyakarta habis dipesan dan tingkat hunian mencapai sekitar 90 persen.

Lebih dari 200 wartawan media dalam dan luar negeri meliput acara pernikahan agung. Mereka diwajibkan mengenakan busana adat, dantidak boleh mengenakan alas kaki.

Sepanjang Malioboro ditutup, karena 200 makanan angkringan memenuhi jalan utama ini. Angkringan tersebut merupakan sumbangan suka rela dari berbagai perusahaan swasta, perguruan tinggi, organisasi profesi, komunitashobi, komunitas sosial, dan individu sebagai bentuk LOYALITAS rakyat Yogyakarta kepada Sang Raja Sri Sultan Hamengkubuwono, hal ini tidak pernah kita jumpai pada pernikahan pejabat manapun di negara indonesia termasuk pada perbikahan Putra/Putri Presiden pun. yang mana memperlihatkan ke istimewaan Yogyakarta yang benar-benar tulus mengakui kepemimpinan dan keberadaan Keraton Yogyakarta sebagai milik bersama rakyat Yogyakarta.
Selain itu juga terdapat 100 buah penjor janur (janur kuning) hasil kreasi sumbangan masyarakat yogyakarta terhadap Sultan Hamengkubuwono yang  menyemarakkan jalan sepanjang Malioboro. Inilah bagian dari tradisi rakyat Jogja yaitu tanda suka cinta rakyat Yogyakarta terhadap keluarga Sultan Hamengku Buwono X yang mereka cintai.