Kereta - Kereta Keraton Yogyakarta
by Erwin Kusuma
Pada masa lalu kendaraan yang digunakan oleh Kraton Ngayogyakarta, baik yang dipakai untuk kepentingan bepergian, perkawinan sampai untuk mengangkut jenasah, adalah jenis kendaraan yang disebut sebagai kereta. Jadi, pada masa itu, hanya kraton yang memiliki kereta, yang diberi nama bermacam-macam. Kereta-kereta tersebut bukan produksi Kraton Ngayogyakarta, atau warga negerinya, tetapi produksi dari negeri lain, diantaranya Belanda.
Kendaraan kereta pada masa itu adalah jenis kendaraan yang mewah. Kendaraan lain yang dipakai, dan sebetulnya bukan kendaraan, tetapi binatang yang “difungsikan” sebagai kendaraan, ialah kuda.
Jadi, jika sekarang mobil adalah jenis kendaraan mewah, pada waktu dulu kereta adalah jenis kendaraan mewah, dan jika dilihat dengan menggunakan referensi sekarang kereta adalah bentuk lain dari mobil. Sebagaimana dulu ada banyak kereta, di Kraton sekarang juga cukup banyak mobil. Nomornyapun khusus, AB 10 HB. Nomor ini menunjuk Kraton Ngayogyakarta dengan definisi: AB adalah tanda nomor Yogya. 10 adalah menunjuk generasi urutan, karena sebelumnya adalah HB IX dan sekarang, Rajanya, adalah HB X. Sedang HB adalah kepanjangan dari Hamengkubuwana. Jadi, melihat nomor khas tersebut dengan segera, setidaknya publik Yogya, utamanya para pejabat telah mengerti mobil siapa yang memakai nomor itu.
Kembali pada kereta Kraton Ngayogyakarta yang mempunyai bermacam nama, memang berbeda dengan mobil-mobil yang juga bisa ditemui di Kraton. Namun untuk keperluan-keperluan khusus, terutama berkaitan dengan ritual Kraton, Kereta masih digunakan, misalnya untuk pemakaman Sultan HB IX kereta jenasah masih dipakai, bukan mobil ambulans. Juga, ketika untuk kirab jumenangan Sultan HB X, kereta raja masih dipakai, bukam mobil Mercy misalnya, atau BMW. Dalam pernikahan anaknya, yang bernama GKR Pembayun, yang akan dilakukan tanggal 28 Mei 2002, kereta Kraton masih akan digunakan.
Dalam kata lain, meskipun telah ada jenis kendaraan lain yang lebih modern dan lebih memberi kenikmatan, dalam hal-hal ritual Kraton, kereta masih dipergunakan.
Foto-foto berikut bisa anda lihat, dalam berbagai macam tahun dan nama, kereta mempunyai tanda sendiri-sendiri, setidaknya seperti mobil, orang bisa mengenal mobil jenis BMW, Mercy, Honda, Susuki, Toyota, Reynault, Hyundai dsb. Dalam kereta pada masa lalu, orang juga bisa mengenal nama-nama, setidaknya seperti merk mobil.
Ada 23 kereta –yang dalam hal ini disebut sebagai “kareta”– yang disimpan didalam museum kareta yang dulunya merupakan ‘garasi’ bagi kereta-kereta kraton. Seekor kuda masih ada dikandang yang terletak disebelah lokasi museum.
Beberapa kareta yang dianggap keramat disendirikan dan pintu penyekat hanya dibuka ketika ada pengunjung.
Beberapa kareta yang dianggap keramat disendirikan dan pintu penyekat hanya dibuka ketika ada pengunjung.
Adapun ke-23 kareta tersebut adalah :
1. Kareta Kyai Jongwiyat.
Buatan Belanda (Den Haag) tahun 1880. Peninggalan Sri Sultan HB VII, dipergunakan untuk manggala yudha atau dalam peperangan, misalnya untuk memeriksa barisan prajurit dan sebagainya. Sri Sultan HB VII adalah sultan yang paling banyak melakukan peperangan dengan Belanda. Kareta ini ditarik oleh 6 ekor kuda. Pada saat Sri Sultan HB X menikahkan putrinya kareta ini kembali dipergunakan. Beberapa bagian dari kareta ini sudah mengalami renovasi, misalnya warna cat yang sudah diganti menjadi kuning.
Buatan Belanda (Den Haag) tahun 1880. Peninggalan Sri Sultan HB VII, dipergunakan untuk manggala yudha atau dalam peperangan, misalnya untuk memeriksa barisan prajurit dan sebagainya. Sri Sultan HB VII adalah sultan yang paling banyak melakukan peperangan dengan Belanda. Kareta ini ditarik oleh 6 ekor kuda. Pada saat Sri Sultan HB X menikahkan putrinya kareta ini kembali dipergunakan. Beberapa bagian dari kareta ini sudah mengalami renovasi, misalnya warna cat yang sudah diganti menjadi kuning.
2. Kareta Kyai Jolodoro.
Buatan Belanda 1815. Peninggalan Sri Sultan HB IV. Kareta Jolodoro adalah kareta pesiar (dari kata “Jolo” = menjaring, “Doro” = gadis). Pengendali atau sais berdiri dibelakang. Dikendalikan oleh 4 ekor kuda.
Buatan Belanda 1815. Peninggalan Sri Sultan HB IV. Kareta Jolodoro adalah kareta pesiar (dari kata “Jolo” = menjaring, “Doro” = gadis). Pengendali atau sais berdiri dibelakang. Dikendalikan oleh 4 ekor kuda.
3. Kareta Roto Biru
Buatan Belanda pada tahun 1901 pada masa Sri Sultan HB VIII. Dinamakan Roto Biru mungkin karena kareta ini didominasi oleh warna biru cerah sampai ke bagian roda-nya. Dipergunakan untuk manggala yudha bagi panglima perang. Pada saat HB X menikahkan putrinya, kareta ini dipergunakan untuk mengangkut besan mertua. Kareta ini ditarik oleh 4 ekor kuda.
4. Kyai Rejo Pawoko
Buatan tahun 1901 pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VIII yang diperuntukkan sebagai sarana transportasi bagi adik-adik Sultan. Ditarik oleh 4 ekor kuda. Konon dibelinya bersamaan dengan lahirnya Pak Karno ditahun 1901.
Buatan tahun 1901 pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VIII yang diperuntukkan sebagai sarana transportasi bagi adik-adik Sultan. Ditarik oleh 4 ekor kuda. Konon dibelinya bersamaan dengan lahirnya Pak Karno ditahun 1901.
5. Kareta Landower.
Kareta ini dibeli pada masa Sri Sultan HB VIII pada tahun 1901, buatan Belanda. Dahulu sempat dipamerkan di Hotel Ambarukmo. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
Kareta ini dibeli pada masa Sri Sultan HB VIII pada tahun 1901, buatan Belanda. Dahulu sempat dipamerkan di Hotel Ambarukmo. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
6. Kareta Premili.
Kareta ini dirakit di Semarang pada tahun 1925 dengan spare-part yang didatangkan dari Belanda. Digunakan untuk menjemput penari-penari Kraton. Ditarik oleh 4 ekor kuda. Pada salah satu bagian roda-nya tertulis “G.Barendsi”.
7. Kareta Kus No:10 (baca : Kus Sepuluh).
Buatan Belanda pada tahun 1901 pada masa Sri Sultan HB VIII. Aslinya adalah kareta Landower dan bisa dipergunakan untuk pengantin. Cat aslinya yang berwarna hijau sudah diganti menjadi kuning dan dipercayai mengandung makna politis (warna salah satu parpol) pada saat dilakukan pengecatan ulang. Walaupun bisa dipergunakan sebagai kareta pengantin namun pada acara pernikahan putri Sri Sultan HB X yang baru lalu kareta ini tidak dipakai oleh mempelai.
Buatan Belanda pada tahun 1901 pada masa Sri Sultan HB VIII. Aslinya adalah kareta Landower dan bisa dipergunakan untuk pengantin. Cat aslinya yang berwarna hijau sudah diganti menjadi kuning dan dipercayai mengandung makna politis (warna salah satu parpol) pada saat dilakukan pengecatan ulang. Walaupun bisa dipergunakan sebagai kareta pengantin namun pada acara pernikahan putri Sri Sultan HB X yang baru lalu kareta ini tidak dipakai oleh mempelai.
8. Kareta Kapulitin.
Merupakan kareta untuk pacuan kuda/bendi. Dibeli pada jaman pemerintahan Sri Sultan HB VII yang memang menggemari olah raga berkuda. Kareta ini hanya ditarik oleh 1 ekor kuda saja.
Merupakan kareta untuk pacuan kuda/bendi. Dibeli pada jaman pemerintahan Sri Sultan HB VII yang memang menggemari olah raga berkuda. Kareta ini hanya ditarik oleh 1 ekor kuda saja.
9. Kareta Kyai Kutha Kaharjo.
Dibeli pada jaman pemerintahan Sri Sultan HB IX, buatan Berlin tahun 1927. Dipergunakan untuk mengiringi acara-acara yang diselenggarakan oleh Kraton, ditarik oleh 4 ekor kuda.
Dibeli pada jaman pemerintahan Sri Sultan HB IX, buatan Berlin tahun 1927. Dipergunakan untuk mengiringi acara-acara yang diselenggarakan oleh Kraton, ditarik oleh 4 ekor kuda.
10. Kareta Kus Gading.
Dibeli pada masa Sri Sultan HBVIII. Buatan Belanda pada tahun 1901. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
Dibeli pada masa Sri Sultan HBVIII. Buatan Belanda pada tahun 1901. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
11. Kareta Kyai Puspoko Manik.
Kareta buatan Belanda (Amsterdaam) yang dipergunakan sebagai pengiring acara-acara Kraton termasuk untuk pengiring pengantin. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
Kareta buatan Belanda (Amsterdaam) yang dipergunakan sebagai pengiring acara-acara Kraton termasuk untuk pengiring pengantin. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
12. Kareta Roto Praloyo.
Merupakan kareta jenazah yang dibeli pada masa Sri Sultan HB VIII pada tahun 1938. Kareta inilah yang membawa jenazah Sultan dari Kraton menuju Imogiri. Ditarik oleh 8 ekor kuda.
13. Kareta Kyai Jetayu.
Dibeli pada masa Sri Sultan HBVIII pada tahun 1931. Diperuntukkan sebagai alat transportasi bagi putri-putri Sultan yg masih remaja. Ditarik oleh 4 ekor kuda dengan pengendali yang langsung berada diatas kuda.
14. Kareta Kyai Harsunaba.
Kareta ini merupakan sarana transportasi sehari-hari dari masa Sri Sultan HBVI-VIII. Dibeli pada tahun 1870. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
Kareta ini merupakan sarana transportasi sehari-hari dari masa Sri Sultan HBVI-VIII. Dibeli pada tahun 1870. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
15. Kareta Kyai Wimono Putro.
Dibeli pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VI tahun 1860. Dipergunakan pada saat upacara pengangkatan putra mahkota. Kondisinya masih asli (warna kayu). Ditarik oleh 6 ekor kuda.
Dibeli pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VI tahun 1860. Dipergunakan pada saat upacara pengangkatan putra mahkota. Kondisinya masih asli (warna kayu). Ditarik oleh 6 ekor kuda.
16. Kareta Kyai Manik Retno
Dibeli pada masa pemerintahan Sri Sultan HB IV tahun 1815, buatan Belanda. Merupakan kareta untuk pesiar Sultan bersama permaisuri. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
Dibeli pada masa pemerintahan Sri Sultan HB IV tahun 1815, buatan Belanda. Merupakan kareta untuk pesiar Sultan bersama permaisuri. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
17. Kareta Kanjeng Nyai Jimad.
Merupakan pusaka Kraton, buatan Belanda tahun 1750. Asli-nya hadiah dari Spanyol yang pada saat itu sudah memiliki hubungan dagang dengan pihak kerajaan. Dipergunakan sebagai alat transportasi sehari-hari Sri Sultan HB I – III. Ditarik oleh 8 ekor kuda. Kondisi seluruhnya masih asli. Per kareta terbuat dari kulit kerbau. Setiap bulan Suro setahun sekali dilakukan upacara pemandian. Air yang dipergunakan untuk membersihkan kareta banyak yang memperebutkan.
Merupakan pusaka Kraton, buatan Belanda tahun 1750. Asli-nya hadiah dari Spanyol yang pada saat itu sudah memiliki hubungan dagang dengan pihak kerajaan. Dipergunakan sebagai alat transportasi sehari-hari Sri Sultan HB I – III. Ditarik oleh 8 ekor kuda. Kondisi seluruhnya masih asli. Per kareta terbuat dari kulit kerbau. Setiap bulan Suro setahun sekali dilakukan upacara pemandian. Air yang dipergunakan untuk membersihkan kareta banyak yang memperebutkan.
18. Kareta Mondro Juwolo
Ini adalah kareta yang dulunya dipakai oleh Pangeran Dipenogoro. Cat-nya diperbarui pada saat diadakannya Festival Kraton Nusantara. Buatan Belanda tahun 1800. Ditarik oleh 6 ekor kuda. Fungsinya adalah sebagai alat transportasi.
Ini adalah kareta yang dulunya dipakai oleh Pangeran Dipenogoro. Cat-nya diperbarui pada saat diadakannya Festival Kraton Nusantara. Buatan Belanda tahun 1800. Ditarik oleh 6 ekor kuda. Fungsinya adalah sebagai alat transportasi.
19. Kareta Garudo Yeksa.
Kareta buatan Belanda tahun 1861 pada masa Sri Sultan HB VI. Kareta ini dipergunakan untuk penobatan seorang Sultan. Ditarik 8 ekor kuda yg sama (warna, kelamin). Dilakukan upacara pemadian setiap setahun sekali setiap dibulan Suro. Disebut juga sebagai Kareta Kencana (kareta emas). Semuanya yang ada di kareta ini masih asli termasuk simbol/lambang Burung Garuda-nya yang terbuat dari emas 18 karat seberat 20kg. Hanya digosok atau dibersihkan pada saat akan ada upacara penobatan karena kalau terlalu sering digosok emasnya akan terkikis. Konon sekitar 6-7gram emas akan hilang setiap kali digosok/dibersihkan. Bentuk mahkota-nya yang terbuat dari kuningan dengan puncaknya berbentuk seperti Tugu Monas karena konon Soekarno memang menggunakan bentuk mahkota ini untuk membuat desain Tugu Monas. Design kareta datang dari Sri Sultan HB I. Uniknya apabila pintu kareta dibuka maka akan ada tangga turun dengan sendirinya seperti yang sering dijumpai pada pintu-pintu pesawat terbang. Pengendali kuda hanya 1 orang. Kareta ini masih dipakai sampai sekarang.
Kareta buatan Belanda tahun 1861 pada masa Sri Sultan HB VI. Kareta ini dipergunakan untuk penobatan seorang Sultan. Ditarik 8 ekor kuda yg sama (warna, kelamin). Dilakukan upacara pemadian setiap setahun sekali setiap dibulan Suro. Disebut juga sebagai Kareta Kencana (kareta emas). Semuanya yang ada di kareta ini masih asli termasuk simbol/lambang Burung Garuda-nya yang terbuat dari emas 18 karat seberat 20kg. Hanya digosok atau dibersihkan pada saat akan ada upacara penobatan karena kalau terlalu sering digosok emasnya akan terkikis. Konon sekitar 6-7gram emas akan hilang setiap kali digosok/dibersihkan. Bentuk mahkota-nya yang terbuat dari kuningan dengan puncaknya berbentuk seperti Tugu Monas karena konon Soekarno memang menggunakan bentuk mahkota ini untuk membuat desain Tugu Monas. Design kareta datang dari Sri Sultan HB I. Uniknya apabila pintu kareta dibuka maka akan ada tangga turun dengan sendirinya seperti yang sering dijumpai pada pintu-pintu pesawat terbang. Pengendali kuda hanya 1 orang. Kareta ini masih dipakai sampai sekarang.
20. Kareta Landower Wisman.
Dibeli dari Belanda pada tahun 1901 pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VIII dan direnovasi pada tahun 2003, Dipergunakan sebagai sarana transportasi pada saat melakukan penyuluhan pertanian. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
Dibeli dari Belanda pada tahun 1901 pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VIII dan direnovasi pada tahun 2003, Dipergunakan sebagai sarana transportasi pada saat melakukan penyuluhan pertanian. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
21. Kareta Landower Surabaya.
Kareta ini sudah dipesan dari masa Sri Sultan HB VII dan baru bisa dipakai pada saat masa pemerintahan Sri Sultan HB VIII. Kareta ini buatan Swiss dan dipergunakan sebagai sarana transportasi penyuluhan pertanian di Surabaya.
Kareta ini sudah dipesan dari masa Sri Sultan HB VII dan baru bisa dipakai pada saat masa pemerintahan Sri Sultan HB VIII. Kareta ini buatan Swiss dan dipergunakan sebagai sarana transportasi penyuluhan pertanian di Surabaya.
22. Kareta Landower
Kareta ini buatan Belanda jaman pemerintahan Sri Sultan HB VIII pada tahun 1901. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
Kareta ini buatan Belanda jaman pemerintahan Sri Sultan HB VIII pada tahun 1901. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
23. Kyai Noto Puro.
Kareta ini buatan Belanda pada masa pemerintahan Sri Sultan HBVII yang aslinya dipergunakan untuk manggala yudha atau dalam peperangan. Bentuk fisiknya sudah mengalami renovasi. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
Kareta ini buatan Belanda pada masa pemerintahan Sri Sultan HBVII yang aslinya dipergunakan untuk manggala yudha atau dalam peperangan. Bentuk fisiknya sudah mengalami renovasi. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
Beberapa Foto Kereta Kraton :
Kereta Laundauwer
Kereta Kyai Roto Biru
Kereta Kyai Permili
Kereta Kyai Kuthokaharjo
Kereta Kyai Jongwiyat
Kereta Kyai Harsunobo
Kereta Kyai Djetayu
Kereta Kyai Coupe Driekwart 1900
Kereta Kyai Bedoio Permili
Kereta Jenazah Roto Praloyo 1910
Kereta Kanjeng Nyai Jimat 1740-1750
Kereta Kyai Garudayaksa
Sumber di ambul dari http://jogjakini.wordpress.com/
Dipostkan kembali oleh http://kusumanugraha.blogspot.com/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Leave a Comment
Jangan lupa beri komentar ya..