Kota Gede Ibu Kota Kerajaan Mataram Islam
by Erwin Kusuma
Semula, Kotagede adalah nama sebuah kota yang merupakan Ibukota Kerajaan Mataram Islam. Selanjutnya kerajaan itu terpecah menjadi Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Wilayah Kecamatan Kotagede sebagian merupakan bagian dari bekas Kota Kotagede ditambah dengan daerah sekitarnya.
Sedangkan bagian lain dari bekas Kota Kotagede berada di wilayah Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul. Kondisi seperti itu kadang-kadang menyulitkan untuk membangun Kotagede dalam konteks sebagai bekas Kota yang masyarakatnya mempunyai kesatuan sosiologis dan antropologis. Sampai sekarang masyarakat bekas Kota Kotagede dalam kegiatan sosial sehari-hari masih sangat solid dalam kesatuan itu. Kesulitan pembangunan oleh pemerintah muncul ketika penanganan dilakukan oleh stake-holder pemerintah di tingkat Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Pemerintah Kota Yogyakarta hanya mampu menyentuh wilayah bekas Kota Kotagede yang masuk wilayah Kota Yogyakarta. Demikian juga Pemerintah Kabupaten Bantul hanya bisa meneyentuh wilayah yang masuk Kabupaten Bantul.
Soliditas masyarakat tersebut mewujudkan sebuah kesatuan wilayah yang tak terpisahkan sebagaimana dulu batas wilayah Kota Kotagede ini masih eksis. Wilayah bekas Kota Kotagede harus ditangani oleh dua unit Pemerintah yang berbeda. Dalam konteks otonomi daerah sekarang ini, ketika kewenangan tingkat Kabupaten dan Kota relatif besar, makin terasakan betapa mereka harus menghadapi 2 (dua) kebijakan yang berbeda untuk satu kesatuan wilayah tersebut. Salah satu contoh permasalahan yang segera dapat dilihat atau dirasakan masyarakat adalah bila menyangkut penanganan kawasan heritage. Pemerintah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul mempunyai perbedaan prioritas. Maka masyarakat Koatagede harus atau lebih sering berinteraksi dengan Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sebagai kota tua bekas Ibukota kerajaan, Kota Kotagede merupakan kota warisan (heritage) yang amat berpotensi bagi kemakmuran masyarakatnya. Namun hambatan pembagian wilayah pemerintahan akan terus menjadi permasalahan yang tak pernah dibahas dalam tingkat kemauan politik, kecuali masyarakatnya menghendaki.
Suasana tradisional masih sangat terasa di kota ini, misalnya terlihat di Komplek Mesjid Agung Kotagede yang terasa masih seperti di lingkungan Kraton, dimana lengkap dengan pagar batu berelief mengelilingi mesjid, pelataran yang luas dimana terdapat beberapa pohon sawo kecik, serta sebuah Bedug berukuran besar yang umurnya sudah sangat tua, setua Mesjid Agung Kotagede sendiri.
Kotagede ini adalah sebuah kota lama dari abad ke 16 yang pernah menjadi ibu kota Kerajaan Mataram Islam, yang didirikan oleh Ki Gede Pemanahan. Sekarang tinggal sedikit barang peninggalan dan bangunan penting Mataram Islam yang masih tersisa di kota tua ini. Beberapa di antaranya adalah :
- Makam kerabat Pangeran Senopati,
- Dinding dan fondasi salah satu pendapa (ruang depan kerajaan),
- Sendang Selirang (sendang kakung dan sendang putri) sebuah kolam tempat mandi keluarga kerajaan.
Kotagede atau yang juga sering disebut Kota Perak ini dahulu menjadi ibukota Kerajaan Mataram hingga tahun 1640. Setelah itu raja ketiga Mataram Islam, Sultan Agung memindahkan ibukota ke Desa Kerto, Plered-Bantul. Ibukota baru ini terletak sekitar 6 km di sebelah barat Kotagede. Menurut ceritanya, pemindahan ini dengan alasan untuk mendapatkan kekuatan dan kejayaan yang lebih besar secara mistis.
Berikut beberapa foto bangunan peninggalan Kota Gede :
Sumber Foto by http://pemburufotoalam.blogspot.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
20 komentar:
follow balik yah
ane 7 tahun di Jogya...setiap sudut kota yang penuh dengan kenangan indah..i like jogja forever..
mantap..salam damai dari ambon..semoga kabar baik selalu
Thanks sob artikelnya.
hori revens:siap dan mantab keliling ngayogyakarta hehe
robbie ismail:salam kenal jg..hehe iya coz jauh bgt ke yogya mending nabung yg byk dulu biar puas di yogya sekalian bs nraktir sy hehehe
Leave a Comment
Jangan lupa beri komentar ya..